Indonesia Positif

Ratusan Mahasiswa UB Antusias Ikuti Diskusi Demokrasi Bersama Bocor Alus Politik Tempo

Senin, 17 Februari 2025 - 19:34 | 45.05k
seminar Ancaman Demokrasi untuk Kampus  bersama Bocor Alus Politik Tempo di Auditorium UB, Senin (17/2/2025). (FOTO: stimewa)
seminar Ancaman Demokrasi untuk Kampus bersama Bocor Alus Politik Tempo di Auditorium UB, Senin (17/2/2025). (FOTO: stimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Ratusan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) bersemangat mengikuti Bocor Alus Tempo Goes to Campus, sebuah forum diskusi yang digelar pada Senin (17/2/2025). Acara ini menghadirkan seminar, talkshow, dan kelas jurnalistik, yang bertujuan untuk memperkuat pemikiran kritis mahasiswa dalam menjaga demokrasi dan kebebasan akademik.

Dalam seminar bertema "Ancaman Demokrasi untuk Kampus", yang berlangsung di Auditorium Universitas Brawijaya, para pembicara mengupas berbagai tantangan yang dihadapi dunia akademik dalam mempertahankan kebebasan berekspresi.

Stefanus Pramono, Redaktur Pelaksana Tempo, mengungkapkan bahwa ancaman terhadap kebebasan berbicara menjadi salah satu tantangan terbesar bagi dunia kampus. Ia menyoroti bahwa banyak diskusi publik di lingkungan perguruan tinggi dihentikan karena tekanan dari pihak luar.

"Yang paling mengkhawatirkan adalah pembatasan terhadap kebebasan berbicara. Kita melihat banyak forum akademik yang dibubarkan karena intervensi dari luar. Padahal, kampus seharusnya menjadi ruang bebas bagi siapa saja untuk menyuarakan pendapat," ujar Stefanus.

Ia juga mengapresiasi keberanian mahasiswa UB yang tetap kritis terhadap berbagai kebijakan, baik di lingkungan kampus maupun pemerintahan.

"Mahasiswa harus tetap berpikir kritis. Jangan pernah menyerah meskipun menghadapi tantangan. Suara mahasiswa adalah kunci untuk mendorong perubahan," tambahnya.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB, Prof. Anang Sujoko, menyatakan keprihatinannya terhadap minimnya ruang diskusi yang dioptimalkan oleh mahasiswa.

"Diskusi, baik yang bersifat akademik maupun terkait isu sosial-politik, masih belum dimanfaatkan secara maksimal," ujarnya.

Menurutnya, mahasiswa perlu membangun ruang publik yang lebih aktif dengan pemahaman berbasis data yang kuat. Hal ini penting mengingat masih lemahnya pemahaman masyarakat, terutama generasi muda, terhadap isu korupsi dan demokrasi.

"Sebanyak 43 persen anak muda tidak mampu membedakan tindakan korupsi. Ini menjadi tantangan besar bagi sistem pendidikan kita yang lebih menekankan kepatuhan dibandingkan pemikiran kritis," jelasnya.

Prof. Anang juga menegaskan pentingnya kerja sama antara kampus dan lembaga antikorupsi seperti KPK untuk meningkatkan edukasi antikorupsi yang lebih komprehensif di lingkungan perguruan tinggi.

Selain itu, Prof. Anang menyoroti bahwa beban administratif yang tinggi sering kali membuat perguruan tinggi lebih berfokus pada akreditasi dan peringkat universitas dibandingkan pengembangan intelektual mahasiswa.

"Mahasiswa harus bisa membangun forum diskusi dan gerakan yang tidak sekadar mengikuti arus. Kampus seharusnya bukan hanya menjadi pelaksana program pemerintah, tetapi juga bagian dari proses pembangunan bangsa," tegasnya.

Diskusi ini juga menghadirkan Dian Irawati (Ketua Yayasan Pelopor Tujuhbelas), Hussein Abri Dongoran (Redaktur Tempo), dan Stevanus Pramono sebagai pembicara.

Para peserta terlihat antusias mengikuti setiap sesi, yang mencerminkan tingginya kesadaran mahasiswa UB terhadap pentingnya demokrasi dan kebebasan akademik.

Melalui forum ini, kampus kembali ditekankan sebagai benteng terakhir demokrasi, di mana mahasiswa memiliki peran penting dalam menjaga kebebasan berpikir dan memperjuangkan hak akademik. Dengan menghidupkan ruang-ruang diskusi, generasi muda diharapkan dapat terus menjadi agen perubahan bagi kemajuan bangsa. (*)

Advertisement

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES