Frisian Flag Indonesia Dukung Program Makan Bergizi Gratis Melalui Kolaborasi dan Produk Susu Bergizi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – PT Frisian Flag Indonesia (FFI) menyampaikan komitmen dan dukungannya terhadap pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) yang mulai dijalankan pemerintah pada awal tahun ini. Hal ini disampaikan di sela-sela diskusi ‘Peran Stakeholder dan Media dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis’ di Surabaya pada pekan lalu (27/2) yang juga dihadiri oleh narasumber dari pemerintah daerah, pelaku usaha, praktisi kesehatan, dan media.
FFI sendiri telah memulai sebuah proyek percontohan yang mengadopsi semangat MBG, yakni menyediakan makan bergizi gratis di 10 sekolah dasar di sekitar pabriknya di Cikarang. Pada Oktober 2024 FFI menggelar program uji coba dengan pemberian makanan bergizi bagi lebih dari 2.000 siswa di delapan SD dan dua SMP yang direncanakan secara matang.
Advertisement
FFI bermitra dengan Indonesia Food Security Review (IFSR) dan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGK FKM UI) untuk mengkaji pelaksanaan makanan bergizi gratis yang tepat sasaran. “Uji coba yang kami lakukan di Cikarang memasukkan minum susu sebagai bagian dari makan bergizi gratis. Kami mendapat tanggapan positif dari siswa dan guru sekolah, dan minum susu menjadi bagian yang dinantikan oleh anak-anak. Melihat respon ini, FFI semakin yakin bahwa program MBG sangat bermanfaat dalam meningkatkan status gizi anak dan membangun Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Hal ini sejalan dengan visi FFI ‘Nourishing Indonesia to progress’,” sambut Corporate Communication Manager FFI Fetti Fadliah.
FFI melalukan survei terhadap 359 siswa yang mengikuti program uji coba MBG di Cikarang, dan menemukan bahwa mayoritas siswa mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk. Pemberian produk susu secara rutin saat MBG akan membantu pemenuhan gizi yang dibutuhkan. Selain pemberian produk susu, setiap minggu FFI bersama para mitra memberikan edukasi gizi dan menjelaskan manfaatnya bagi kesehatan siswa.
Pentingnya Minum Susu untuk Pemenuhan Gizi
Dukungan untuk selalu mengonsumsi susu juga disampaikan Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (PKGM FKM) Universitas Indonesia, Prof. Dr. drg Sandra Fikawati MPH saat diskusi di Surabaya, “Kami memiliki survei yang menunjukkan konsumsi susu di tanah air masih rendah, hanya 16 liter per kapita per tahun. Angka ini masih jauh dibanding negara-negara maju seperti Belanda yang sudah 250 liter per kapita per tahun,” terangnya.
Prof Fika menyayangkan adanya seruan untuk menghentikan konsumsi susu dan diganti dengan makan ikan atau daging. Minum susu mengandung kalsium dan vitamin D yang sangat baik diberikan kepada anak setelah masa ASI eksklusif, balita, usía sekolah dan dewasa, bahkan hingga usía lanjut. Dari survei yang dilakukannya mendapati bahwa balita yang kurang mengonsumsi susu berdampak pada stunting, pelambatan pertumbuhan, malnutrisi, hingga overweight di masyarakat kota.
“Makanan harus diberikan seimbang, tidak boleh berlebih atau kurang. Anak-anak membutuhkan protein berkualitas, karena dalam masih dalam masa pertumbuhan. Kebutuhan ini berbeda dari orang dewasa,” ujar Prof. Fika.
MBG di Jawa Timur
Kepala Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur Cicik Swi Antika yang juga hadir sebagai pembicara berpendapat bahwa program MBG bukan semata-mata meningkatkan gizi. Program MBG memiliki makna holistik yang memiliki irisan kuat dengan kesejahteraan masyarakat. “Ada sepuluh keunggulan program MBG. Di antaranya mendukung ketahanan pangan, membangun sustainable ecosystem, memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, dan membuka peluang investasi untuk hilirisasi. Jadi tidak semata-mata memberi makan bergizi,” tegas Cicik.
Berdasar data yang dihimpun Pemerintah Provinsi Jawa Timur, angka kematian ibu (AKI) di Jatim pada 2024 mencapai rencana strategis, yakni 82,56 per 100.000 atau masih di bawah 93,34. Begitu juga dengan kematian bayi (AKB) pada 2024 tercatat 3.754 atau turun dari tahun 2023 yang mencapai 3.938.
Fakta ini menunjukkan tantangan besar di depan mata yang dapat dijawab oleh program MBG, yakni mengatasi kekurangan gizi, kekurangan zat gizi mikro, dan obesitas, selain isu kematian ibu melahirkan dan stunting yang juga masih mengkhawatirkan, meskipun ada penurunan.
“Meski turun, pemerintah membutuhkan percepatan penurunan di semua sektor. Program MBG sejalan dengan pengentasan stunting baik nasional maupun di Jatim. Meskipun angkanya turun, tapi masih cukup tinggi. Itu sebabnya kami butuh kerjasama lintasektor. (Dinkes Jatim) tidak bisa jalan sendiri,” Cicik menambahkan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |