Kodim Lamongan Menjawab Tantangan Pangan Inovasi Pertanian Terpadu

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Di tengah tantangan pertanian nasional, sebuah sistem pertanian terpadu lahir dan tumbuh di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Lamongan. Namanya Integrated Farming System (IFS), program andalan Kodim 0812 Lamongan yang kini menjadi contoh nyata keberhasilan pendekatan pertanian modern berbasis kolaborasi, teknologi, dan kemandirian.
Pagi itu, Minggu (20/04/2025), kawasan pertanian seluas lebih dari satu hektar itu dikunjungi langsung oleh Kasdam V Brawijaya Brigjen TNI Terry Tresna Purnama. Ia didampingi oleh Dandim 0812 Lamongan Letkol Arm Ketut Wira Purbawan.
Advertisement
Kunjungan ini bukan seremonial biasa. Ini adalah evaluasi langsung terhadap kinerja lapangan, dan yang ia lihat di lapangan bukan saja berjalan, tetapi berkembang dengan hasil yang nyata.
“Saya sangat mengapresiasi. Ini bukan hanya konsep, tapi sudah jadi sistem yang berjalan,” kata Brigjen Terry saat meninjau lokasi.
“IFS ini bisa meningkatkan ketahanan pangan dan memperkuat ekosistem pertanian. Ini langkah strategis yang sangat dibutuhkan daerah lain,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Dandim Ketut Wira Purbawan mengatakan, IFS bukan proyek instan. Ia lahir dari pemetaan masalah di lapangan, keterbatasan lahan, fluktuasi harga hasil panen, hingga minimnya akses petani terhadap pengetahuan teknis.
Kodim 0812 membaca tantangan ini sebagai peluang. Solusinya adalah sinergi sektor pertanian, perikanan, dan peternakan dalam satu sistem terpadu.
Hasilnya mulai terlihat. Lahan yang sebelumnya hanya ditanami padi kini produktif sepanjang tahun. Rotasi tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan kangkung dikombinasikan dengan kolam ikan nila dan lele, serta kandang kambing di sisi lain.
“Semua saling mendukung. Limbah ternak jadi pupuk, air kolam jadi irigasi, dan tanaman mendukung kestabilan tanah. Ini bukan hanya soal hasil, tapi juga keberlanjutan,” jelas Letkol Ketut.
Pendekatan yang digunakan tidak rumit, sambung Wira, justru dibuat sesederhana mungkin agar mudah direplikasi oleh petani setempat.
Melalui pendampingan langsung oleh Babinsa, para petani diajarkan cara membuat pakan sendiri, mengelola hasil panen secara efisien, hingga menciptakan sistem pemasaran berbasis kelompok.
Keterlibatan Babinsa yang Aktif
Keberhasilan IFS juga ditopang oleh peran aktif Babinsa. Mereka tak hanya mengawal keamanan desa, tapi juga turun langsung mendampingi petani. Mulai dari olah lahan, menanam, memanen, hingga pemasaran.
Menurut Dandim Ketut, strategi ini bertujuan membangun kepercayaan. Ketika petani melihat TNI hadir dalam proses, mereka lebih terbuka menerima metode baru.
“Petani kita punya pengalaman, tapi seringkali tidak punya akses ke teknologi dan informasi. Di situlah kami masuk,” kata Ketut. “Tugas kami bukan menggantikan, tapi mendukung," tegasnya.
Kampung Pandu kini sedang dalam proses pengembangan sebagai pusat pelatihan IFS bagi wilayah sekitar. Kodim 0812 telah menggandeng berbagai pihak, termasuk dinas pertanian dan universitas, untuk mendukung penguatan kapasitas petani.
“Ini masih awal,” ujar Letkol Ketut. “Kami ingin Kampung Pandu menjadi inkubator ide pertanian terpadu. Bukan hanya untuk Lamongan, tapi untuk Jawa Timur.” ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |