Indonesia Positif

Universitas Gajayana Malang Fasilitasi Guru BK di Kabupaten Malang Hadapi Permasalahan Mental

Sabtu, 03 Mei 2025 - 18:20 | 11.44k
Seminar Menghadapi Burnout Untuk Guru BK di Kabupaten Malang yang digelar Prodi Psikologi Universitas Gajayana Malang, Sabtu (3/5/2025). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Seminar Menghadapi Burnout Untuk Guru BK di Kabupaten Malang yang digelar Prodi Psikologi Universitas Gajayana Malang, Sabtu (3/5/2025). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan, terutama terkait dengan kesehatan mental, bisa menjadi tugas yang berat, terutama bagi guru Bimbingan Konseling (BK). Menyadari pentingnya peran guru BK dalam mendukung kesejahteraan siswa, Program Studi Psikologi Universitas Gajayana Malang (Uniga) memfasilitasi guru BK untuk menghadapi permasalahan kesehatan mental.

Fasilitasi ini diwujudkan dalam bentuk seminar bertajuk “Menyembuhkan Diri untuk Menyembuhkan Siswa: Mengatasi Burnout Guru BK”, yang digelar untuk guru SMA sederajat yang ada di Kabupaten Malang, Sabtu (3/5/2025) di Aula MM Universitas Gajayana, Malang.

Advertisement

Acara ini dirancang untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang sering dihadapi para guru BK, terutama terkait dengan masalah psikologis yang dihadapi siswa serta tantangan burnout yang sering dialami oleh para guru.

Dihadiri oleh sekitar seratus guru BK, seminar ini menjadi salah satu upaya Universitas Gajayana Malang untuk memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas para pendidik dalam menangani masalah psikologis di lingkungan sekolah.

Kepala Program Studi (Kaprodi) Psikologi Universitas Gajayana, Moersito Wimbo, S.Psi., M.A menjelaskan bahwa tujuan utama dari seminar ini adalah untuk memfasilitasi keluhan-keluhan yang selama ini dihadapi oleh para guru BK, terutama dalam menangani masalah psikologis yang dialami oleh siswa.

"Kami ingin memfasilitasi apa yang menjadi keluhan-keluhan guru BK selama ini. Khususnya yang terkait dengan permasalahan psikologis siswa seperti bullying, permasalahan keluarga, hingga kecemasan yang sering terjadi pada anak-anak," ujarnya.

Masalah-masalah ini sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup, meskipun sebenarnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan.

"Masalah-masalah ini sering kali tidak tertangani dengan baik. Oleh karena itu, kami ingin memberikan pengetahuan lebih kepada para guru BK agar mereka dapat menangani masalah ini dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan sistematis, menggunakan perspektif psikologi," lanjut Wimbo.

Seminar ini bukan kali pertama dilakukan untuk guru BK, sebelumnya Universitas Gajayana juga telah menggelar acara serupa di Kota Malang. Namun, seminar kali ini lebih ditujukan untuk para guru BK di Kabupaten Malang dengan harapan dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan menjangkau lebih banyak peserta.

Wimbo juga menambahkan bahwa meskipun masalah yang dihadapi guru BK di Malang Kota dan Kabupaten Malang bisa berbeda, namun inti permasalahannya tetap sama, yaitu tantangan dalam menangani masalah psikologis siswa dengan cara yang efektif.

Pihaknya berharap, setelah seminar ini para guru BK dapat merasa tercerahkan dan lebih siap untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi dalam menjalankan tugasnya.

"Kami berharap para guru BK mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih dalam menangani siswa mereka, terutama dalam mengatasi masalah psikologis seperti bullying, kecemasan, dan juga burnout yang mereka sendiri alami," tutup Moersito.

Salah satu topik yang menjadi perhatian utama dalam seminar ini adalah mengenai burnout. Burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang sering dialami oleh para pekerja, termasuk guru BK. 

Yafi Ahmad, M. Psi., Psikolog, yang menjadi salah satu pemateri seminar ini, menjelaskan bahwa burnout merupakan salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh para guru BK.

“Ketika guru BK merasa kelelahan secara fisik dan psikologis, hal ini dapat mengganggu kreativitas dan efektivitas mereka dalam menjalankan tugas. Dalam seminar ini, kami memberikan tips dan trik untuk membantu guru-guru BK agar tetap bisa maksimal dalam memberikan dedikasi mereka kepada siswa, tanpa merasa terbebani,” jelas Yafi.

Menurut Yafi, meskipun burnout sering kali dianggap sebagai hal yang biasa, namun jika dibiarkan terlalu lama, bisa berdampak negatif bagi kesehatan mental para guru. Oleh karena itu, seminar ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan keterampilan untuk mengatasi burnout, serta cara menjaga kesehatan mental agar tetap dapat melayani siswa dengan optimal.

Dewi Suryaningtyas, M. Psi., Psikolog, pemateri lainnya, menambahkan penjelasan mengenai gejala burnout, yang sering kali tidak disadari oleh para guru. “Burnout memiliki berbagai gejala, terutama gejala fisik seperti merasa cepat lelah, tidak ada gairah untuk melanjutkan aktivitas, dan hilangnya motivasi. Jika guru mengalami hal ini, mereka perlu mendapat penanganan serius agar bisa kembali maksimal dalam menjalankan tugas,” kata Dewi.

Sebagai seorang profesional di bidang psikologi, Dewi menyarankan agar para guru BK yang merasa mengalami burnout untuk segera mencari bantuan, baik melalui konseling maupun teknik-teknik relaksasi yang dapat membantu mereka mengurangi stres dan mengembalikan motivasi. 

Selain itu, ia juga mengingatkan agar para guru BK selalu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka agar tidak terjebak dalam siklus kelelahan yang berkepanjangan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES