Dari Mahasiswi Matematika Jadi Pengusaha Kuliner dan Duta Inspirasi Pemuda Jawa Timur

TIMESINDONESIA, MALANG – Di balik gegap gempita kehidupan kampus, tersimpan cerita inspiratif dari seorang mahasiswi bernama Lathifah Anggari Kasih, yang akrab disapa Lala. Lulusan S1 Matematika dari Universitas Negeri Malang ini tak hanya dikenal sebagai sosok cerdas di bangku kuliah, tapi juga sebagai pengusaha muda dan aktivis yang aktif mengukir prestasi di berbagai bidang.
Kontributor TIMES Indonesia, Elzada Cintia Nazarani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmer Malang, melaporkan selepas menyelesaikan studinya, Lala menapaki dunia bisnis kuliner dengan mendirikan Lala Ricebox, sebuah outlet makanan kekinian yang kini berlokasi di Pujasera Semanggi Timur, Kota Malang.
Advertisement
Ide usaha ini lahir dari kecintaannya pada dunia kuliner dan kegemarannya bereksperimen dengan makanan.
"Awalnya cuma jualan dari kos-kosan, sekarang punya outlet sendiri," ujarnya penuh bangga, menandai perjalanan bisnis yang penuh tantangan namun membuahkan hasil memuaskan.
Tak hanya berkiprah di dunia bisnis, Lala juga aktif berorganisasi. Ia pernah terpilih sebagai Duta Inisiatif Indonesia batch 8, mewakili Provinsi Jawa Timur.
Keaktifannya berbuah prestasi ketika ia mendapatkan penghargaan The Most Outstanding Duty dan dipercaya menjadi fasilitator untuk batch berikutnya.
Meski harus memimpin lima provinsi sekaligus, Lala tetap mampu menyelesaikan skripsinya tepat waktu, membuktikan kemampuannya dalam manajemen waktu dan komitmen tinggi.
Pada 14 September 2024, Lala melakukan roadshow sebagai bagian dari tugasnya sebagai Duta Inisiatif Jawa Timur, memperkenalkan program dan menginspirasi para pemuda di berbagai daerah.
Selain itu, Lala turut merintis organisasi CHAI Indonesia bersama teman-temannya dari Universitas Indonesia. Organisasi ini berfokus pada pemberdayaan pemuda melalui berbagai pelatihan dan coaching.
Dalam organisasi yang baru berdiri ini, Lala dipercaya mengemban posisi sebagai Deputy Head of Brand Ambassador Coordinator, sebuah tanggung jawab besar yang dijalaninya dengan penuh semangat sejak awal.
Perjalanan Lala tidak selalu mulus. Ia harus mengorbankan waktu pribadi, termasuk saat mengerjakan skripsi, untuk menjalankan tugasnya sebagai duta dan penggerak organisasi.
Semua itu ia jalani dengan penuh semangat yang terinspirasi dari sosok ayahnya yang telah tiada.
“Ayah selalu ingin aku kuliah. Maka dari itu, aku harus manfaatkan setiap kesempatan yang ada,” ujarnya mengenang motivasi dari sang ayah yang mendorongnya untuk terus maju.
Foto Lala saat menjadi mahasiswi Universitas Negeri Malang menggambarkan sosoknya yang penuh semangat dan percaya diri.
Kisah Lala menjadi contoh nyata bahwa produktivitas dan keberhasilan di usia muda bukanlah hal mustahil. Dengan tekad kuat, disiplin dalam mengatur waktu, dan dukungan orang-orang terdekat, Lala membuktikan bahwa ia mampu menyeimbangkan antara akademik, organisasi, dan bisnis.
“Waktu muda adalah waktu emas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Kita semua dikasih waktu yang sama, 24 jam. Tapi gimana cara kita menggunakan waktu itu, itulah yang membedakan hasilnya.
Selagi masih muda, jangan sia-siain waktu, coba, gagal, belajar, dan terus berkembang. Tertatih-tatih lalu terlatih,” pesan Lathifah Anggari Kasih yang memotivasi banyak generasi muda untuk berani bermimpi dan berusaha. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rochmat Shobirin |