Indonesia Positif

Kajoetangan Heritage: Romantika Tempo Dulu di Tengah Kota Malang yang Terus Bergerak

Rabu, 28 Mei 2025 - 17:06 | 7.33k
Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan (R.K. Kerk) dari atas jembatan penyebrangan  Kajoetangan Heritage. (FOTO: Kontributor TIMES Indonesia / Vanesya Juniastari)
Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan (R.K. Kerk) dari atas jembatan penyebrangan Kajoetangan Heritage. (FOTO: Kontributor TIMES Indonesia / Vanesya Juniastari)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah derasnya arus kendaraan dan ritme modernisasi Kota Malang, ada satu tempat yang seakan menghentikan waktu: Kayutangan Heritage Malang. Terletak di sepanjang Jalan Basuki Rahmat hingga Gang Kajoetangan Lama, kawasan ini menawarkan pengalaman menyusuri lorong waktu dengan rumah-rumah bergaya kolonial, mural sejarah yang detail, dan lampu-lampu temaram yang membangkitkan nostalgia.

Kontributor TIMES Indonesia, Vanesya Juniastari, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmer Malang, melaporkan melaporkan destinasi wisata unggulan di Kota Malang, Kajoetangan Heritage menarik minat warga lokal maupun wisatawan. Tak hanya karena estetikanya, tetapi juga karena atmosfer hangat dan humanis yang ditawarkan kawasan ini. Di setiap sudutnya, tersimpan kisah dan kenangan yang terus dirawat dengan cinta.

Advertisement

Kampung yang Menjaga Warisan

Deretan rumah tua yang dicat ulang, kanal Kali Sukun yang kini tertata, serta kios-kios kecil yang menjajakan jajanan tradisional adalah bukti bahwa warisan sejarah bisa berjalan beriringan dengan geliat ekonomi mikro. 

Salah satu warga, Bu Dian, pemilik Kedai Es Serut Pojok, merasakan langsung dampak positif dari transformasi ini.

“Kalau negatifnya, kampung jadi ramai dan anak-anak agak kesulitan bermain, soalnya jalannya sempit,” kata Bu Dian.

“Tapi positifnya banyak banget. Ekonomi warga terbantu, UMKM makin dikenal, dan lingkungan juga ikut diperhatikan.”

Bu Dian juga menuturkan bagaimana keterlibatan banyak pihak mempercepat perbaikan kawasan.

“Ada yang bantu cat rumah, tanam bunga, sampai bikin nomor-nomor rumah. Kampung kami jadi kelihatan lebih rapi dan banyak yang datang. Tapi kami juga harus terus berinovasi, biar kawasan ini nggak cuma viral sesaat, tapi terus stabil dan dikenal,” tambahnya.

Gereja-Katolik-Paroki-Hati-Kudus.jpg

Kesan dari Pengunjung: Estetik, Historik, dan Autentik

Tidak hanya warga, kesan mendalam juga datang dari para pengunjung. Salah satunya adalah El, wisatawan muda yang datang karena penasaran dengan nuansa klasik Kayutangan.

“Menurut aku, semua sudut di Kayutangan itu cantik dan estetik. Spot di kanal Kali Sukun yang banyak daun hijaunya itu keren banget buat foto. Ditambah banyak kuliner juga, jadi makin lengkap,” ucap El dengan mata berbinar.

Baginya, kawasan ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang tinggi. 
“Kayutangan ini letaknya strategis banget, di pusat Kota Malang. Sayang kalau nggak dijaga. Tempat ini bisa jadi kenangan indah buat siapa pun yang mampir,” katanya.

Salah satu kuliner yang menonjol adalah Kantine Nyi Aisyah, tempat makan bergaya lawas yang mengusung konsep kantin jadul dengan menu rumahan yang menggugah selera.

Menjaga Masa Lalu untuk Masa Depan

Kajoetangan Heritage adalah bukti bahwa pelestarian sejarah bisa berjalan berdampingan dengan pembangunan. Kawasan ini bukan sekadar destinasi, melainkan sebuah pernyataan: bahwa identitas kota dan semangat komunitas bisa menjadi fondasi kuat untuk masa depan.

Di tengah gempuran bangunan modern dan pusat perbelanjaan, Kajoetangan hadir sebagai pengingat bahwa masa lalu bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dirawat karena dari situlah kota ini dibentuk, dan dari sanalah warga Malang menemukan jati dirinya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES