Indonesia Positif

Pedagang Pasar Sinpasa Didorong Mandiri Lewat Edukasi Produk Halal dan Pengelolaan Sisa Produk

Kamis, 26 Juni 2025 - 05:42 | 8.23k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Para pedagang agribisnis di Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung Jawa Barat mendapatkan bekal penting untuk meningkatkan daya saing usaha mereka.

Melalui edukasi komprehensif tentang sertifikasi halal dan penerapan reverse logistic, para pedagang diajak untuk lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi tantangan bisnis di era modern.

Advertisement

Program ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat (Abdimas) antara Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Telkom University Bandung dan Fakulti Keusahawanan dan Perniagaan Universiti Malaysia Kelantan (UMK) pada Rabu (25/6/2025).

Dua fokus utama kegiatan ini adalah pentingnya jaminan produk halal dan efisien distribusi melalui reverse logistik. Kedua topik tersebut dinilai relevan dan krusial bagi pelaku agribisnis, terutama dalam membangun kepercayaan konsumen.

Sesi pertama mengupas secara mendalam tentang pentingnya sertifikasi halal dalam kegiatan usaha. Ratih Hendayani Ph.D dari Telkom University dan Assoc. Prof. Dr. Ashlyzan Razik dari UMK menjelaskan proses dan manfaat sertifikasi halal bagi para pelaku UMKM, termasuk pedagang pasar.

“Seringkali pedagang mengira proses sertifikasi halal itu rumit dan mahal. Padahal ini investasi jangka panjang untuk membangun kepercayaan konsumen,” kata Ratih Hendayani Ph.D.

Hal senada disampaikan Assoc. Prof. Dr. Ashlyzan. Dia menekankan bahwa halal bukan sekadar label, melainkan mencakup keseluruhan rantai pasok produk.

“Mulai dari bahan baku, proses produksi, pengemasan hingga distribusi harus sesuai standar syariah dan higienitas. Ini yang akan memberikan ketenangan bagi konsumen dan membuka peluang pasar lebih luas,” jelasnya.

Pedagang-Pasar-Sinpsa.jpg

Antusiasme peserta tampak tinggi. Salah satunya Ibu Yuni, pedagang sayur di Pasar Sinpasa yang sudah berjualan selama puluhan tahun.

“Dulu saya cuma tahu yang penting dagangan laku. Sekarang saya jadi paham bahwa standar halal itu penting dari awal sampai akhir. Ini penting buat pelanggan kami yang Muslim supaya merasa yakin dan tenang,” tuturnya.

Tak kalah penting, sesi kedua mengangkat konsep reverse logistic atau logistik terbalik. Materi ini dibawakan oleh Abdurrahman Faris Ph.D selaku Ketua Tim Abdimas FEB Telkom University.

Faris menjelaskan bahwa dalam agribisnis, produk memiliki masa simpan pendek. Oleh karena itu, pengelolaan produk yang rusak, cacat, atau tidak laku harus dilakukan secara cerdas agar tidak menjadi kerugian.

“Reverse logistic bukan cuma tentang membuang. Tapi bagaimana produk yang tidak terjual bisa diolah ulang, misalnya jadi pakan ternak, kompos, atau produk olahan lain,” jelas Abdurrahman.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pengelolaan kemasan dan limbah agar tidak menumpuk dan justru menambah beban biaya.

Bapak Rahmat, pedagang buah di Pasar Sinpasa, merasa tercerahkan dengan materi ini. Dia menyampaikan bahwa selama ini buah-buah yang terlalu matang sering kali berakhir di tempat sampah.

“Padahal kalau dipikir-pikir itu sayang banget. Dari sini saya dapat ide buat bikin jus atau selai dari buah yang tidak laku. Ini membuka mata saya,” ujarnya.

Dr. Syamsuriana bin Sidiq dari Universiti Malaysia Kelantan menutup kegiatan ini dengan menyampaikan harapan agar edukasi ini bisa diterapkan secara nyata di lapangan.

“Ilmu ini jangan berhenti jadi wawasan semata, tapi harus diimplementasikan. Kami akan terus mendampingi agar para pedagang benar-benar merasakan manfaatnya,” tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES