
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Alergi adalah serangkaian gejala yang timbul sebagai respon dari sistem imun tubuh terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi biasanya terjadi setelah kontak langsung dengan kulit, terhirup, atau dimakan. Pemicu alergi anak bermacam-macam. Gejala yang ditimbulkan juga tergantung pada pemicunya.
Lalu apa saja pemicu alergi pada anak? Dilansir dari Hello Sehat, berikut daftar pemicu alergi anak yang harus Anda ketahui.
Advertisement
1. Makanan
Makanan adalah pemicu alergi anak yang paling sering. Alergi makanan muncul ketika tubuh bereaksi terhadap protein yang dianggap berbahaya bagi tubuh. Reaksi ini biasanya terjadi sesaat setelah makanan dikonsumsi.
Kebanyakan kasus alergi makanan pada anak disebabkan oleh telur, susu sapi, kacang tanah, kedelai, gandum, kacang dari pohon (seperti kenari, pistachio, pecan, kacang mete), ikan (seperti tuna, salmon), dan makanan laut (seperti udang, lobster, cumi). Alergi makanan pada daging, buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan biji-bijian seperti wijen, juga mungkin terjadi.
2. Serbuk Sari, Debu dan Jamur
Lingkungan merupakan salah satu pemicu alergi anak. Jika anak Anda bereaksi berlebihan terhadap lingkungan, berarti anak Anda memilki alergi rhinitis. Alergi rhinitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga hidung akibat reaksi alergi.
Terdapat beragam alergen yang bisa memicu reaksi sistem kekebalan tubuh jika terhirup melalui hidung. Beberapa jenis alergen yang umum adalah serbuk sari, tungau, debu, spora jamur, serta bulu hewan. Asap rokok dan parfum juga termasuk pemicu alergi ini.
3. Obat
Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu obat yang digunakan. Reaksi ini muncul karena sistem kekebalan tubuh menganggap zat tertentu dalam obat tersebut sebagai substansi yang bisa membahayakan tubuh. Kondisi ini berbeda dengan efek samping obat yang biasanya tercantum pada kemasan, maupun keracunan obat akibat overdosis.
Gejala alergi obat umumnya muncul secara bertahap seiring sistem kekebalan tubuh yang membangun antibodi untuk melawan obat tersebut. Gejala ini mungkin tidak muncul secara langsung saat anak Anda pertama kali menggunakan obat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rochmat Shobirin |