Kesehatan

Profesor UGM Sebut Wanita Usia Produktif Rentan Terserang Penyakit Lupus

Minggu, 12 Mei 2019 - 16:23 | 477.82k
Ahli Rematologi FKKMK UGM, Prof Dr dr Nyoman Kertia, Sp.PD-KR. (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)
Ahli Rematologi FKKMK UGM, Prof Dr dr Nyoman Kertia, Sp.PD-KR. (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – 10 Mei lalu merupakan Hari Lupus Dunia. Di berbagai negara di dunia, penyakit lupus masih menjadi persoalan kesehatan tersendiri termasuk Indonesia.

Diperkirakan, terdapat 5 juta pasien lupus tersebar di seluruh dunia dan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Advertisement

Ahli Rematologi FKKMK UGM (Universitas Gadjah Mada), Prof Dr dr Nyoman Kertia, Sp.PD-KR mengatakan, penyakit autoimun ini dapat menyerang siapa saja. Namun, hingga saat ini kasus lupus paling banyak terjadi pada wanita usia produktif.

Wanita merupakan kelompok yang lebih sering terjangkit penyakit ini dibanding laki-laki. Sebab, hal ini berhubungan dengan aktifitas hormon dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.

“Wanita muda usia kisaran 15-25 tahun merupakan kelompok yang lebih rentan terkena lupus,” kata Nyoman dalam siaran pers Humas UGM kepada TIMES Indonesia, Minggu (12/5/2019).

Lupus merupakan penyakit seribu wajah. Sebab, penyakit ini memiliki gejala yang tidak khas. Gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam dan manifestasi lupus pada tiap orang yang terkena bisa berbeda-beda.

Meskipun sulit dikenali, Nyoman mengatakan orang dapat mengenali gejala-gejala awal lupus melalui Saluri (Sadari Lupus Sendiri). Gejalanya antara lain nyeri pada sendi, demam, ruam di kulit, rambut rontok, demam, sariawan, dan sensitif terhadap paparan sinar matahari.

“Jika sudah ada dua gejala, misalnya demam disertai nyeri sendi sebaiknya segera periksa ke dokter,” kata Ketua Departemen Penyakit Dalam FKKMK UGM.

Nyoman menambahkan, penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor diduga berperan pada patofisiologis lupus seperti faktor genetika, infeksi, dan lingkungan seperti polusi dan makanan tidak sehat.

Penyakit ini, lanjut Nyoman, yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Sehingga terdapat kemungkinan untuk kambuh apabila daya tahan tubuh menurun. Karena itu, dia menghimbau para penderita lupus (odapus) untuk menjaga kondisi tubuh dengan baik.

“Penyakit ini bisa kumat karenanya pasien tidak boleh kecapekan, tidak boleh stress, dan hindari berjemur,” tutur Nyoman.

Selain itu, pengendalian lupus dapat dilakukan dengan rutin memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya, penyakit ini dapat berbahaya jika tidak terkontrol ditangani dengan baik. Apabila lupus sudah menyerang organ dalam seperti paru-paru, ginjal hingga otak maka pasien sulit tertolong.

“Rata-rata ketidakberhasilan lebih dikarenakan pasien yang tidak rajin kontrol,” ungkapnya.

Untuk menghindari penyakit lupus, Nyoman meminta masyarakat selalu menjaga pola hidup sehat. Antara lain, menghindari makanan cepat saji, makanan yang diolah dengan dibakar, serta merokok.

“Dengan pola hidup sehat tersebut maka akan meningkatkan kualitas hidup dan dapat mencegah penyakit lupus,” papar Nyoman yang sehari-hari mengajar di UGM ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES