Kesehatan

Dinkes Jatim Kampanyekan Gerakan Bude Jamu, Apa Itu?

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 11:16 | 119.39k
kampanye bugar dengan jamu atau Gerakan Bude Jamu (Foto : Dok.Kemenkes RI )
kampanye bugar dengan jamu atau Gerakan Bude Jamu (Foto : Dok.Kemenkes RI )
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dinkes Jatim) turut berperan aktif dalam mengkampanyekan bugar dengan jamu atau Gerakan Bude Jamu sesuai arahan Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan RI).

Dinkes Jatim mulai melakukan penyebaran informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan jamu yang aman, bermutu dan bermanfaat dalam menjaga imunitas dan kebugaran tubuh.

Advertisement

Salah satunya melalui pertemuan  koordinasi dalam rangka upaya promotif dan preventif kesehatan dengan Gerakan Bude Jamu Tahun 2020 yang dilakukan secara daring.

Bude Jamu a

Pertemuan yang diikuti oleh 80 orang petugas kader kesehatan ini bertujuan untuk menciptakan komitmen bersama dalam melestarikan budaya minum jamu mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan masyarakat.

Selain itu, seluruh komponen baik akademisi, peneliti, pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat atau pengguna juga diharapkan akan menyepakati untuk saling bersinergi mendukung dan mendorong pengembangan obat tradisional termasuk jamu yang berada di Jawa Timur.

Tidak hanya itu saja. Program tersebut juga diharapkan dapat membantu mendorong pemanfaatan obat tradisonal mulai jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka untuk dapat memiliki peran penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh, memelihara kesehatan dan kebugaran, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr. Herlin Ferliana, M.Kes. diwakili oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, M. Yoto, SKM., M.Kes. menerangkan bahwa saat ini tercatat, sekitar 47.000 tanaman obat di Indonesia.

Bude Jamu b

"Dari 47.000 tanaman obat tradisional, terdapat 2.000 hingga 5.000 tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan," terang Yoto, Sabtu (29/8/2020).

Produk tanaman obat tradisional tersebut, lanjutnya, dibedakan menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah jamu, hingga saat ini terdapat 10.000 jamu teregistrasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat.

Kedua, Obat Herbal Terstandar (OHT), artinya obat tradisional yang sudah dibuktikan secara subklinis dan ilmiah, dan yang ketiga Fitofarmaka, artinya obat tradisional yang sudah diuji ilmiah secara klinik ke manusia.

"Saat ini jamu telah mengalami revolusi baik dari sisi bentuk sediaan maupun manfaat maupun khasiatnya," imbuh Yoto.

Jamu tidak lagi hanya digunakan oleh masyarakat pedesaan dan tidak lagi dianggap sebagai minuman masyarakat kelas menengah ke bawah. Dalam pengembangan obat tradisional, jamu dikenal masyarakat berupa ramuan bahan tumbuhan obat yang diproduksi secara sederhana dan pahit rasanya.

Namun saat ini jamu dapat dinikmati semua kalangan dalam bentuk sediaan yang sangat praktis, enak, berkhasiat dan merupakan bagian dari gaya hidup. Selain itu, jamu merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang telah diwariskan secara turun temurun dan  dikembangkan dari generasi ke generasi.

Sehingga, menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, memberikan manfaat dan menjadi kebanggaan sebagai bagian dari identitas bangsa. Jamu memiliki tiga dimensi manfaat yaitu kesehatan, ekonomi dan sosial budaya.

Pada pertemuan tersebut disampaikan materi tentang Melalui Gerakan Bude Jamu untuk meningkatkan Imunitas di Era New Normal yang disampaikan oleh Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemkes RI.

Juga materi tentang cara memproduksi jamu yang aman, bermutu, dan bermanfaat untuk kesehatan dan kebugaran di Era New Normal yang disampaikan oleh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Dra Lilik Hermanu, Apt, MSi.

Setelah pertemuan tersebut, para peserta diharapkan mampu memproduksi jamu yang aman, bermutu dan bermanfaat, menjadikan jamu sebagai pilihan utama untuk menjaga kesehatan keluarga.

Dengan Gerakan Bude Jamu, Dinkes Jatim terus berupaya menggerakan seluruh elemen masyarakat sekitar untuk melestarikan budaya minum jamu sekaligus meningkatkan ekonomi rakyat serta mendorong masyarakat mampu membudidayakan bahan baku untuk jamu di lingkungan sekitar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES