BKKBN Optimalkan Peran TPK untuk Turunkan Stunting

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tim Pendamping Keluarga (TPK) akan menjadi ujung tombak pada program penurunan stunting. Menyusul pola hidup sebagai kendala utama program penurunan stunting.
Kepala BKKBN Pusat Hasto Wardoyo menyampaikan pernyataan ini usai menjadi pembicara kunci pada Seminar Akbar Gerak Bidan Cegah Stunting, Minggu (19/2/2023).
Advertisement
Hasto Wardoyo menjelaskan, pola hidup serba instant membuat orang tua mengabaikan asupan gizi bagi anak. Khususnya protein hewani sebagai nutrisi penting untuk mendukung pertumbuhan fisik dan mental agar dapat berkembang secara maksimal, dan terhindar dari stunting.
Protein hewani tidak harus diperoleh dari bahan pangan yang mahal seperti daging atau beberapa jenis ikan import. Tetapi dapat dipenuhi dengan bahan pangan yang relatif murah seperti telur dan lele yang mudah didapat di sekitar kita.
Pola hidup serba instant juga membuat ibu tidak lagi memberikan asi untuk bayinya. Sebagai gantinya diberikan susu formula dengan alasan lebih praktis. Padahal asi memiliki banyak keunggulan dibanding susu formula karena lebih higienis, murah, dan bergizi.
"Gizi dan pola asuh menjadi faktor spesifik dalam program penurunan stunting," tegas Kepala BKKBN pusat Hasto Wardoyo.
Bertolak dari fakta - fakta ini, edukasi bagi masyarakat masih dibutuhkan. Disinilah peran TPK menjadi sangat vital karena dapat memantau dan berinteraksi langsung dengan setiap keluarga. Sehingga setiap masalah yang dihadapi dapat segera dicarikan solusinya.
Pembukaan seminar oleh anggota DPR RI MY Esti Wijayanti. (Foto: Totok Hidayat/TIMES Indonesia)
Salah satu solusi terkait pemenuhan gizi adalah program bapak asuh anak stunting. Sehingga Hasto mengajak semua pihak untuk dapat menjadi bapak asuh anak stunting. Seperti yang sudah dilakukan jajaran TNI dan Polri.
Bila program ini dapat berjalan sesuai rencana, target angka stunting 14% tahun 2024 dapat tercapai. Sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Seperti rata - rata kecerdasan rakyat Indonesia yang masih rendah. Sehingga berada diperingkat 130 dari 190 negara.
Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin dalam laporannya menyampaikan, angka stunting di DIY mengalami penurunan 0,9%. Dari 17,3% tahun 2021 menjadi 16,4% tahun 2022. Penurunan dibawah 1 % ini diluar perkiraan. Akibat angka stunting di Kulon Progo dan Gunung Kidul yang sedikit mengalami kenaikan.
Untuk mencapai target 14 % angka stunting pada tahun 2024, BKKBN DIY akan mengoptimalkan peran bidan, sebagai unsur penting dalam TPK. Karena bidan menjadi ujung tombak pelayanan bagi ibu hamil dan paska melahirkan. Data menyebutkan 80% proses persalinan dibantu bidan.
Di DIY telah terbentuk 1.852 TPK, dengan1.852 bidan. Selain bidan TPK juga beranggotakan Kader PKK dan Kader KB Desa. TPK yang dibentuk hingga tingkat Kalurahan, memiliki tugas mendampingi keluarga rawan stunting. Termasuk mendampingi persiapan calon pengantin.
Seminar yang digelar bersama BKKBN DIY dan RSKIA Sadewa, mengambil tema Pencegahan Stunting Melalui Management Gizi dan Pola Asuh Anak diikuti 400 bidan dari DIY dan 100 bidan dari Jawa Tengah. Seminar juga diikuti 50 pengelola mitra perwakilan BKKBN DIY. Seminar dibuka anggota DPR RI MY Esti Wijayanti. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |