Kesehatan

Pentingnya Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Senin, 27 Februari 2023 - 23:01 | 214.51k
Terapi pada anak berkebutuhan khusus cerebal palsy. (FOTO: Noviana for TIMES Indonesia)
Terapi pada anak berkebutuhan khusus cerebal palsy. (FOTO: Noviana for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, NGAWI – Memiliki anak berkebutuhan khusus menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Perlu adanya usaha yang lebih, dalam merawat anak dengan kondisi spesial itu. Seperti yang disampaikan seorang praktisi terapis anak berkebutuhan khusus asal Kota Malang Noviana Dian Anggraini, saat ditemui di Kabupaten Ngawi, pada Senin (27/2/2023).

Noviana mengatakan, dalam dunia anak berkebutuhan khusus, dikenal sejumlah istilah berdasarkan kondisi anak. Dia menyebutkan, seperti down syndrome, cerebal palsy (lumpuh otak), hyper active, dan autism. Anak-anak dengan kondisi spesial tersebut, perlu mendapatkan perawatan khusus di masa kembang tumbuhnya.

Advertisement

"Anak-anak dengan kondisi berkebutuhan khusus perlu mendapatkan terapi," katanya kepada TIMES Indonesia.

Orang tua perlu menyadari ketika memiliki anak dengan kondisi berkebutuhan khusus. Noviana menjelaskan, anak berkebutuhan khusus biasanya ditandai dengan terlambat bicara. Meskipun tidak semua kasus anak terlambat bicara, mengarah pada kondisi berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus lebih kepada faktor genetik.

Terapi-4.jpgPraktisi terapis anak berkebutuhan khusus, Noviana Dian Anggraini. (FOTO: Miftakul/TIMES Indonesia)

"Tidak semua anak yang terlambat bicara kemudian mengarah pada berkebutuhan khusus," katanya.

Noviana menjelaskan sejumlah ciri-ciri anak dengan kondisi berkebutuhan khusus. Seperti misalnya anak-anak yang didiagnosa cerebal palsy atau lumpuh otak. Anak-anak dengan kondisi tersebut terlihat dari bentuk bagian tubuh yang lemah, kaku, atau terkulai. Umumnya kondisi kaki atau tangan pada anak berukuran lebih kecil.

Anak berkebutuhan khusus dengan kondisi down syndrome, mengalami kelainan kromosom genetik 21 yang menyebabkan keterlambatan perkembangan dan intelektual. Anak-anak dengan kondisi demikian, lanjut Noviana, memiliki ciri fisik yang sama. Bahkan diseluruh dunia.

"Anak-anak down syndrome memiliki ciri mata yang sipit sekali, hidung dan mulutnya kecil. Rambut biasanya lurus. Di seluruh dunia, wajahnya mirip, baik lelaki atau perempuan," ujarnya.

Anak-anak hyper active, kata Noviana, pada dasarnya sama seperti anak normal pada umumnya. Akan tetapi, anak hyper active cenderung lebih banyak kegiatan. Anak hyper active tidak bisa diam barang sedetik pun. "Anak hyper active tidak bisa diam," katanya.

Kondisi anak berkebutuhan khusus autism, kata Noviana lebih kompleks. Kondisi anak tidak ada kontak. Anak autism tidak ada timbal balik saat komunikasi dua arah. Anak juga tidak bisa fokus. Termasuk adanya gerakan repetitif, dan berbicara yang diulang-ulang.

Terapi-3.jpgTerapi pada anak hyper active. (FOTO: Noviana for TIMES Indonesia)

"Intinya ada satu kekakuan dari anak-anak autism. Kalau diubah, anak akan marah," ujarnya.

Anak berkebutuhan khusus juga berhak untuk belajar. Meskipun secara porsi berbeda dengan anak-anak yang normal. Menurut Noviana, porsi belajar anak barkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan kemampuan IQ masing-masing anak.

"Kalau dibawah rata-rata IQ (dibawah 85) kita mampu didik atau mampu latih. Tetap ada pembagiannya," ucapnya.

Peran Orang Tua

Menurut Noviana, orang tua memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus. Khususnya saat menemani proses belajar. Noviana menjelaskan, kunci dari proses tersebut, orang tua harus menyadari bahwa kondisi anak berkebutuhan khusus.

"Karena yang bisa mendampingi anak dari kesadaran orang tua. Dan menerima kondisi anak. Serta jangan malu. Kalau sudah sadar, orang tua akan berjuang agar anak bisa jauh lebih baik lagi," ucapnya.

Kondisi anak berkebutuhan khusus tidak dapat disembuhkan. Kata Noviana, faktor genetik yang memengaruhi kondisi anak terlahir berkebutuhan khusus. Proses pendampingan, perawatan, dan terapi pada anak hanya membantu mengurangi kelemahan, perilaku, dan ketidakmampuan anak.

"Terapi membantu mengurangi ketidakbisaan anak berkebutuhan khusus, menjadi bisa," papar praktisi terapis anak berkebutuhan khusus asal Kota Malang Noviana Dian Anggraini, saat ditemui di Kabupaten Ngawi.

Sementara itu, Deni Setiawan ketua kelompok masyarakat Darlia Rahargi yang fokus pada pendampingan anak berkebutuhan khusus menyebut, masih ada kesenjangan hak pendidikan bagi anak-anak kondisi spesial tersebut. Keberadaan sekolah luar biasa (SLB) bagi anak-anak berkebutuhan khusus masih tersentral di Kota Ngawi. Belum tersebar hingga daerah pinggiran.

"Kalau saya amati, di wilayah kota ada SLB, sementara di desa tidak ada. Jadi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus yang ada di pedesaan, tidak punya akses untuk menyekolahkan anak-anak mereka," kata Deni.

Deni mengatakan, sejauh ini pokmas Darlia Rahargi baru sebatas memberikan pemahaman dasar bagi orang tua anak berkebutuhan khusus. Melalui seminar, dan pelatihan yang akan berguna selama pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus.

"Kita juga berupaya membantu mencarikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Seperti halnya kursi roda, dan lain sebagainya," kata Ketua Pokmas Darlia Rahargi Deni Setiawan di Kabupaten Ngawi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES