Kesehatan

Kanker Serviks: Ancaman Kedua Terbesar bagi Wanita Indonesia

Jumat, 17 Maret 2023 - 20:01 | 72.43k
dr Jihan Arabikum, SpOG, dokter di RS Mawar Malang
dr Jihan Arabikum, SpOG, dokter di RS Mawar Malang

TIMESINDONESIA, MALANGKanker serviks, tumor ganas yang tumbuh di leher rahim, merupakan ancaman kedua terbesar bagi wanita Indonesia setelah kanker payudara. Data menunjukkan bahwa setiap hari terdapat 41 kasus baru kanker serviks dengan 20 kematian. 

dr Jihan Arabikum, SpOG, dokter di RS Mawar Malang, menjelaskan lebih lanjut mengenai penyebab dan pencegahan kanker serviks.

"Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (human papillomavirus). Ada 50 jenis virus, namun jenis 16 dan 18 yang menyebabkan kanker serviks. Untuk berkembang menjadi kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 20 tahun," ungkap dr Jihan.

Faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi berganti-ganti pasangan seksual. Juga hubungan seksual terlalu dini (usia <18 tahun), perokok atau perokok pasif, infeksi berulang pada kelamin, kurang terjaganya kebersihan kelamin, riwayat keluarga yang menderita kanker, dan riwayat tes Pap smear yang abnormal sebelumnya.

"Kanker serviks pada stadium awal sering tidak bergejala. Namun pada stadium lanjut dapat timbul gejala seperti perdarahan pervagina setelah berhubungan intim. Tepatnya di antara siklus haid, setelah menopause dan setelah membersihkan vagina, mestruasi lebih lama dengan darah lebih banyak, cairan yang keluar dari vagina berair, berdarah, dan berbau busuk, nyeri panggul selama berhubungan intim, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan, dan pembengkakan kaki," papar dr Jihan.

Mencegah Kanker Serviks

Untuk mencegah kanker serviks, pencegahan primer dapat dilakukan dengan berperilaku seksual yang sehat dan melakukan vaksinasi. Vaksin HPV diberikan kepada perempuan usia 9-55 tahun dan laki-laki usia 19-26 tahun. Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis. Selain itu, pencegahan sekunder melibatkan deteksi dini kanker serviks dengan tes skrining rutin seperti Pap smear, inspeksi visual dengan asam asetat, dan pemeriksaan HPV DNA.

dr Jihan menekankan, "Pap smear direkomendasikan untuk wanita yang aktif secara seksual sejak dua tahun sejak berhubungan seksual pertama atau pada wanita berusia 30-50 tahun dan dilakukan berkala tergantung pada hasil pemeriksaan pap smearnya."

Untuk tes inspeksi visual asam asetat, asam asetat atau cuka dapur diencerkan hingga memiliki konsentrasi 3-5% dioleskan pada leher rahim. Bercak putih pada serviks menandakan adanya sel dysplasia atau tahapan pra-kanker. 

Sementara itu, tes DNA HPV mendeteksi kanker serviks sejak dini sebelum muncul perubahan melalui adanya materi genetik (DNA) dari HPV risiko tinggi. Pemeriksaan ini dapat diulang secara rutin setiap 3-5 tahun. Prosedur persiapan untuk pemeriksaan DNA HPV sama dengan persiapan sebelum melakukan Pap smear.

Dokter Jihan menyarankan agar wanita menjaga kebersihan kelamin dan menghindari faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

"Penting bagi wanita untuk menjaga kebersihan organ intim, menghindari merokok dan paparan asap rokok, serta membatasi pergantian pasangan seksual. Selain itu, pastikan untuk melakukan tes skrining secara rutin sesuai rekomendasi dokter," tegas dr Jihan.

Masyarakat diharapkan semakin menyadari pentingnya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Dengan upaya pencegahan yang tepat dan deteksi dini melalui skrining rutin, angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat ditekan. 

Hal ini akan meningkatkan kualitas hidup wanita Indonesia dan mengurangi beban kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Sudarmadji
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES