Ramai Soal Perselingkuhan, Ini Penyebab Selingkuh Menurut Psikoterapis

TIMESINDONESIA, MALANG – Terhitung beberapa minggu terakhir ini, isu perselingkuhan menjadi perbincangan hangat oleh warganet. Sejak kabar perselingkuhan salah satu artis ibu kota mencuat di media pada Selasa (20/6/2023), tagar selingkuh masih mentereng pada laman trending twitter hingga Kamis (22/6/2023).
Salah satu warganet @lovacaa mencutikan, “Kukira musim kemarau, ternyata musim selingkuh.” Cuitan seirama dilontarkan akun @mia. “kok banyak banget ya orang selingkuh,musim kali ya? musim di Indo nambah 1? jadi 3 musim, hujan, kemarau sama selingkuh?”
Advertisement
Lalu apa alasan individu melakukan perselingkuhan dari pasangannya? Dilansir oleh instyle.com, Dr. Jenn Mann, psikoterapis Amerika, memamaparkan beberapa alasan mengapa individu sampai melakukan perselingkuhan.
1. Kurangnya keterikatan emosional
Kebanyakan individu tidak menyadari betapa pentingnya menciptakan, memelihara, dan memelihara keterikatan emosional dalam suatu hubungan. Dalam relationship setiap pasangan akan selalu dihadapkan dengan persoalan. Akan tetapi, ketika pasangan merasa adanya keterikatan satu sama lain, kemungkinan untuk bertindak diluar norma akan terkesampingkan. Studi menunjukkan bahwa hanya 7% wanita yang selingkuh dan 8% pria yang selingkuh selingkuh karena ketidakpuasan seksual saja. Sebagian besar selingkuh karena kurangnya hubungan emosional dalam hubungan atau kombinasi dari kurangnya hubungan emosional dan seksual dalam hubungan tersebut.
2. Tidak membatasi hubungan dengan orang lain selain pasangan
Ancaman ini datang dalam berbagai bentuk, tidak semerta-merta hanya karena “orang ketiga” dalam sebuah hubungan. Misalnya orang terdekat, mertua yang tinggal satu atap selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang sampai ikut campur dengan kehidupan rumah tangga pasangan. Selain itu juga keprofesionalan dalam bekerja atau pendidikan, agar menciptakan batasan-batasan bersama.
3. Konflik yang berujung kekerasan
Dalam sebuah hubungan tidak lepas dari konflik yang menyertainya,. Berdasarkan data oleh Kemenpppa 1 yang diinput pada tanggal 1 januari 2023 ada sebanyak 11.631 kasus kekerasan dalam sebuah hubungan dimana 2.250 adalah korban laki-laki dan 10.440 adalah korban perempuan. Pada korban yang mengalami konflik yang berujung kekerasan, akan merasakan ketidaknyamanan dan mencari kenyamanan pada pihak lain.
4. Masalah masa kecil yang belum terselesaikan
Melansir Psychology Today, inner child merupakan realitas psikologis yang harus ditanggapi dengan serius. Seiring bertambahnya usia, anak-anak yang terluka secara emosional meninggalkan beberapa perilaku masa kecil mereka, tetapi mereka masih memiliki inner child yang terluka jauh di dalam jiwa mereka. Berbagai pengalaman baik dan buruk saat anak-anak akan berpengaruh pada pembentukan kepribadian dan karakter seseorang. Seringkali, kepribadian dan karakter tersebut tidak berubah bahkan hingga individu tersebut dewasa. Rasa tidak mampu mengekspresikan, ketakutan tak terkomunikasikan dapat memicu konflik dalam sebuah hubungan hingga menyebabkan perselingkuhan itu terjadi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |