Tidak Sikat Gigi Setiap Malam Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Scientific Reports, para peneliti menemukan bahwa tidak menyikat gigi pada malam hari, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (CVD) pada pasien berusia 20 tahun keatas.
Dilansir Hygiene News and Research beberapa penelitian sebelumnya memang menekankan betapa pentingnya perawatan dan manajemen rongga mulut perioperatif terutama pada pasien dengan kanker ganas, serta penyakit pernapasan, gastrointestinal, dan kardiovaskular.
Advertisement
Banyak dari laporan ini berfokus pada waktu menyikat gigi dalam konteks demineralisasi gigi.
Namun laporan tersebut tidak mengeksplorasi hubungan antara waktu sikat gigi dan penyakit sistemik, termasuk CVD.
Individu yang dilibatkan dalam penelitian ini ditangani di Rumah Sakit Universitas Osaka di Jepang antara bulan April 2013 hingga Maret 2016 untuk pemeriksaan, pembedahan, dan pengobatan.
Pasien yang mengunjungi Unit Kedokteran Gigi rumah sakit tersebut, untuk mencari perawatan gigi, perawatan mulut perioperatif, dan skrining infeksi juga dianalisis.
Total ada 1.675 peserta studi yang kemudian diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yakni kelompok MN, Kelompok malam, Kelompok M, dan Kelompok None.
Kelompok MN dilaporkan menyikat gigi dua kali sehari, sekali setelah bangun tidur dan sekali lagi pada malam hari.
Sedangkan Kelompok Malam melaporkan, menyikat gigi hanya sekali pada malam hari saja
Sementara Kelompok M melaporkan menyikat gigi hanya setelah bangun tidur, sedangkan kelompok None tidak menyikat gigi.
Jumlah peserta dalam setiap kelompok masing-masing adalah 409 orang, 751 orang, 164 orang, dan 259 orang.
Jumlah laki-laki di kelompok M, sebanyak empat kali lipat dari perempuan di kelompok ini.
Kelompok Malam dan MN memiliki persentase individu tertinggi yang melaporkan menyikat gigi setelah makan siang masing-masing sebesar 44,9% dan 24%.
Beberapa peserta studi dalam kelompok M tidak ada yang melaporkan menyikat gigi setelah makan siang.
Para peneliti kemudian mengevaluasi usia, jenis kelamin, riwayat merokok, dan hasil tindak lanjut setiap peserta.
Selain itu, empat peneliti independen juga meninjau secara retrospektif catatan gigi dan medis dari semua peserta penelitian.
Seorang dokter gigi menyelidiki kesehatan mulut, frekuensi pra-rumah sakit dan waktu menyikat gigi, kedalaman poket periodontal, tingkat mobilitas gigi, dan jumlah gigi.
Beberapa kejadian kardiovaskular dipertimbangkan dalam penelitian ini, termasuk rawat inap terkait CVD untuk gagal jantung, aritmia, infark miokard, angina pektoris, dan penyakit katup dan aorta yang membutuhkan pembedahan.
Model bahaya proporsional digunakan untuk menilai hubungan antara item pengamatan dan terjadinya kejadian kardiovaskular dan prognosis kehidupan.
Untuk analisis subkelompok yang dikelompokkan berdasarkan status merokok, kurva Kaplan-Meier digunakan untuk memperkirakan waktu dari kunjungan dokter gigi peserta untuk mempelajari titik akhir kematian atau akhir periode penelitian.
Semua analisis statistik menganggap nilai- P kurang dari 0,05 sebagai signifikan.
Berdasarkan sampel darah yang diperoleh saat masuk rumah sakit, semua peserta memiliki kadar protein C-reaktif (CRP), hemoglobin, albumin, kreatinin, dan HbA1c yang serupa tetapi kadar peptida natriuretik otak (BNP) berbeda.
Grup MN dan Kelompok Malam memiliki tingkat kelangsungan hidup yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Kelompok None.
Semua peserta penelitian memiliki status merokok yang sama; namun, mereka memiliki parameter gigi yang bervariasi.
Misalnya, kelompok MN memiliki peserta terbanyak dengan kedalaman poket gigi melebihi delapan milimeter (mm).
Dibandingkan dengan Kelompok Malam dan M, lebih banyak pasien dalam Kelompok None dan MN yang memiliki indeks mobilitas gigi tiga.
Dalam praktik klinis mereka, para peneliti menjumpai banyak orang paruh baya dan lanjut usia yang tidak menyikat gigi di malam hari.
Dalam wawancara mereka, banyak dari pasien tersebut menyebutkan bahwa mereka mengkonsumsi alkohol pada malam hari, yang menyebabkan mereka menjadi terlalu lelah dan tidak menyikat gigi.
Dalam setiap kelompok studi, beberapa individu dilaporkan tidak menyikat gigi di malam hari. Ini mungkin karena kebiasaan yang dipelajari dari orang tua mereka selama masa kanak-kanak, gaya hidup, dan variasi daerah.
Ketidaktertarikan umum pada kebersihan gigi adalah alasan lain orang tidak menyikat gigi pada malam hari dan setelah makan siang.
Sarapan dan makan siang telah terbukti meningkatkan risiko deposit intraoral yang tetap berada di mulut sepanjang hari dan akibatnya meningkatkan risiko karies gigi dan penyakit periodontal lainnya.
Jadi, menyikat gigi hanya di pagi hari setelah bangun tidur tidak cukup dan menyiratkan kebersihan mulut yang buruk.
Selain itu, menyikat gigi di malam hari sangat penting untuk menjaga kesehatan mulut yang baik, yang mendukung hipotesis bahwa beban bakteri intraoral meningkat selama tidur karena berkurangnya aliran saliva.
Temuan studi akhirnya menegaskan kembali bahwa menyikat gigi sebelum sarapan diperlukan, menyikat gigi pada malam hari sebelum tidur bahkan lebih penting lagi untuk mencegah CVD. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |