Kesehatan

Atasi Penyakit Tuberculosis, Ini Strategi Dinas Kesehatan Pemkab Sleman

Kamis, 28 September 2023 - 15:50 | 80.95k
Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Sleman, dr Cahya Purnama M.Kes. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Sleman, dr Cahya Purnama M.Kes. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SLEMAN – Penderita Tuberculosis (TBC) di Kabupaten Sleman ternyata cukup tinggi. Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) Dinas Kesehatan Pemkab Sleman mencatat hingga 15 Desember 2022 kasus Tuberculosis di Kabupaten Sleman sebanyak 1.604 kasus.

Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2021. Sebelumnya, pada tahun 2021 penderita Tuberculosis di Kabupaten Sleman hanya sekitar 1.000 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 orang meninggal dunia. Hanya, penderita Tuberculosis yang meninggal bukan karena semata-mata karena Tuberculosis melainkan karena memiliki penyakit kormobit seperti jantung, gula, dan lain sebagainya.

Advertisement

Untuk mencegah agar masyarakat tidak menderita penyakit Tuberculosis, berbagai strategi telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Pemkab Sleman. Diantara strategi untuk mencegah penyakit Tuberculosis yaitu melaksanakan Program Inovasi SIKAT TB (Sleman Sigap Kendali dan Atasi Tuberkulosis).

SIKAT TB merupakan layanan komprehensif multisektor untuk menjamin akses pelayanan standar pemeriksaan terduga TBC lebih efektif, efisien, setara dan aktif menjangkau keluarga rentan kurang mampu dengan sistem informasi digital.

“Sebenarnya, proses pelayanan terhadap warga rentan resiko TBC telah dilakukan sejak 2018. Namun, penemuan kasusnya masih belum mencapai target SPM (standart pelayanan minimal) nasional. Akibatnya, banyak warga yang sebenarnya menderita TBC tapi tidak terdeteksi serta diobati dan akan terus menularkan di masyarakat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Sleman, dr Cahya Purnama M.Kes kepada TIMES Indonesia, Kamis (28/9/2023).

Cahya menerangkan, program SIKAT TB ini merupakan salah satu strategi untuk menemukan kasus TBC. Untuk menyukseskan strategi ini, Dinas Kesehatan Pemkab Sleman telah bekerjasama dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan instansi terkait.

Cahya mengingatkan, penyakit Tuberkolosis merupakan penyakit menular yang perlu diatasi dengan serius. Dengan adanya SIKAT TB, ia berharap dapat mengendalikan dan mengatasi penyebaran Tuberkolosis di Bumi Sembada.

“Kami menargetkan, dalam waktu dua tahun ini Program SIKAT TB harus sudah menyasar seluruh wilayah di Kabupaten Sleman. Kali pertama, SIKAT TB dikenalkan  pada Juni 2023. Awalnya, kami berproses sampai akhirnya bisa menyelenggarakan pelatihan dan mudah-mudahan ke depan semua Kapanewon di wilayah Kabupaten Sleman bisa tersasar,” papar Cahya,

Cahya menyebutkan, kegiatan SIKAT TB merupakan inisiatif Pemkab Sleman. Program ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit Tuberkolusis dan kampanye pencegahan maupun pengendalian yang harus diambil oleh masyarakat.

Melalui Program SIKAT TB tersebut Dinkes Sleman berkomitmen untuk menciptakan Sleman yang lebih sehat dan aman dari ancaman penyakit tuberkolosis.

Selain itu, untuk menyukseskan Program SIKAT TB ini pihaknya telah membuat project zero TBC untuk pemeriksaannya. Zero TBC merupakan program kerja sama UGM dengan Pemerintah Kabupaten Sleman. Program ini sekaligus sebagai bagian dari upaya percepatan pemberantasan penyakit tuberkulosis (TBC) tahun 2030.

Sedangkan teknis pelaksanaannya, Program SIKAT TB menggunakan strategi mencari kontak untuk tes TB pada keluarga miskin. Hal ini dilakukan bekerjasama dengan tim pendamping sosial kalurahan (kader) yang ada di masing-masing padukuhan. Nah, para kader akan mendapatkan pelatihan perihal TBC. Termasuk apa saja yang harus dilakukan jika menemukan kontak TBC di lapangan.

“Orang yang diduga Tuberkulosis harus menjalani pemeriksaan rontgen dan tes molekuler cepat agar suspek tuberkulosis dapat diidentifikasi dengan cepat,” pinta Cahya.

Program SIKAT TB dimaksudkan membantu masyarakat Sleman melawan ancaman tuberkulosis. Hal ini mengingat penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak diobati. Di sisi lain, Program SIKAT TB diharapkan dapat membantu mengurangi kemiskinan.

“Untuk itulah, kami melakukan  jemput bola dengan mendatangi sasaran. Dengan begitu mudah-mudahan akan terjaring (pasien) Tuberkulosis,” jelasnya.

Dengan menerapkan SIKAT TB, masyarakat bisa menjadi lebih kuat. Apabila ada seseorang di usia produktif yang tetapi terpapar TBC, maka otomatis akan menghambat mereka untuk bekerja. Namun hal tersebut akan berbeda jika sudah terdeteksi dan terus di obati.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Pemkab Sleman terus melakukan edukasi termasuk menghilangkan stigma yang ada di tengah masyarakat mengenai TBC.

“Penderita jangan malu, tuberkulosis itu ibaratnya seperti Covid-19 kemarin. Bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan setelah terbebas dari TBC dapat melakukan aktifitas yang produktif kembali,” tegasnya.

Cahya menerangkan, bentuk kerja sama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain dalam program ini adalah apabila ada penderita Tuberkulosis sedang menjalani masa pengobatan dan penderita tidak bisa bekerja, maka penderita Tuberkulosis tersebut akan mendapatkan bantuan (jadup) dari Dinas Sosial Pemkab Sleman.

Selain itu, Dinas Kesehatan Pemkab Sleman juga mengandeng Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Sleman dan mengusulkan pada instansi ini agar lingkungan masyarakat yang kumuh, miskin, terbelakang (kumistebal) dapat di tata menjadi lingkungan yang bersih dan sehat. Sebab, kebanyakan penderita Tuberkulosis tinggal di area kumistebal.

“Lingkungan kumuh dan padat penduduk memang jadi sarang penyebaran penyakit menular TBC. Mengingat kondisi lingkungan seperti itu sangat mendukung berkembangnya kuman mycobacterium tuberculosis penyebab TBC," paparnya.

Cahya menyebutkan bahwa penularan Tuberkulosis lebih mudah dan cepat di lingkungan kumistebal. Sebab, masyarakat di kawasan tersebut belum membiasakan hidup bersih dan sehat. Sementara penyakit Tuberkulosis sangat mudah menular karena penularannya melalui udara. Karena itu, pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit Tuberkulosis, khususnya di wilayah Sleman.

Cahya Purnama mengapresiasi sejumlah pihak yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. Pada Juni 2023, Dinas Kesehatan Pemkab Sleman telah melakukan Workshop SIKAT TB di Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan.

Dinas Kesehatan Pemkab Sleman mengacungi jempol terhadap para kader, lurah maupun perangkat desa Kalurahan Tamanmartani karena telah mengalokasikan anggaran sebesar 10% atau 12 % persen dari Dana Kalurahan untuk kesehatan warganya. Tidak hanya itu, perangkat desa juga aktif melakukan sejumlah upaya dalam mendukung program SIKAT TB.

“Lurah aktif menghubungi dan mengimbau warga yang belum kelihatan via WA agar hadir saat ada kegiatan SIKAT TB tersebut. Selain itu, Jagabaya Kalurahan Tamanmartani dilibatkan menjemput warganya yang memiliki keterbatasan agar bisa hadir ke balai desa. Serta Pelibatan Kelompok Seni Budaya Binaan Desa Budaya Tamanmartani untuk promosi," ungkapnya.

Selain itu, apresiasi juga ditujukan kepada Kalurahan Margoluwih, Seyegan, Sleman. Kalurahan ini juga memiliki program rutin menyangkut pemeriksaan kesehatan masyarakat yang dinamai 'Lakon Semar' (Layanan Pemeriksaan Kondisi Kesehatan Kesehatan Masyarakat Margoluwih). Program dilaksanakan melalui penyuluhan penyakit tidak menular (PTM) dengan pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, asam urat, gula darah, golongan darah dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA ), yakni cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin.

Selanjutnya, Dinas Kesehatan Pemkab Sleman melibatkan keberadaan 'Lakon Semar' dengan menambahkan screening TBC. Belum lama ini, Dinas Kesehatan Pemkab Sleman bekerjasama dengan Pemerintah Kalurahan Caturtunggal menggelar SIKAT TB.  Kegiatan tersebut diselenggarakan di Pendopo Kalurahan Caturtunggal. Tujuannya adalah untuk mengendalikan dan mengatasi penyebaran Tuberkolosis di Kalurahan Caturtunggal, Depok, Sleman.

Dalam kesempatan ini, Panewu Depok Wawan Widiantara merespon positif kerja sama antara Dinas Kesehatan Pemkab Sleman dan Kalurahan Caturtunggal dalam melaksanakan program ini.

Disisi lain, Pelaksana Tugas Lurah Caturtunggal, Aminudin Aziz berharap, program ini dapat mencapai hasil yang maksimal dalam melindungi warganya dari penyakit Tuberkolosis. Kolaborasi antara Kalurahan Caturtunggal dengan Dinas Kesehatan Pemkab Sleman dapat menjadi contoh kalurahan lain dalam memerangi penyakit menular seperti Tuberkolosis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES