Kesehatan

Mengenal Operasi ACL Komprehensif, Pulihkan Cedera Ligamen Lutut

Minggu, 12 November 2023 - 10:12 | 68.45k
Dr. Gede Chandra Purnama Sp.OT ( K) Sport Injury yang merupakan dokter spesialis orthopaedic (kiri) bersama Asep Azis SSt. FT yaitu Fisioterapis Olahraga saat menangani pasien, Minggu (12/11/2023). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Dr. Gede Chandra Purnama Sp.OT ( K) Sport Injury yang merupakan dokter spesialis orthopaedic (kiri) bersama Asep Azis SSt. FT yaitu Fisioterapis Olahraga saat menangani pasien, Minggu (12/11/2023). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Atlet maupun sport enthusiast yang tidak berada di bawah pengawasan instruktur profesional rawan mengalami cedera. Cedera olahraga sendiri sangat bervariasi. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tetapi paling banyak para atlet mengalami cedera lutut.

"Biasanya berkisar di area lutut yang merupakan proporsi terbesar dari semua cedera olahraga," terang Dr. Gede Chandra Purnama Sp.OT ( K) Sport Injury yang merupakan dokter spesialis orthopaedic di RS Orthopedi Surabaya, Minggu (12/11/2023).

Advertisement

Cedera pada area lutut ini memang sebagian besar dalam kondisi ringan. Tetapi sebagian kecil terdeteksi cukup serius dan membutuhkan tindakan khusus. Terutama memerlukan penanganan dokter spesialis ortopedi.

Salah satu momok yang kerap mengintai sport enthusiast adalah cedera ligamen anterior cruciate (ACL) atau cedera urat lutut yang berfungsi penting dalam gerakan-gerakan khusus dalam olahraga. Terutama bagi atlet yang melibatkan gerakan cepat dan berputar seperti basket, sepakbola, tennis, dan badminton.

Di mana setiap gerakan kaki bertumpu pada ACL. Apabila salah tumpuan seperti terjatuh, salah posisi mendarat usai melompat, maka ACL berisiko tinggi mengalami cedera.

"Cedera ACL adalah salah satu cedera yang sering dialami oleh atlet ataupun sport enthusiast," tandasnya.

Tanda cedera ACL cukup jelas terlihat. Dokter Gede Chandra membeberkan trias atau tiga gejala yang paling menonjol. Pada saat terjadi cedera, umumnya lutut yang menjadi tumpuan akan merasakan sakit yang sangat hebat, akan terasa seperti suara letupan 'suara pop' yang menandakan ACL putus pada saat itu juga. Setelah kedua tanda tadi, selanjutnya atlet tidak akan mampu melanjutkan aktivitasnya karena tidak mampu berjalan.

Penanganan pertama selalu on side di lokasi. Maka, penting bagi atlet untuk selalu mempunyai tim medis di lapangan. Namun bagi amatiran, bisa mengingat akronim R (Rest), begitu cedera segera berhenti beraktivitas, istirahat dan menepi di pinggir jalan. Jangan melakukan gerakan lain. 

"Jangan lanjut olahraga, harus berhenti dan istirahat," ungkap dr Gede.

Kemudian kedua, cari sesuatu yang cukup dingin dan bisa digunakan untuk mengompres bagian yang sakit kurang lebih selama 15 menit sambil istirahat.

"Memang idealnya harusnya es, karena suhu es merupakan suhu yang tepat untuk bisa segera mengurangi pembengkakan. Kalau seperti dingin-dingin biasa suhu ruang nggak bisa," sambungnya.

Ketiga, jika ada, pergunakan bebat elastis. Tidak perlu terlalu ketat, asal bisa melindungi area yang cedera. 

Dan terakhir, tinggikan bagian tubuh yang cedera (elevation) sehingga sejajar atau lebih tinggi dari jantung. Tujuannya untuk memperbaiki sirkulasi darah dari kaki untuk kembali cepat ke jantung agar pembengkakan yang terjadi tidak terlalu besar. Perlu diingat, jangan pernah memijat bagian yang sakit. 

"Dari empat poin tadi, kita singkat dengan RICE. Itu hal pertama yang harus dilakukan dalam cedera apapun," ujarnya.

Penanganan pertama yang kurang tepat, bisa mengakibatkan perluasan kerusakan jaringan. Misal, jika pada awalnya ligamen sedikit robek dan memar, dengan manipulasi penanganan berlebih, bisa saja cedera makin parah.

Tentu juga akan memperpanjang proses pemulihannya. Misal mengompres bagian yang sakit dengan minyak urut. Padahal seharusnya kompres dingin.

Bagi sebagian besar pasien dengan cedera ACL yang signifikan, operasi seringkali merupakan pilihan terbaik untuk memulihkan fungsi lutut agar bisa kembali ke aktivitas olahraga yang berat.

"Penanganan khusus ini sering dilakukan oleh para atlet pro, semi pro maupun amatir sering melakukan operasi untuk bisa mengembalikan ACL yang cedera agar mereka bisa berolahraga kembali," ucapnya.

Dokter orthopaedic yang menguasai arthroscopi adalah spesialis yang ahli dalam tindakan operasi ACL. Mereka menggunakan teknik arthroscopi minimally invasive yang memungkinkan pasien memiliki pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan kerusakan jaringan yang lebih sedikit. Yaitu langkah pertama dengan memasukkan kamera dalam sendi.

"Hal ini memungkinkan kita untuk melihat persendian dengan lebih detail sekaligus mengurangi luka yang dibuat. Kalau operasi zaman dulu, sebelum ada kamera ini, maka sendi harus dibuka lebar untuk bisa melihat dan melakukan tindakan," jelas dr Gede Chandra.

Teknologi ini hanya membutuhkan sayatan kecil. Tindakan operasi ACL dilakukan oleh dokter orthopaedic dengan keahlian ini dapat membantu pasien memulihkan stabilitas dan fungsi lutut yang hilang akibat cedera.

Operasi ACL akan mengganti ACL yang sudah rusak. Karena ACL tidak bisa dijahit kembali. 

"Karena begitu robek, maka tubuh akan menyerap bagian yang sudah robek itu sehingga tidak ada lagi tersisa ACL yang bisa kita jahit. Sering kita harus melakukan penggantian dengan membuat ACL baru atau rekonstruksi," tutur dr Gede. 

Rekonstruksi ACL diambilkan dari donor yaitu tubuh pasien sendiri. Menggunakan urat atau tendon otot hamstring. Kemudian dipakai untuk menggantikan ACL.

"Ini merupakan tindakan yang sudah standar di seluruh dunia," ujarnya.

Setelah selesai operasi, membutuhkan waktu agar ACL yang telah ditanam bisa menyatu dengan tubuh. Di sinilah peran fisioterapi sangat penting.

Mereka akan memberikan dosis pelatihan yang tepat, sampai ACL bisa menyatu hingga pasien dinyatakan bisa berolahraga kembali.

"Kalau secara keseluruhan memang prosesnya cukup lama, antara 9-12 bulan tergantung seberapa parah kerusakan. Tapi dalam perjalanan menuju masa pemulihan, sebenarnya pasien di bulan tertentu sudah bisa melakukan olahraga. Tentu dipandu dengan fisioterapi," ungkapnya.

Fisioterapi akan menyarankan olahraga apa saja yang boleh dilakukan dan seperti apa gerakan maksimal yang bisa dilakukan. "Itu peranan dari fisioterapi," tandasnya.

Bebas Cedera - ASP Performance Clinic - KineticX Sport Science di Surabaya merupakan salah satu klinik cedera otot yang kerap menjadi tujuan berobat para atlet. Penanganan dimulai sejak pra operasi sampai sesudah operasi hingga pasien dinyatakan sembuh.

Klinik di Jalan Kombes M Duryat tersebut mempunyai dokter orthopaedic yang menguasai metode arthroscopi serta fisioterapis dalam pemulihan agar mengoptimalkan hasil operasi. 
 
Manfaat dokter orthopaedic yang menguasai arthroscopi dalam tindakan operasi ACL adalah karena mereka memiliki keahlian khusus dalam tindakan operasi ACL, sehingga memastikan prosedur berjalan dengan presisi.

Teknik arthroscopi minimally invasive mengurangi risiko komplikasi dan memungkinkan pemulihan yang lebih cepat. Dokter juga akan melakukan pemeliharaan struktur lutut. Berusaha untuk memelihara sebanyak mungkin struktur anatomis dalam lutut, yang penting untuk fungsi optimal.

Menurut Asep Azis SSt. FT yaitu Fisioterapis Olahraga yang telah 15 tahun berkarir sebagai fisioterapis olahraga di klub basket CLS Knights Surabaya, Timnas Basket dan juga Timnas Sepakbola Indonesia, setelah operasi ACL, peran fisioterapi dalam pemulihan sangat penting.

Fisioterapis membantu pasien memulihkan kekuatan dan mobilitasnya. Mereka merancang program pemulihan yang individual untuk setiap pasien, yang melibatkan latihan-latihan khusus untuk mengembalikan otot-otot di sekitar lutut ke tingkat kekuatan yang optimal. 

Program pemulihan juga mencakup pencegahan cedera sekunder dan meningkatkan kembali kualitas hidup pasien hingga kembali berolahraga dan kembali berkompetisi bagi seorang atlet.

Fisioterapi untuk cedera ACL akan memakan waktu selama 9-12 bulan hingga bisa kembali ke level olahraga kompetisi bagi seorang atlet, dan diperlukan penanganan yang komprehensif serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, psikolog olahraga, ahli gizi, pelatih fisik, strength and conditioning serta pasien itu sendiri harus memiliki motivasi yang kuat.
  
"Ada banyak manfaat fisioterapis dalam pemulihan cedera ACL," terang Founder dari Bebas Cedera serta ASP Performance Clinic tersebut.

Manfaat itu antara lain perancangan program individual. Fisioterapis merancang program pemulihan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien.

Manfaat berikutnya, mengurangi risiko cedera kembali. Program pemulihan mencakup latihan- latihan yang memperkuat otot-otot sekitar lutut, mengurangi risiko cedera kembali.

Fisioterapi juga akan memantau pemulihan fungsional, membantu pasien memulihkan kembali kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga dan sehari-hari dengan nyaman.

Pentingnya pemantauan kekuatan otot secara berkala dengan menggunakan metode teknologi sport science sebagai pencegahan cedera dan evaluasi perkembangan otot pasca cedera tidak boleh diabaikan. 

Menurut Dwiki sebagai Sport Scientist Kinetic-X Sport Science, data yang diberikan objective akan membantu memantau progress pemulihan pasca operasi ACL serta bisa juga data kekuatan otot ini bisa sebagai bagian dari pencegahan cedera.

"Melalui kerja sama antara dokter orthopaedic, fisioterapis,sport scientist dan pasien, pemulihan pasca operasi ACL dapat menjadi sukses dan pasien dapat kembali ke aktivitasnya dengan percaya diri dan tanpa rasa sakit," jelasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES