Kesehatan

Jelang Musim Pancaroba, Masyarakat Diminta Waspada DBD dan ISPA

Rabu, 22 November 2023 - 12:24 | 61.71k
Nyamuk Aedes Aegypti, penyebab DBD pada musim pancaroba. (FOTO: SHUTTERSTOCK/Tacio Philip Sansonovski)
Nyamuk Aedes Aegypti, penyebab DBD pada musim pancaroba. (FOTO: SHUTTERSTOCK/Tacio Philip Sansonovski)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sempat diguyur hujan setelah merasakan panasnya kemarau panjang, Wilayah Banyuwangi disebut akan memasuki musim peralihan atau pancaroba. Untuk itu, masyarakat diminta untuk menjaga kesehatan dan mewaspadai beberapa penyakit yang mungkin mengintai.

Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, Amir Hidayat, menjelaskan, ada beberapa sumber penyakit yang mungkin bisa diwaspadai oleh masyarakat Bumi Blambangan saat sudah memasuki musim pancaroba. Diantaranya yakni Demam Berdarah (DBD) dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). 

Advertisement

“Dari pengamatan kami selama ini, pada musim peralihan, DBD dan ISPA menjadi masalah utama kesehatan yang akan memiliki tren kenaikan,” ucap Amir, Rabu (22/11/2023).

Lebih lanjut, Amir menerangkan, pancaroba merupakan masa perkembangan atau Breeding sempurna bagi nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit DBD. Disitulah perlu kewaspadaan dan penanganan dalam mengurangi populasi nyamuk tersebut.

“Hujan terus panas kemudian hujan lagi, nah itu sangat memungkinkan suhu menjadi hangat dan cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan nyamuk,” tandasnya.

Dalam upaya mencegah penyakit DBD yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti. Masyarakat bisa menerapkan PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara 3M yakni menguras bak penampungan air secara rutin setiap minggu sekali, kemudian menutup tempat penampungan air yang tidak berhubungan dengan tanah, dan yang terakhir yaitu membersihkan tempat yang bisa menimbulkan genangan air seperti kaleng bekas, botol bekas dan sebagainya.

“Seperti surat edaran yang telah kami sampaikan kepada seluruh kecamatan di Banyuwangi. Seminggu sekali, di hari minggu, 1 jam di pagi hari untuk membersihakn lingkungan sekitar,” terang Amir.

“Perlu kehati-hatian apabila ada orang yang terserang nyamuk Aedes Aegerpty, karena bisa menularkan serangan hingga radius 100 meter dilingkunganya,” imbuhnya.

Apabila bak penampungan air tidak memungkinkan untuk dikuras secara rutin, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat sudah menyediakan obat pembunuh jentik nyamuk atau Abate.

“Masyarakat Banyuwangi bisa ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan Abate secara gratis,” tandas Amir.

Dalam menghadapi kasus, bila terjadi lonjakan DBD saat musim pancaroba, Dinkes Banyuwangi sudah menyiagakan tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas kesehatan (faskes), untuk bergerak cepat dalam melakukan pemantauan atau surveillance, agar bisa dilakukan penyelidikan dan pencegahan secara cepat dan akurat.

Amir juga memaparkan, pada Oktober 2023 terdapat 47 kasus DBD, dan cenderung relatif menurun, akibat kemarau panjang.

“Secara umum di masa pancaroba perlu kehati-hatian untuk peningkatan DBD,” pungkasnya,

Selain DBD, ISPA juga bisa menjadi momok yang bakal menghantui masyarakat Banyuwangi saat awal musim penghujan dan akhir musim kemarau. ISPA sendiri diterangkan oleh Amir, terjadi akibat imunitas tubuh menurun karena efek pergantian cuaca dengan suhu yang berubah-ubah.

“Karena tubuh beradaptasi dengan suhu secara ektrem, memungkinkan tubuh rentan dengan serangan virus maupun bakteri,” katanya.

Oleh sebab itu, diimbau kepada masyarakat dalam menghadapi ISPA yang akan menyerang saat peralihan musim nantinya, supaya masyarakat bisa menjaga imunitas dan stamina dengan banyak mengkonsumsi air mineral, vitamin atau madu.

“Yang terpenting meningkatkan dan menjaga kesehatan tubuh,” kata Amir. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES