Kesehatan

Fogging Nyamuk Berbahaya? Begini Penjelasan Pakar Kesehatan Pacitan

Rabu, 29 November 2023 - 15:35 | 62.27k
Pakar kesehatan Kabupaten Pacitan dr Trihariadi Hendra Purwaka saat menjelaskan bahaya fogging bagi manusia. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Pakar kesehatan Kabupaten Pacitan dr Trihariadi Hendra Purwaka saat menjelaskan bahaya fogging bagi manusia. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Nyamuk seringkali menjadi penyebab penyakit demam berdarah dengue atau DBD yang harus diberantas. Namun tanpa kita sadari, pemberantasan dengan fogging justru dapat berdampak buruk atau berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Menurut pakar kesehatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dr Trihariadi Hendra Purwaka, pengasapan fogging itu sejatinya langkah terakhir dalam pemberantasan nyamuk dewasa.

Advertisement

"Jika sudah menjadi keputusan yang berwenang, masyarakat kan mau tidak mau harus menerima. Karena itu perlu pertimbangan. Fogging kan upaya akhir membunuh nyamuk," katanya, saat ditemui di kediamannya, Rabu (29/11/2023).

Pria yang juga mantan Kepala Dinas Kesehatan Pacitan itu mengungkapkan, jika bahan yang digunakan untuk membuat asap fogging memiliki kandungan aktif berbahaya bagi kesehatan, seperti racun serangga golongan organophosporester insectisida; malation, sumithion, fenithrothion, perslin, dan lain-lain.

Penggunaaan fogging dengan bahan insektisida malation ini ternyata sudah digunakan pemerintah sejak tahun 1972 silam. Biasanya, fogging memakai fog machine dan malation harus diencerkan lalu dicampur solar atau minyak tanah.

"Maksud fogging kan untuk membunuh nyamuk. Tapi, itu justru bahaya sekali bagi kesehatan manusia. Memang itu menjadi sebuah resiko," ujar dr Hendra.

Bahaya Fogging Jangka Pendek

Menurut dr Hendra, asap fogging memiliki dampak negatif karena dapat mencemari lingkungan dan manusia.

Jika ditimbang dari segi biaya, tindakan fogging relatif mahal tetapi hasilnya dinilai tidak begitu signifikan bahkan justru membuat nyamuk menjadi semakin kebal atau resisten.

"Dampak buruk fogging bisa menyerang saluran pencernaan, pernafasan, kelainan gastrointestinal pada ibu hamil, hingga kerusakan properti rumah maupun perabot. Sedangkan jentik atau telurnya tidak bisa dibunuh dengan asap fogging," paparnya.

Dikutip dari Jurnal Epidemiolgy 1992 yang meneliti tentang hubungan antara paparan malation dengan kejadian kelainan saluran cerna atau gastrointestinal. Ditemukan bahwa wanita hamil yang terpapar malation mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar anaknya menderita kelainan gastrointestinal.

Masalah lain yang juga pernah diteliti jika paparan terhadap malation ini mengakibatkan gagal ginjal, gangguan pada bayi baru lahir, kerusakan gen dan kromosom pada bayi dalam kandungan, kerusakan paru, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.

Malation juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan, mulai dari gangguan gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak.

Belum lagi bahaya dari solar yang menjadi bahan pengencer malation. Hasil pembakarannya mengikat hemoglobin (Hb) dalam darah dibandingkan oksigen.

Selain itu, racun hasil pembakarannya mengakibatkan radang paru-paru yang bisa sembuh dalam 6-8 minggu, penyumbatan bronchioli dan dapat meninggal 3-5 minggu,serta iritasi dan produksi lendir berlebihan pada saluran napas.

Upaya Paling Efektif Mencegah DBD

Masih menurut dr Trihariadi Hendra Purwaka, untuk pemberantasan nyamuk memang dibutuhkan cara efektif dan efisien. Seperti memulai dari hal sederhana, misalnya membersihkan sekitar rumah, setiap jendela diberi kasa, atau tidur memakai selambu.

Namun jika diperlukan, dan nyamuk sudah menjadi wabah, seperti sampai menyebabkan kematian, maka harus dilakukan tindakan secara massal pemberantasan sarang nyamuk atau gerakan PSN.

"Itu harus dilakukan rutin secara bersama-sama di dalam sebuah komunitas masyarakat maupun lingkungan supaya nyamuk tidak berkembang biak dan memutus siklus penyebarannya," tegasnya.

Selain itu, Kabupaten Pacitan saat ini sedang menghadapi pergantian musim kemarau ke hujan di mana dapat memicu perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penularan DBD. Celakanya, nyamuk demam berdarah lebih suka berada di tempat yang bersih dalam rumah.

"Siap-siap, ayo mulai bersihkan lingkungan, kamar, dan rumah. Jika nyamuk tidak ada, insya Allah penyakitnya juga tidak ada, intinya jangan sampai tergigit nyamuk," tutur dr Hendra Purwaka.

Terakhir, pemberantasan sarang nyamuk semestinya menjadi kesadaran bersama. Dinas Kesehatan Pacitan mencatat, pada pertengahan 2023 lalu, terdapat 162 kasus DBD. Oleh sebab itu warga diminta untuk saling mengingatkan demi tercipta lingkungan bebas nyamuk dan demam berdarah dengue. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES