Optimalkan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Bermain
TIMESINDONESIA, MALANG – Orang tua perlu memahami dunia bermain anak mereka khususnya yang masih usia dini untuk mendukung perkembangan yang optimal. Ini karena anak usia dini sedang berada pada fase Golden Age, dimana mereka mengalami perkembangan secara pesat. Entah itu pada aspek fisik, emosi, dan cara berpikir. Maka dari itu, orang tua harus memahami fase ini dan mendukung perkembangan mereka.
“Perkembangan anak usia dini bisa didukung secara optimal dengan bermain,” ujar Magdalena Olvina Ledho Hermando mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang, ketika memberikan materi penyuluhan tumbuh kembang anak di Posyandu Permata Bunda, Kota Malang, Selasa (5/12/2023).
Advertisement
Olvina, mahasiswa dengan peminatan psikologi perkembangan merujuk pada teori perkembangan Piaget, tentang tahap perkembangan anak usia dini, Olvina menjelaskan bahwa tahap bermain anak usia dini ada dua tahap. Pertama, berupa tahap bermain Sensori - Motorik.
Pada tahap ini, anak berusia 0-2 tahun belajar mengenal dunia sekitarnya melalui panca indera dan aktivitas motorik sederhana. Biasanya, mereka bermain dengan mainan yang dapat dipegang, menggigit mainan, dan bereksplorasi dengan panca indera mereka. Mereka akan belajar mengkoordinasikan mata dan tangan. Sebagai orang tua, hal yang perlu dilakukan adalah mendampingi ketika bermain dan menyediakan mainan yang dapat menstimulasi panca indera mereka.
Pada tahap kedua, berupa tahap Symbolic/Make Believe. Anak berusia 2-7 tahun mulai menggunakan imajinasi dan bermain dengan cara menirukan perilaku yang ada disekitar mereka.
“Biasanya anak umur segitu bermain peran seperti dokter-dokteran, berpura-pura menjadi ibu, putri duyung, ibu peri,” terang Olvina.
Olvina berpesan, orang tua sebaiknya ikut serta dalam permainan anak. Seperti bermain bersama, merangkul peran dalam cerita yang dibuat anak dan tidak menghentikan mereka dalam berimajinasi.
Selain itu, orang tua bisa memberikan fasilitas seperti jenis mainan yang mendukung permainan imajinasi mereka seperti mainan stetoskop dokter, mainan tembak-tembakan, dan sejenisnya. Menyediakan fasilitas ini tidak harus membeli mainan baru. Orang tua bisa menggunakan barang-barang yang tersedia di rumah.
“Orang tua sebaiknya mendampingi saat anak melakukan aktivitas bermain, karena hal itu dapat menjadikan hubungan anak dan orang tua menjadi lebih dekat,” saran Olvina. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |