Kesehatan

Tak Beri ASI Langsung, Ini Masalah yang Timbul pada Bayi

Jumat, 22 Desember 2023 - 05:01 | 45.85k
Ilustrasi - Ibu memberi ASI kepada bayi. (FOTO: iStockPhoto)
Ilustrasi - Ibu memberi ASI kepada bayi. (FOTO: iStockPhoto)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pakar gizi masyarakat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, menyatakan bahwa ibu yang tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara langsung, melainkan menggunakan botol atau dot pada bayinya, dapat menyebabkan bayi mengalami bingung puting.

"Anaknya bingung puting karena itu ibunya jadi eksklusif pumping (memerah ASI)," kata Tan dalam konferensi pers daring "Melindungi Ibu dan Anak dari Promosi Susu Formula yang Agresif" di Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Advertisement

Ibu yang menggunakan pompa ASI menyebabkan anak tidak menyusu secara langsung, mengakibatkan pengosongan payudara yang tidak maksimal.

"Karena pumping atau dipompa, anaknya tidak menyusu langsung, jadi, pengosongan payudara tidak maksimal. Akhirnya ASI makin seret," katanya.

Tan juga menyoroti kurangnya edukasi mengenai pentingnya memberikan ASI secara langsung atau ASI perah. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa beberapa bayi akhirnya diberi susu formula, selain dari ibu yang merasa rendah diri karena ASI-nya tidak sebaik ibu-ibu lain.

Alasan lain yang diungkapkan Tan adalah anjuran tenaga kesehatan, meskipun sebenarnya tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula yang dapat menghambat program pemberian ASI eksklusif, sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.

Selain itu, tekanan dari mertua, teman, dan tetangga juga menjadi faktor penyebab pemberian susu formula. Tan menyebutkan bahwa iri dengan pertumbuhan anak-anak lain yang gemuk juga menjadi patokan bagi beberapa orang tua, meskipun seharusnya kurva pertumbuhan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau WHO lebih diutamakan.

Tan menegaskan bahwa ada beberapa alasan medis yang dapat menjadi dasar penggunaan pengganti ASI, seperti bayi yang mengalami galaktosemia klasik sehingga memerlukan formula khusus bebas galaktosa, atau jika ibu terinfeksi HIV, dengan catatan bahwa pengganti ASI harus dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan, dan aman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES