TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kebutuhan dokter di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, masih kurang, baik dari dokter umum maupun dokter spesialis. Hal tersebut dilihat dari jumlah dokter yang dimiliki saat ini masih belum sebanding dengan jumlah penduduk Bumi Blambangan.
Untuk diketahui, keseluruhan dokter di Banyuwangi kurang lebih 434 orang. Jumlah tersebut sudah termasuk dokter yang terdapat di instansi pemerintah maupun di swasta yang juga meliputi dokter umum dan dokter spesialis.
Advertisement
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi Amir Hidayat mengatakan, kurang banyaknya kebutuhan tenaga dokter itu menjadi perhatian khusus bahkan di tingkat nasional. Oleh sebab itu, Menteri Kesehatan (Kemenkes) memberi ruang yang sangat luas untuk membuka prodi kedokteran di setiap Universitas, termasuk Banyuwangi.
Sesuai dengan Peraturan Menkes, Amir menjelaskan, seharusnya perbandingan dokter dengan penduduk yaitu 1:1000. Sedangkan dokter di Banyuwangi memiliki perbandingan yakni 1:5000 penduduk.
“Itu masih kurang banyak. Dokter-dokter itu sudah terhitung baik dokter yang ada di pemerintah maupun swasta dan termasuk juga dokter umum dan dokter spesialis,” ujarnya, Kamis (7/3/2024).
Dalam menutupi kekurangan dokter di Banyuwangi tersebut, Amir menuturkan, Dinkes menguatkan upaya promotif dan preventif. Ia menerangkan, upaya kesehatan itu dibagi dua yakni upaya kesehatan masyarakat untuk promotif dan preventif dan upaya kesehatan perorangan (UPK).
“Ini yang akan terus kami kuatkan supaya upaya promotif dan preventifnya bisa lebih masif,” katanya.
“Jadi harapanya kita bisa menekan hingga mengeliminir kasus-kasus kejadian yang saat ini terjadi karena keterbatasan tenaga kesehatan,” imbuh Amir.
Saat ditanya terkait penanganan kesehatan dampak dari kurangnya dokter tersebut, Amir menegaskan, apabila penanganan kesehatan di Banyuwangi masih cukup memadai. Lebih-lebih kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini menjadi bagian dari pelayanan secara berjenjang di primer, sekunder dan tersier.
"Sehingga kalau misalnya ada beberapa pelayanan yang tidak atau belum bisa dihandel oleh tenaga medis di RS. Blambangan bisa dirujuk ke RS. dr Soetomo, RS. dr Syaiful Anwar," tandasnya.
Amir menyebut, upaya berjenjang itu menjadi bagian yang terintegrasi dalam sistem rujukan. Beberapa layanan yang dapat ditangani di RSUD Blambangan dan Genteng maka akan tangani di rumah sakit tersebut.
“Namun apabila terkendala dengan keterbatasan tenaga bahkan peralatan kesehatan, penanganan bisa langsung dirujuk ke RS dr Soetomo atau RS dr Syaiful Anwar,” papar Amir. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |