TIMESINDONESIA, MALANG – Seni tato tubuh sudah ada sejak dulu. Seni menyacah gambar, simbol, atau tulisan pada permukaan kulit ini sudah ada sejak moyang kita. Dulu, tato sering dipakai sebagai bentuk identifikasi strata seseorang dalam komunitasnya.
Kini seni tato berkembang. Tato tak hanya soal identifikasi, tato juga bagian dari cara mengekspresikan diri. Hampir seluruh selebrtitis top dunia, olahragawan kondang sampai orang awam memutuskan menyacah tubuhnya dengan tato.
Advertisement
Kini, pakai tato sudah jadi budaya baru. Riset Pew Research Center pada 2023 mengungkap data yang cukup mencengangkan. Sekitar 32 persen orang Amerika Serikat memiliki setidaknya satu tato, dan sekitar 22 persen memiliki lebih dari satu tato. Dan sekitar 80% orang Amerika tidak lagi menganggap tabu orang menato tubuhnya.
Tidak hanya di AS, gelombang budaya tato pun merambah seluruh penjuru. Termasuk Indonesia.
Studi terbaru tato dan potensi kanker kelenjar getah bening
Tapi tunggu dulu. Tato yang Anda impikan untuk bisa mewakili ekspresi diri ini, mungkin memiliki risiko yang tidak anda duga sama sekali.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa tinta yang digunakan dalam seni tubuh populer ini mengandung bahan beracun. Racun tersebut dapat meningkatkan risiko kanker limfoma (kanker kelenjar getah bening), salah satu jenis kanker yang bermula pada sistem limfatik yang berfungsi melawan infeksi. Bahkan memiliki satu tato saja, bisa meningkatkan peluang terkena penyakit ini.
Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Lund di Swedia mengindikasikan memang ada hubungan potensial tersebut. Artikel penelitian yang diunggah di eClinicalMedicine-The Lancet pada 21 Mei 2024 itu menyatakan, seiring meningkatnya popularitas pengguna tato, kasus kanker limfoma ganas juga meningkat. Kenaikannya mencapai 3 hingga 4 persen dalam 40 tahun terakhir ini.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertato lebih berisiko terkena kanker limfoma ganas dibandingkan mereka yang tidak bertato. Orang bertato, memiliki risiko 21 persen lebih tinggi terkena kanker limfoma setelah mempertimbangkan faktor lain.
Risiko kanker limfoma paling tinggi (81 persen lebih tinggi) terjadi pada mereka yang mendapatkan tato pertama mereka kurang dari dua tahun sebelum diagnosis. Risiko menurun pada mereka yang telah memiliki tato selama 3 hingga 10 tahun, tetapi naik lagi (19 persen lebih tinggi) pada mereka yang memiliki tato lebih dari 11 tahun.
Bukan sekadar ukuran atau jumlah tato
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa ukuran tato tidak secara signifikan mempengaruhi peningkatan risiko kanker.
“Kami belum tahu pasti mengapa ini terjadi. Kemungkinan tato, tanpa memandang ukuran, memicu peradangan tingkat rendah dalam tubuh yang kemudian memicu kanker,” ungkap Christel Nielsen, pemimpin penelitian tersebut, dikutip dari lamanepochtimes pada 29 Juli 2024 lalu.
Untuk diketahui, penelitian ini adalah yang pertama meneliti kasus tato sebagai faktor risiko kanker pada sistem limfatik. Penelitian lanjutan, sedang dilakukan untuk melihat hubungan antara tato dan jenis kanker lainnya. "Butuh lebih banyak penelitian epidemiologi untuk menentukan hubungan sebab akibatnya," tulis hasil penelitan tersebut.
Tinta tato penyebab kanker?
Sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan oleh National Library of Medicine di AS mengingatkan bahwa memang ada zat dalam tinta tato yang berpotensi menimbulkan risiko keracunan untuk kesehatan manusia. Sejumlah studi lain juga mengingatkan hal serupa.
Hal itu juga ditegaskan Christel Nielsen. Memang tinta tato memang mengandung bahan kimia yang berbahaya. "Dapat terdeposit di kelenjar getah bening,” jelas Nielsen.
Sistem kekebalan yang ada alam tubuh manusia memang bisa membersihkan partikel tinta yang dianggap sebagai benda asing yang masuk. Tapi risiko tetap ada bila sistem kekebalan yang ada tak mampu menetralisirnya.
Tetap hati-hati dan waspada
Meskipun tato saat ini menjadi salah satu bentuk ekspresi orang yang makin populer, penting bagi masyarakat untuk juga memahami risiko kesehatan yang mungkin muncul.
Bagi yang punya tato, jangan ragu untuk segera mencari perawatan medis bila ada keluhan terkait tato.
Sakadar saran. Bagi yang masih berencana pakai tato, pikir ulang dua atau tiga kali lagi soal risikonya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |