Kuatkan Ketahanan Pangan, Singapura Izinkan 16 Jenis Serangga untuk Dikonsumsi Manusia
TIMESINDONESIA, MALANG – Pada 8 Juli 2024 lalu, Singapura secara resmi mengumumkan ada 16 jenis serangga sebagai makanan manusia. Keputusan mengejutkan ini dipandang sebagai terobosan penting negara dalam menghadapi kebijakan pangan berkelanjutan dan ketahanan pangan.
Singapore Food Agency (SFA) menyatakan, 16 serangga tersebut dapat dikonsumsi manusia maupun sebagai pakan hewan. Langkah ini diambil pihak SFA untuk mendukung keberagaman sumber protein.
Advertisement
Langkah Singapura ini sebenarnya mengikuti jejak sejumlah negara yang sebelumnya sudah memberi izin serupa. Negara itu adalah Inggris, Australia, dan Uni Eropa. Untuk kasus di Amerika Serikat, izin mengonsumsi serangga masih dibatasi secara khusus, meski industri protein alternatif memang sudah berkembang pesat di sana.
Di Singapura, beberapa restoran sudah mulai menawarkan menu dengan bahan dasar serangga.
Namun, seorang kritikus soal pangan, Dr. Meryl Nass, menyoroti potensi risiko kesehatan bila mengonsumsi serangga. Seperti parasit, kesulitan pencernaan, dan alergi terhadap kitin, saat mengonsumsi serangga yang berlebihan.
Pun soal diksi mengonsumsi serangga akan mengurangi dampak climate change, mengurangi gas metan yang dihasilkan sapi sampai mengurangi polusi, baginya tidak berasalan. “Hanya karena alasan serangga proteinnya tinggi bukan berarti itu bagus buat manusia,” kata pendiri Door to Freedom ini.
Sementara itu, studi dari beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa minat publik terhadap makanan berbasis serangga saat ini masih rendah. Studi yang dilakukan European Consumer Organisation pada 2020 lalu dan studi yang dipublikasi oleh Germany’s Environmental Agency pada 2022, setidaknya memperlihatkan hal tersebut.
Kondisi geopolitik global yang terjadi saat ini, memang memaksa banyak negara untuk memikirkan keberlangsungan kebijakan pangannya. Yang dilakukan Singapura ini adalah salah satu bentuk kebijakan untuk menjaga pangan berkelanjutan di negaranya.
DI Indonesia, saat ini pemerintah sedang mendorong program swasembada pangan dengan membuka lahan pertanian baru (food estate). Di samping itu, kebijakan makan gratis akan diterapkan untuk menjaga agar gizi tetap terpenuhi ketika pasokan pangan global tak lagi mampu meng-cover kebutuhan pangan di Indonesia.
Apakah langkah ini merupakan solusi berkelanjutan atau justru menimbulkan masalah baru? Waktu yang akan menjawabnya.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |