Kurang Hubungan Sosial Berdampak ke Kesehatan Mental, Ini Sebab dan Solusinya
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kondisi hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang, terutama dalam kesehatan mental.
Menurut Profesor Madya Psikiatri dan Kesehatan Perilaku di The Ohio State University Wexner Medical Center, Sophie Lazarus, kurangnya hubungan sosial bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental, berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan serius.
Advertisement
"Kurangnya koneksi sosial juga dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas yang setara dengan bahaya merokok, konsumsi alkohol berlebihan, atau obesitas," ungkap Lazarus, seperti dikutip dari laman Health pada Selasa (5/10/2024).
Kurangnya koneksi sosial dapat memperbesar risiko penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes, demensia, hingga depresi dan kecemasan.
Dawn Potter, seorang psikolog dari Center for Adult Behavioral Health di Cleveland Clinic, juga menyoroti bahwa kesepian atau isolasi sosial dapat memperparah gangguan suasana hati, depresi, dan kecemasan.
Menurutnya, dampak buruk kesepian kerap terlihat dari meningkatnya kecemasan, perilaku menghindar, serta menurunnya harga diri, emosi positif, dan motivasi.
"Masalah seperti ini bisa menjadi tanda peringatan dari dampak buruk kurangnya interaksi sosial," ungkap Potter.
Jika tanda-tanda tersebut muncul, sebaiknya seseorang mengevaluasi kembali pola aktivitas hariannya dan mempertimbangkan untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial, seperti menghabiskan waktu di luar rumah.
Namun, Potter juga mengakui bahwa melakukan perubahan ini bukanlah hal mudah, terutama bagi mereka yang mengalami kecemasan atau depresi.
"Orang dengan depresi mungkin merasa bahwa aktivitas di luar rumah tidak membawa kegembiraan atau terasa tidak bermakna," jelasnya.
Sementara itu, mereka yang mengalami kecemasan mungkin merasa tidak nyaman atau merasa khawatir jika berada di luar rumah dalam waktu lama.
Potter menyarankan agar orang yang ingin meningkatkan interaksi sosialnya memulainya dengan langkah kecil.
"Menghadiri kegiatan kantor atau makan siang dengan teman adalah pilihan awal yang bagus," katanya.
Bahkan, tindakan sederhana seperti mengobrol sejenak dengan kasir di toko kelontong dapat menjadi awal yang positif.
Meski begitu, Potter juga menegaskan bahwa tidak ada aturan pasti mengenai berapa banyak waktu yang perlu dihabiskan seseorang di luar rumah untuk merasa lebih baik.
Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, dan penting bagi mereka untuk menyesuaikan interaksi sosial sesuai kenyamanan masing-masing.
Jika setelah berusaha memperbaiki hubungan sosial kondisi kesehatan mental belum membaik, Potter menyarankan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.
Terapi atau pengobatan dapat menjadi langkah lanjutan jika interaksi sosial yang lebih banyak tidak cukup membantu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |