Kesehatan

Terjebak di Layar, Ini Cara TikTok Mengubah Otak Kita Bekerja

Sabtu, 01 Februari 2025 - 05:04 | 22.98k
Ilustrasi penggunaan aplikasi TikTok. (Foto: TikTok)
Ilustrasi penggunaan aplikasi TikTok. (Foto: TikTok)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bayangkan ini: kamu hanya ingin bersantai sejenak setelah hari yang panjang. Kamu membuka TikTok, berniat menonton satu atau dua video sebelum tidur. Tetapi, tanpa sadar, satu video berubah menjadi lima, lalu sepuluh, dan tahu-tahu sudah lebih dari satu jam kamu masih menggulir layar. Pernah mengalami hal seperti ini?

Jangan khawatir, kamu tidak sendirian. TikTok memang dirancang untuk membuat kita betah berlama-lama. Dengan video-video pendek yang menarik dan algoritma yang sangat personal, aplikasi ini bisa membuat siapa pun ketagihan. Tapi, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini bisa berdampak pada cara otak kita bekerja?

Advertisement

TikTok dan Rentang Perhatian yang Menyusut

Sebuah penelitian dari Nature Communications menemukan bahwa informasi di media sosial yang terus mengalir cepat dapat mempersempit rentang perhatian kita. Orang-orang yang dulu bisa menikmati video berdurasi panjang kini lebih mudah bosan, bahkan merasa gelisah jika harus membaca artikel yang lebih dari satu halaman.

Hal ini diperkuat oleh studi dari Technical University of Denmark, yang mengungkapkan bahwa semakin cepat kita mengonsumsi informasi, semakin cepat pula kita kehilangan minat terhadap sesuatu. TikTok, dengan format videonya yang hanya 15 hingga 60 detik, membuat kita terbiasa dengan kepuasan instan—dan ini berdampak besar pada kemampuan otak kita untuk fokus dalam waktu yang lebih lama.

Pernah merasa sulit berkonsentrasi saat membaca buku atau menonton film berdurasi dua jam? Itu mungkin akibat pola konsumsi konten yang berubah sejak kehadiran media sosial berbasis video pendek seperti TikTok.

Bagaimana TikTok Bisa Membuat Kita Ketagihan?

Jika kamu pernah berpikir, "Kenapa aku terus scrolling tanpa henti?" jawabannya ada pada algoritma For You Page (FYP).

TikTok tidak hanya menampilkan video secara acak—platform ini mempelajari minatmu, kebiasaanmu, bahkan berapa detik yang kamu habiskan untuk menonton satu video sebelum menggesernya. Semakin lama kamu menonton, semakin relevan konten yang ditampilkan, sehingga kamu terus merasa terdorong untuk menonton lebih banyak lagi.

Ini seperti jebakan digital yang membuat otak kita terus mencari dopamin, hormon yang bertanggung jawab atas rasa senang dan kepuasan. Tapi ada sisi negatifnya: semakin sering kita mendapatkan dopamin instan dari TikTok, semakin sulit kita menikmati aktivitas yang membutuhkan kesabaran, seperti membaca, belajar, atau menyelesaikan tugas-tugas kompleks.

Apakah Semua Media Sosial Seperti Ini?

Tentu saja tidak hanya TikTok. Instagram Reels, YouTube Shorts, dan platform lain dengan format video pendek juga bisa memiliki efek yang sama. Namun, TikTok lebih berbahaya karena tingkat personalisasi kontennya lebih tinggi.

Kamu mungkin berpikir bahwa hanya satu atau dua video saja yang akan kamu tonton, tetapi tiba-tiba satu jam berlalu tanpa terasa.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Bukan berarti kamu harus berhenti menonton TikTok sepenuhnya. Namun, jika kamu merasa konsentrasimu menurun atau sulit menikmati aktivitas lain yang lebih menantang, mungkin sudah saatnya untuk mengatur ulang kebiasaan digitalmu.

Bayangkan otakmu seperti otot yang perlu dilatih agar tetap tajam dan kuat. Jika terlalu sering dimanjakan dengan konten instan yang cepat berlalu, ia bisa kehilangan ketahanan dan daya fokusnya. Jadi, bagaimana cara mengembalikan kekuatan berpikirmu?

Mulai dengan Tantangan Kecil

Coba pikirkan sebuah angka, lalu tambahkan atau kalikan dengan angka lain—tanpa bantuan kalkulator. Awalnya mungkin terasa sulit, tapi semakin sering dilakukan, semakin gesit otakmu dalam berhitung. Atau, bayangkan jalan dari rumah ke sekolah atau kantor, lalu coba gambar peta dari ingatan. Seberapa detail kamu bisa menggambarkannya?

Jika ingin tantangan yang lebih besar, pelajari sesuatu yang benar-benar baru. Bisa bahasa asing, alat musik, atau strategi permainan seperti Sudoku dan puzzle. Setiap kali kamu menaklukkan tantangan baru, otakmu berkembang, koneksi antar-neuron semakin kuat, dan kamu melatih daya ingat serta konsentrasimu tanpa sadar.

Seimbangkan dengan Gaya Hidup yang Lebih Baik

Tentu saja, latihan mental saja tidak cukup. Kamu juga perlu memberi tubuh kesempatan untuk mendukung kerja otak. Salah satu cara paling sederhana adalah mengatur screen time—cobalah untuk berhenti setiap 30 menit sekali, alihkan perhatian ke dunia nyata, regangkan tubuh, atau sekadar melihat ke luar jendela.

Olahraga juga berperan besar. Coba perhatikan bagaimana tubuh terasa lebih segar setelah berlari atau berjalan kaki. Itu karena sirkulasi darah meningkat, dan otak mendapatkan lebih banyak oksigen. Semakin aktif tubuhmu, semakin baik pula kerja otakmu.

Di luar itu, jangan lupa kembali ke dunia nyata. Bertemu teman, berbincang tanpa gangguan gadget, atau sekadar tertawa bersama bisa memberikan efek luar biasa bagi kesehatan mental dan fokusmu. Dan jika ingin lebih mendalami ketenangan, meditasi atau latihan mindfulness bisa menjadi jalan untuk melatih kesadaran dan konsentrasi yang lebih baik.

Waktunya Kembali Mengendalikan Diri

TikTok memang menyenangkan dan bisa memberikan banyak manfaat jika digunakan dengan bijak. Namun, jangan biarkan otak kita terbiasa dengan kepuasan instan sehingga kehilangan kemampuan untuk fokus dan berpikir mendalam.

Sekarang, coba tantang dirimu sendiri. Seberapa lama kamu bisa menghabiskan waktu tanpa menggulir layar? Mampukah kamu membaca buku tanpa tergoda mengecek notifikasi? Bisa kah kamu menikmati percakapan tanpa sekali pun melihat ponsel?

Mulai sekarang, yuk lebih sadar dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai kita dikendalikan oleh algoritma, sementara dunia nyata perlahan-lahan kehilangan daya tariknya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES