Pentingnya Pengelolaan Epilepsi Katamenial Selama Kehamilan untuk Ibu dan Janin

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Epilepsi katamenial, yang lebih sering dialami oleh perempuan, adalah kondisi kejang yang dipicu oleh fluktuasi hormon dalam siklus menstruasi, yang bisa berlanjut hingga masa kehamilan. Gangguan otak kronis ini mempengaruhi otak dan bisa menyebabkan kejang, yang tentunya memerlukan perhatian medis lebih, terutama bagi perempuan yang sedang hamil.
Menurut Dr. Parinaaz Parhar, Kepala Medis Regional dan Spesialis Kesuburan di Oasis Fertility, kejang pada epilepsi katamenial sering kali dipengaruhi oleh perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron sepanjang siklus menstruasi, yang juga terjadi selama pubertas, kehamilan, dan menopause.
Advertisement
"Fluktuasi kadar hormon ini dapat memengaruhi frekuensi dan tingkat keparahan kejang yang dialami perempuan. Oleh karena itu, penting untuk memantau kondisi ini dengan cermat, terutama bagi perempuan yang sedang hamil," jelas Dr. Parinaaz, seperti yang dilaporkan oleh Hindustan Times.
Kehamilan sehat pada perempuan dengan epilepsi katamenial memang memungkinkan, namun memerlukan pemantauan ketat. Kejang yang terjadi selama kehamilan bisa berisiko bagi perkembangan janin dan ibu. Selain itu, beberapa obat anti-epilepsi yang digunakan untuk mengendalikan kejang juga dapat meningkatkan risiko cacat lahir.
"Pemantauan yang hati-hati dan penyesuaian pengobatan mungkin diperlukan selama masa kehamilan untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi," tambah Dr. Parinaaz.
Selain itu, pengobatan epilepsi, khususnya obat anti-epilepsi (AEDs), dapat memengaruhi kesuburan perempuan. Meski epilepsi katamenial sendiri tidak menyebabkan infertilitas secara langsung, obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi ini dapat memengaruhi ovulasi dan kesuburan dengan mengubah kadar hormon dalam tubuh.
“Perempuan dengan epilepsi katamenial lebih rentan mengalami masalah kesuburan, yang sering kali terkait dengan kondisi kesehatan reproduksi lain seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS),” ungkapnya.
Namun, meskipun tantangan kesehatan ini ada, Dr. Parinaaz menekankan pentingnya untuk tetap menjalani pola hidup sehat guna mengelola gejala epilepsi. Pola makan seimbang, olahraga teratur, serta manajemen stres yang baik dapat membantu perempuan dengan epilepsi katamenial untuk menjalani kehamilan yang sehat dan menjaga kesejahteraan reproduksi mereka.
“Dengan pengelolaan yang tepat, termasuk mengikuti anjuran dokter terkait pengobatan dan gaya hidup, perempuan dengan epilepsi katamenial dapat memiliki peluang untuk menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan anak yang sehat,” tandasnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |