Melirik Gaya Komunikasi Asertif dalam Pemilu 2024

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemilu 2024 mengundang banyak perhatian masyarakat. Terutama dalam gaya berkomunikasi ketiga pasangan capres cawapres yang memiliki kepercayaan diri tinggi pada gagasannya masing-masing.
Dalam hal ini, komunikasi asertif adalah salah satu gaya komunikasi yang sering digunakan oleh ketiga calon. Pemilihan presiden adalah momen penting dalam demokrasi di mana para calon pemimpin bersaing untuk mendapatkan dukungan publik.
Advertisement
Di Indonesia, Pemilihan Presiden 2024 menjadi sorotan utama bagi masyarakat. Selain visi dan program, cara komunikasi calon presiden juga menjadi aspek kunci dalam membangun citra dan mendapatkan kepercayaan dari pemilih. Salah satu pendekatan yang semakin banyak digunakan oleh calon presiden adalah komunikasi asertif.
Apa itu Komunikasi Asertif?
Nah komunikasi asertif adalah gaya komunikasi yang memungkinkan seseorang untuk menyatakan pendapat, kebutuhan, dan perasaan mereka dengan jelas dan tegas, tanpa merendahkan atau melanggar hak orang lain. Ini melibatkan ekspresi diri yang jelas, tetapi juga memperhatikan perasaan dan hak-hak orang lain.
Penerapan Komunikasi Asertif dalam Kampanye Pilpres 2024
Kesadaran akan Isu-isu Sensitif: Calon presiden yang menggunakan komunikasi asertif akan memiliki kesadaran yang tinggi akan isu-isu yang sensitif bagi masyarakat. Mereka akan mampu menyampaikan pendapat mereka dengan tegas tetapi juga memperhatikan sensitivitas dan kepentingan kelompok yang terlibat.
Menghindari Konfrontasi Tidak Perlu: Dalam debat atau interaksi publik, komunikasi asertif memungkinkan calon presiden untuk menghindari konfrontasi yang tidak perlu. Mereka akan fokus pada substansi dan argumen, bukan pada serangan pribadi atau retorika yang merugikan.
Mempromosikan Dialog Terbuka: Calon presiden yang menerapkan komunikasi asertif akan mendorong dialog terbuka dan jujur dengan pemilih. Mereka akan memberikan ruang bagi berbagai pandangan dan pendapat, sambil tetap mempertahankan posisi mereka dengan jelas.
Mengelola Konflik dengan Bijaksana: Dalam situasi konflik atau perbedaan pendapat, komunikasi asertif memungkinkan calon presiden untuk mengelola konflik dengan bijaksana. Mereka akan mencari solusi yang menguntungkan semua pihak dan menghindari pertikaian yang tidak produktif.
Menyampaikan Janji Politik dengan Jaminan: Salah satu elemen kunci dalam kampanye adalah menyampaikan janji-janji kepada pemilih. Komunikasi asertif memungkinkan calon presiden untuk menyampaikan janji-janji mereka dengan kepastian dan kredibilitas, tanpa mengada-ada atau memanipulasi.
Manfaat Komunikasi Asertif bagi Calon Presiden
Membangun Kepercayaan: Dengan menggunakan komunikasi asertif, calon presiden dapat membangun kepercayaan dengan pemilih. Mereka akan terlihat jujur, tegas, dan kompeten dalam menyampaikan visi dan program mereka.
Mengurangi Ketegangan: Komunikasi asertif dapat membantu mengurangi ketegangan dan konflik dalam kampanye pemilihan presiden. Calon presiden yang mampu berkomunikasi dengan baik akan lebih mampu menjaga atmosfer yang kondusif untuk debat yang produktif.
Meningkatkan Kepemimpinan: Dengan mempraktekkan komunikasi asertif, calon presiden dapat meningkatkan kualitas kepemimpinan mereka. Mereka akan terlihat sebagai pemimpin yang percaya diri, empatik, dan efektif dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Sebagai contoh kasus komunikasi asertif adalah tanggapan pada hasil quick count dengan real count pemilihan presiden 2024 kemarin. “Calon Presiden (Capres) RI nomor urut 1 Anies Baswedan akhirnya menanggapi hasil pemungutan suara cepat atau Quick Count yang memenangkan Pasangan Calon (Paslon) nomor urut 2 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.”
Dalam pernyataanya pada wawancara di posko pemenangan, Anies berkata bahwa “pemilu masih panjang, tunggu hitungan KPU dengan hitungan resminya” ujar Anies.
Melihat pernyataan tersebut, muncul rasa percaya diri yang kuat hingga adanya sebuah tanggapan untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang dinilai dapat mempengaruhi psikologis pendukungnya untuk tetap semangat dan berpikir optimis akan kemenangan dengan menunggu pengumuman hitung suara yang resmi.
Meskipun komunikasi asertif sering kali dianggap sebagai pendekatan yang positif dalam berkomunikasi, ada beberapa dampak negatif yang mungkin timbul tergantung pada konteks dan cara implementasinya. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat terjadi.
Persepsi sebagai Agresif: Meskipun komunikasi asertif seharusnya tidak bersifat agresif, ada kemungkinan bahwa penerima pesan menginterpretasikannya sebagai agresi. Terutama jika orang yang menerima pesan tidak terbiasa dengan gaya komunikasi yang tegas dan jelas, mereka mungkin merasa diserang atau disalahpahami.
Polarisasi dan Konflik: Terkadang, ketegasan dalam komunikasi asertif dapat memicu polarisasi dan konflik. Ketika seseorang menegaskan pendapat atau kebutuhan mereka secara tegas, hal itu bisa mengakibatkan reaksi defensif dari pihak lain yang merasa terancam atau tidak setuju. Ini dapat memperburuk situasi konflik yang sudah ada.
Dalam konteks kampanye pemilihan presiden Indonesia 2024, penggunaan komunikasi asertif oleh para calon presiden akan menjadi faktor penting dalam membangun citra dan memenangkan kepercayaan pemilih. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, tegas, dan empatik akan membedakan calon presiden yang berhasil dalam menarik dukungan publik.
Oleh karena itu, penting bagi para calon presiden untuk memperhatikan dan mempraktikkan komunikasi asertif dalam strategi kampanye mereka. (*)
***
* Penulis adalah Millendra Michel Effendi, mahasiswa Komunikasi Digital dan Media SV IPB
*) Tulisan Opini Forum Mahasiswa ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
______
*) Forum Mahasiswa atau rubrik opini di TIMES Indonesia khusus untuk mahasiswa. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |