Forum Mahasiswa

Menangkal Hoax: Peran Literasi Digital dalam Pemilu

Rabu, 13 Maret 2024 - 16:14 | 38.34k
 Shifra Ivana Sitohang Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University
Shifra Ivana Sitohang Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

TIMESINDONESIA, BOGOR – Di era digital, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah dinamika komunikasi politik dan kampanye politik. Menurut Dan Nimmo (2000), komunikasi politik meliputi pertukaran simbol, kata-kata tertulis dan lisan, gambar, gerakan tubuh, sikap, perilaku, dan pakaian. Sementara kampanye politik, menurut Rogers dan Storey, adalah serangkaian tindakan komunikasi terencana untuk mencapai efek tertentu pada sejumlah besar khalayak dalam kurun waktu tertentu.

Perubahan ini ditandai dengan hadirnya media sosial yang memainkan peran aktif, terutama dalam konteks pemilihan umum (pemilu), dalam menyebarkan informasi dan berita politik. Masyarakat dapat mengakses beragam informasi politik, mulai dari peserta pemilu, partai politik, prosedur pemilihan, hingga isu-isu politik yang relevan.

Advertisement

Pada pemilu 2024, media sosial menjadi alat yang lazim digunakan untuk kampanye politik. Para peserta pemilu bersaing dalam menyuarakan pesan mereka melalui platform media sosial untuk meningkatkan kedekatan dengan pemilih dan menjangkau pemilih potensial, terutama generasi Z dan Milenial yang mendominasi pemilih pemilu tahun tersebut. Media sosial berperan penting dalam interaksi dengan pemilih, menyajikan konten kampanye yang kreatif dan menarik.

Bahaya Media Sosial

Namun, penggunaan media sosial tidak hanya berdampak positif, melainkan juga negatif. Terutama dalam periode pemilu, seringkali terjadi misinformasi dan disinformasi. Misinformasi adalah penyebaran informasi keliru tanpa kesengajaan, sementara disinformasi dilakukan dengan sengaja untuk menyebarkan informasi palsu (Hoax). Penyebaran hoax dalam pemilu seringkali dilakukan untuk memperoleh dukungan massa dengan cara yang tidak etis, seperti menjelekkan lawan.

Hoax juga sering berbentuk propaganda, di mana pesan yang disebarkan seringkali mencampur fakta dan opini. Propaganda merupakan penyalahgunaan informasi, menciptakan konteks berita yang keliru, pemalsuan konten, dan pembuatan konten yang tidak benar dengan tujuan tertentu. Pesan propaganda bertujuan untuk menimbulkan keraguan di kalangan publik sehingga mempengaruhi persepsi mereka terhadap berita yang disajikan.

Propaganda yang tersebar menjelang dan selama kampanye pemilu sulit dihindari karena peserta pemilu berusaha membangun citra terbaiknya di mata publik. Oleh karena itu, strategi propaganda yang digunakan peserta pemilu memiliki dampak signifikan pada hasil pemilihan.

Literasi Digital Sebagai Solusi

Untuk melawan misinformasi dan disinformasi, literasi digital menjadi solusi yang penting. Literasi digital memungkinkan masyarakat untuk mengenali dan menanggapi propaganda serta berita palsu yang tersebar. Dengan literasi digital yang tinggi, masyarakat dapat membedakan informasi yang akurat dari yang palsu, serta memahami metode verifikasi informasi dan mengenali sumber berita yang tepercaya.

Kemampuan literasi digital membantu individu atau kelompok dalam memahami taktik manipulatif yang digunakan dalam pesan dan berita palsu. Dengan demikian, masyarakat dapat mempertimbangkan informasi dengan lebih kritis dan tidak terprovokasi oleh propaganda negatif.

Pendidikan pemilih juga berperan penting dalam mengatasi permasalahan ini, dan pengetahuan terkait informasi politik dapat diperoleh melalui literasi digital yang baik. Namun, kolaborasi antara pemerintah, pasangan calon, dan partai politik juga diperlukan untuk memastikan bahwa kampanye politik di era digital ini tetap beretika dan menjaga integritasnya. Kolaborasi tersebut juga diperlukan untuk memastikan terlaksananya pemilihan umum yang damai dan adil.

***

*) Oleh: Shifra Ivana Sitohang Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES