Forum Mahasiswa

Menyingkirkan Stereotip: Pemberdayaan Perempuan dan Misi Kesetaraan Gender

Rabu, 13 Maret 2024 - 12:09 | 44.21k
Oleh: Sindy Bella Rahimah,  Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB)
Oleh: Sindy Bella Rahimah, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam era globalisasi yang semakin maju, kesetaraan gender telah menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan berkelanjutan. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015 mendorong upaya untuk mencapai kesetaraan gender. Kesetaraan gender memiliki peran penting dalam mencapai tujuan SDGs secara menyeluruh, karena ketidaksetaraan gender dapat menjadi hambatan dalam pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Tujuan SDGs mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk penghapusan kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesehatan yang baik, kesetaraan gender, dan lain-lain. Kesetaraan gender merupakan tujuan tersendiri yang ditekankan dalam SDGs, yaitu Tujuan Keempat (Terkait dengan Pendidikan Berkualitas), Tujuan Kelima (Terkait dengan Kesetaraan Gender), dan Tujuan Kesebelas (Terkait dengan Kawasan Perkotaan yang Inklusif dan Berkelanjutan). Kesetaraan gender tidak hanya menjadi tujuan utama, tetapi juga menjadi perspektif penting dalam seluruh tujuan SDGs.

Advertisement

Meskipun kesetaraan gender menjadi fokus dalam SDGs, masih ada berbagai tantangan dalam mencapainya. Beberapa tantangan yang dihadapi termasuk stereotip gender, akses terbatas terhadap pendidikan dan pekerjaan, kekerasan berbasis gender, ketimpangan dalam partisipasi politik, dan kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan. Tantangan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan perempuan, termasuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan partisipasi politik.

Dapat diketahui bahwa pencapaian SGDs masih belum optimal. Meski ada kemajuan, masih ada persoalan mendasar termasuk yang terkait dengan kesetaraan gender. Pandey Pandey (2017) mengatakan selama 15 tahun terakhir ini telah ada perbaikan - perbaikan dalam kaitannya dengan kehidupan dan kesejahteraan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung menurun. 

Hingga tahun 2013 penurunan tersebut tercatat sampai 45 persen. Angka harapan hidup perempuan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kaum laki-laki di seluruh wilayah di dunia. Jumlah anak perempuan yang masuk sekolah juga terus meningkat dari 80 persen pada tahun 1990 menjadi 91 persen pada tahun 2015. Jumlah perempuan yang duduk di lembaga legislatif maupun tampuk kepemimpinan dalam pemerintahan dan berbagai organisasi juga mengalami kenaikan. 

Terakhir, jumlah perempuan yang tercatat dalam lapangan kerja yang dibayar juga terus bertambah. Sampai tahun 2015, setidaknya 41 persen lapangan kerja berbayar diisi oleh pekerja perempuan. Pada tahun 1990 jumlah itu masih sekitar 35 persen.

Dalam konteks ini, nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, dan persatuan menjadi penting dalam membentuk kesadaran dan sikap yang mendukung kesetaraan gender. Melalui pendekatan kualitatif dengan studi kasus di beberapa perusahaan dan organisasi di Indonesia. Kendala yang dihadapi termasuk stereotip gender yang melekat, norma sosial yang membatasi peran dan tanggung jawab, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender. 

Namun, ditemukan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat menjadi dasar untuk menciptakan lingkungan kerja yang setara dan inklusif. Nilai gotong royong, misalnya, dapat diterapkan dalam pemberian kesempatan yang sama bagi semua karyawan, tanpa memandang jenis kelamin. Nilai keadilan sosial juga dapat diimplementasikan dalam penetapan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dan meminimalkan diskriminasi gender dalam lingkungan kerja. 

Dalam konteks penerapan nilai Pancasila, peran negara dan masyarakat sangatlah penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Negara dapat memperkuat regulasi dan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, serta memfasilitasi akses perempuan terhadap pendidikan dan lapangan kerja yang setara. 

Sementara itu, masyarakat dapat berperan aktif dalam membentuk budaya yang menghargai kesetaraan gender, serta memperjuangkan hak-hak perempuan melalui berbagai gerakan sosial dan politik.
Namun, dapat diketahui bahwa penerapan nilai Pancasila hanya dapat menjadi awal dari sebuah perubahan yang lebih besar dan berkelanjutan. 

Untuk mencapai kesetaraan gender yang sebenarnya, perlu adanya komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mengubah norma sosial dan budaya yang memicu ketidaksetaraan gender. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye dan kegiatan yang mempromosikan kesetaraan gender dan menciptakan kesadaran tentang pentingnya inklusivitas dan kerjasama antar semua jenis kelamin. 

Untuk menjaga dan melanjutkan kemajuan dalam mencapai kesetaraan gender dalam konteks SDGs, langkah-langkah berikut dapat diambil. 

Pertama, meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang pentingnya kesetaraan gender dan dampak positifnya pada pembangunan berkelanjutan. Kedua, memperkuat kebijakan dan penegakan hukum yang mendukung kesetaraan gender. Ketiga, melibatkan pemangku kepentingan dalam upaya mencapai kesetaraan gender, termasuk organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan lembaga internasional. 

Tantangan yang mungkin dihadapi termasuk ketidakpedulian dan ketidaktahuan, ketegangan budaya dan norma masyarakat, kesenjangan akses dan kesempatan, kekerasan berbasis gender, dan pengaruh politik dan ekonomi yang tidak seimbang.

Kesetaraan gender memiliki peran penting dalam mencapai SDGs secara menyeluruh. Melalui peran pemerintah,kebijakan publik yang mendukung, dan partisipasi aktif masyarakat, kita dapat mengatasi tantangan dalam mencapai kesetaraan gender dan mewujudkan dunia yang lebih adil dan setara.

Penting bagi setiap individu untuk berkontribusi dalam mencapai kesetaraan gender dan SDGs. Setiap langkah kecil yang diambil dalam mendukung kesetaraan gender memiliki dampak yang besar. Marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk menghapuskan stereotip dan mendorong pemberdayaan perempuan. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif dan setara, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi semua orang. (*)

* Penulis adalah Oleh: Sindy Bella Rahimah,  Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB)

***

*) Tulisan Opini Forum Mahasiswa ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

______
*) Forum Mahasiswa atau rubrik opini di TIMES Indonesia khusus untuk mahasiswa. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

 

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES