
TIMESINDONESIA, MALANG – Di era digital yang kita jalani, literasi tidak hanya menjadi kunci akses ke dunia pengetahuan, tetapi juga sebagai alat pemberdayaan diri dan komunitas. Literasi digital, misalnya, bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis di platform digital, tetapi juga tentang memilah informasi yang benar dan berguna dari sekian banyak noise yang ada di internet.
Literasi dalam konteks modern tidak hanya terbatas pada kemampuan dasar, tetapi telah berkembang menjadi serangkaian keterampilan yang kompleks dan multidimensi, yang esensial untuk navigasi kehidupan di abad ke-21. Literasi menjadi fondasi bagi pembelajaran seumur hidup, adaptasi dengan perubahan, dan partisipasi aktif dalam masyarakat yang terus bergerak maju.
Advertisement
Melalui literasi, kita tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen pengetahuan dan inovasi. Kita belajar untuk berpikir kritis, bertindak secara etis, dan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan. Dengan demikian, literasi menjadi lampu penerang yang membimbing kita melintasi labirin kompleksitas dunia modern, menuju masa depan yang lebih cerah dan inklusif.
Mengurai Makna Literasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi literasi adalah kemampuan menulis dan membaca, serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan kecakapan hidup. Menurut Kirsch & Jungeblut dalam buku Literacy: Profile Of America’s Young Adult mendefinisikan literasi sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan, menerima informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat (dikutip dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, 13/03/2024).
Literasi merupakan konsep yang luas dan multidimensional, mencakup berbagai keterampilan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, angka, dan simbol. Dalam konteks modern, literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan untuk memahami, menginterpretasikan, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk. Ini termasuk literasi digital, yang menjadi semakin penting di era globalisasi dan teknologi informasi.
Menurut sumber dari Ruangguru, literasi melibatkan proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa menjadi pengertian dan mengungkapkan pemikiran melalui lambang-lambang tersebut. Sementara itu, literasi juga diartikan sebagai kemampuan, kepercayaan diri, dan kemauan untuk terlibat dengan bahasa guna memperoleh, membangun, dan mengkomunikasikan makna dalam semua aspek kehidupan sehari-hari.
Pentingnya literasi terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga partisipasi dalam masyarakat. Literasi memungkinkan individu untuk mengakses pengetahuan, berpartisipasi dalam diskusi sosial, dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi. Dengan demikian, literasi berperan penting dalam pemberdayaan individu dan pengembangan masyarakat yang lebih maju dan inklusif.
Dalam konteks Indonesia, gerakan literasi telah menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan memajukan bangsa. Hal ini tercermin dalam implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang menekankan literasi sebagai parameter penilaian terhadap siswa dan sistem belajar yang diberikan oleh guru di kelas.
Literasi sebagai Alat Pemberdayaan
Literasi tidak hanya memungkinkan akses terhadap informasi, tetapi juga membekali individu dengan kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi tersebut secara efektif. Dalam konteks pemberdayaan, literasi berperan sebagai alat yang ampuh untuk mengakses informasi, mengekspresikan ide, serta berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik. Melalui literasi, individu dapat mempromosikan perubahan sosial dan pertumbuhan pribadi.
Di Jawa Timur, contoh konkret dari literasi sebagai alat pemberdayaan dapat dilihat melalui berbagai komunitas lapak baca di Kota Malang. Komunitas tersebut melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan minat baca dengan menyediakan layanan baca buku gratis dan berupaya meningkatkan kapabilitas masyarakat melalui kegiatan literasi. Studi kasus ini menunjukkan bahwa komunitas tersebut berperan penting dalam memberikan wadah kreativitas dan menggali bakat terpendam, khususnya pada pelajar di Kota Malang.
Contoh dalam ranah sosial dan politik, literasi memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam diskusi yang berwawasan dan mempengaruhi kebijakan publik. Dengan demikian, literasi menjadi fondasi bagi demokrasi yang sehat, di mana warga negara yang terinformasi dapat berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang adil dan inklusif.
Selain itu, literasi tidak hanya sekadar keterampilan dasar, tetapi juga merupakan kunci untuk pemberdayaan dan kemajuan masyarakat. Upaya peningkatan literasi harus terus digalakkan, dengan dukungan dari semua pihak, agar dapat menciptakan masyarakat yang terinformasi, tanggap, dan berdaya.
Tantangan Literasi di Masa Kini
Salah satu tantangan terbesar literasi saat ini adalah banjir informasi yang tidak selalu akurat atau bermanfaat. Oleh karena itu, literasi kritis menjadi sangat penting. Literasi kritis adalah kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara objektif, membedakan antara fakta dan opini, serta mengidentifikasi bias dan propaganda.
Literasi kritis merupakan salah satu keterampilan penting di era informasi saat ini, di mana kita dihadapkan pada volume informasi yang besar dan beragam. Kemampuan ini tidak hanya melibatkan pemahaman teks atau konten yang dikonsumsi, tetapi juga analisis mendalam terhadap aspek-aspek seperti tujuan penulis, konteks pembuatan teks, serta identifikasi bias dan propaganda yang mungkin terkandung di dalamnya.
Dengan literasi kritis, seseorang dapat mengembangkan pemikiran yang lebih independen dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak diverifikasi atau sengaja disebarkan untuk mengelabui. Ini menjadi sangat relevan mengingat maraknya penyebaran berita palsu atau 'fake news', yang seringkali dibuat untuk memanipulasi opini publik atau mendukung agenda tertentu.
Selain itu, literasi kritis juga memungkinkan individu untuk berpartisipasi secara lebih aktif dan bertanggung jawab dalam diskusi sosial dan politik. Dengan kemampuan untuk mengevaluasi informasi dari berbagai sumber dan perspektif, seseorang dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam pembentukan opini yang berbasis pada fakta dan analisis objektif.
Pendidikan literasi kritis seharusnya tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu masyarakat untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi yang pasif, tetapi juga menjadi produsen konten yang kritis dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, literasi kritis adalah alat yang esensial untuk navigasi di dunia modern yang kompleks ini, di mana informasi dapat menjadi senjata yang kuat untuk pencerahan maupun manipulasi. Oleh karena itu, pengembangan dan penerapan literasi kritis dalam berbagai aspek kehidupan menjadi sangat penting untuk mendukung demokrasi yang sehat dan masyarakat yang terinformasi dengan baik.
***
*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Universitas Islam Malang
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |