Kesetaraan Pendidikan Fondasi Masyarakat Sejahtera

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah kompleksitas peradaban, urgensi pendidikan menjadi penentu apakah suatu bangsa mampu membangun dan mengembangkan peradaban yang relevan serta memenuhi kebutuhan manusia secara holistik. Pembangunan peradaban dimulai dari level pribadi hingga diseminasi ke lingkungan yang membutuhkan pemecahan masalah atau kebijakan yang bijaksana.
Para pemikir modern seperti Tan Malaka, Susan Wendell, dan Alison Jagar sepakat bahwa fungsi utama pendidikan adalah membentuk pemikiran yang sehat, tidak terkontaminasi oleh kepentingan pribadi, serta mencari kebenaran untuk menjadi manusia yang beradab. Kualitas intelektual, emosional, dan spiritual seseorang meningkat seiring dengan pendidikan yang diterima.
Advertisement
Gerakan feminis klasik mendukung kesetaraan pendidikan antara gender, namun implementasinya tergantung pada kesetaraan instrumen sosial. Keadilan sosial terwujud ketika sumber daya manusia diperlakukan secara adil, tanpa pembatasan oleh penguasa politik yang sering kali memonopoli lembaga-lembaga masyarakat untuk kepentingan politik dan ekonomi mereka.
Kesadaran akan pentingnya kualitas keluarga dalam mendidik generasi masa depan menjadi kunci dalam menciptakan kesadaran akan keadilan sosial. Orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama harus menanamkan nilai-nilai nalar, moral, dan spiritual sejak dini agar anak-anak menjadi individu yang berkontribusi positif dalam masyarakat.
Stereotip gender tentang laki-laki sebagai rasional dan wanita sebagai emosional ditantang oleh tokoh feminis seperti Mary Wollsdenekrat. Argumentasi yang sama diberikan oleh ahli psikoanalitik Sigmund Freud yang menjelaskan bahwa hormon dalam otak manusia dapat memengaruhi perilaku tanpa memandang jenis kelamin. Hal ini menimbulkan konsep bilingualisme manusia, di mana individu memiliki potensi untuk mengungkapkan sifat-sifat baik laki-laki maupun perempuan.
Kesimpulannya, pendidikan adalah hak asasi manusia yang memungkinkan individu untuk bertahan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui pendidikan, manusia dapat mempertahankan esensi keberadaannya sebagai makhluk berpikir dan berakal.
***
*) Oleh : Muhammad Chotibul Umamil Yaqin, Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |