TIMESINDONESIA, BANYU – Di era digital ini kita dapat dengan leluasa saling berbagi informasi, meskipun informasi tersebut kadang sudah menyimpang dari fakta yang ada. Tapi banyak dari kita masih dengan sukarela mengakses informasi menyimpang tersebut.
Sekarang ini banyak aplikasi yang membantu kita untuk mengakses informasi dari penjuru dunia, tanpa disadari kita merasuk kedalam dunia maya, percaya dengan sesuatu yang kebenarannya belum terungkap karena keterbatasan kita dalam mencari sumber yang akurat atau terjun langsung ke lapangan untuk meneliti kebenaranya.
Advertisement
Umumnya kita hanya mempercayai dan menikmati berita simpang siur yang sesuai dengan persepsi kita. Kemudian beberapa dari berita positif ataupun negatif turut mempengaruhi pemikiran kita.
Media sosial sendiri merupakan platform digital yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi, dan mengirimkan konten kepada orang lain. Ini adalah bentuk media elektronik yang memfasilitasi komunikasi dan pemasaran di mana orang dapat berbagi pemikiran, ide, pengalaman, foto, video, dan informasi lainnya dengan publik.
Media sosial mencangkup berbagai jenis platform seperti layanan blog, jejaring sosial, berbagi media dan kolaborasi. Menurut McGraw Hill Dictionary media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual.
Ada beberapa teori yang mendasari lahirnya media sosial: Pertama, teori Jaringan Sosial oleh Georg Simmel, teori ini berfokus pada hubungan sosial antara individu dalam jaringan.
Kedua, ada teori Komunikasi Mediasi oleh Marshall McLuhan yaitu teori yang menekankan peran teknologi dalam memediasi komunikasi antara individu.
Ketiga, ada teori Konstruksi Sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, teori ini berfokus pada bagaimana individu dan masyarakat secara aktif membangun makna sosial melalui interaksi sosial.
Kemudian ada teori Pemrosesan Informasi oleh Robert Gagne yaitu teori yang menggambarkan bagaimana individu memproses informasi yang diterima dan bagaimana informasi tersebut mempengaruhi persepsi dan tindakan mereka. Teori yang terakhir adalah teori persepsi oleh William James, Max Wartheimer, dan Kurt Koffka, teori ini menyatakan tentang informasi yang mempengaruhi persepsi dan tindakan suatu individu yang berarti media sosial mampu untuk memanipulasi pikiran seseorang, hal itu merupakan kekuatan besar yang membuat satu individu dapat di dukung oleh sejuta umat jika meng-share citra baik mereka tanpa mengekspos keburukan mereka.
Salah satu contoh kecil media sosial dapat memanipulasi pikiran seseorang adalah ketika tahun-tahun pemilu, media sosial memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pemilihan presiden dan politik secara umum. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat bagaimana media sosial dapat mempengaruhi opini publik dan memanipulasi pikiran orang-orang.
Salah satu cara media sosial dapat memanipulasi pikiran adalah melalui penyebaran berita palsu atau hoaks. Informasi yang tidak benar dapat dengan mudah menyebar di platform media sosial dan banyak orang yang percaya tanpa melakukan verifikasi.
Hal ini dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan mereka terhadap isu tertentu. Media sosial juga menggunakan algoritma yang dirancang untuk menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi dan kecenderungan pengguna.
Ini berarti kita cenderung melihat konten yang sejalan dengan pandangan kita sendiri, yang dapat menciptakan "gelembung informasi" di mana kita hanya terpapar pada sudut pandang yang sama tanpa melihat sudut pandang yang berbeda. Hal ini dapat memperkuat keyakinan dan pandangan yang sudah ada.
Media sosial merupakan belati bermata dua, selain mampu memanipulasi pikiran kita, media sosial juga dapat dimanfaatkan dengan baik jika kita melakukan verifikasi terlebih dahulu sebelum mempercayai berita simpang siur tersebut, dan menyaring konten yang tidak baik untuk kita.
Dengan media sosial kita dapat memperluas wawasan dan pandangan hidup, membagikan informasi yang berguna, alat untuk mendukung kampanye sosial atau isu-isu yang kita pedulikan memberikan konten inspiratif, motivasi, atau pendidikan. Maka dari itu, selain dapat memanipulasi pikiran, media sosial juga dapat membantu kita untuk terus belajar dan berkembang.
***
*) Oleh : Diyyaana Hadaad Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |