Forum Mahasiswa

Refleksi Bencana Banjir Kota Gorontalo

Kamis, 18 Juli 2024 - 09:32 | 40.35k
Hafiz Aqmal Djibran, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang dan Ketua Umum HPMIG Cab. Malang periode 2023-2024.
Hafiz Aqmal Djibran, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang dan Ketua Umum HPMIG Cab. Malang periode 2023-2024.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Masih teringat jelas di bulan Juni-Juli tahun 2020 saat banjir bandang menerjang kota Gorontalo tepatnya di kecamatan kota timur, dumbo raya, dan hulonthalangi. Tak tanggung-tanggung, banjir pada saat itu terjadi secara beruntun 5 kali dalam sebulan. 

Banjir tersebut disebabkan selain curah hujan yang tinggi juga meluapnya air Sungai bone yang merupakan salah satu Sungai terbesar di provinsi Gorontalo. Akibat dari bencana tersebut memakan kerugian yang besar bagi Masyarakat yang terdampak. 

Advertisement

Masyarakat di kelurahan bugis dan ipilo pun mengungsi di tempat yang tidak terdampak banjir. Ibarat jatuh tertimpa tangga pula, pada saat itu Gorontalo masih dilanda wabah covid-19 yang membuat Masyarakat makin khawatir akan Kesehatan mereka. 

Empat tahun berlalu dari bencana itu, tahun 2024 di bulan juli bencana tersebut terjadi lagi. Enam dari sembilan kecamatan dan tiga puluh kelurahan yang ada di kota Gorontalo dilanda banjir. Lebih dari 36.000 warga terdampak bencana ini. 

Lebih parah dari tahun 2020, hampir seluruh Kawasan dan pemukiman di kota Gorontalo tergenang banjir akibat meluapnya air Sungai. Kali ini bukan Sungai bone saja, tapi juga Sungai Bolango yang meliputi kecamatan kota Barat, kota Selatan, Hulonthalangi, dan berakhir di Dumbo Raya sebagai muaranya. 

Curah hujan yang tinggi selama berhari-hari menyebabkan efek domino yaitu banjir dan tanah longsor di Gorontalo. Pemerintah daerah pun menetapkan status darurat banjir dan tanah longsor bagi seluruh kabupaten/kota untuk mempercepat Langkah mitigasi. 

Kita semua pasti sepakat untuk tidak menyangkal bahwa banjir adalah sebuah ujian dari Tuhan. Namun, jika kita menganggap banjir sebagai sesuatu yang niscaya setiap periode musim hujan, terjadi secara berulang rasanya anggapan tersebut perlu diluruskan dan dikoreksi. Berikut ini adalah Analisa penulis terkait penyebab Kota Gorontalo yang sering dilanda banjir saat curah hujan tinggi.

Drainase Buruk

Kata drainase berasal dari kata “drain'' yang artinya “mengeringkan'' atau “mengalirkan''. Drainase merupakan suatu sistem yang diciptakan untuk mengatasi masalah kelebihan air, baik di atas maupun di bawah permukaan kelebihan air dapat terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi maupun curah hujan yang berkepanjangan. Drainase secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari upaya mengalirkan kelebihan air dalam suatu wilayah.

Tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Kota Gorontalo mengalami kenaikan. Pun begitu dengan pemukiman yang menjadi faktor alih fungsi lahan dari resapan air menjadi pemukiman penduduk. Saluran drainase perkotaan adalah hal yang mutlak perlu dalam perencanaan tata ruang kota. 

Perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh terkait saluran drainase yang ada di Kota Gorontalo sebagai tindakan preventif terjadinya bencana banjir saat musim hujan. Kita bisa berkaca pada kota-kota besar di Jawa dengan sistem drainase yang efektif untuk mencegah air hujan meluap di jalanan sekitar drainase. 

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khusunya). 

Drainase yang ada di Kota Gorontalo secara objektif belum memiliki sistem yang baik. Hal ini bisa dilihat di Jalan Jenderal Sudirman dan Pandjaitan yang menjadi jalan protocol di Kota Gorontalo, pasca hujan dengan intensitas sedang lebat, jalanan tersebut menjadi tergenang oleh air hujan dalam waktu yang lama. 

Saat banjir baru-baru ini pun terlihat bahwa drainase kota Gorontalo tidak efektif sebagai sistem aliran air. Ketika banjir mulai surut, harusnya surut bersamaan dengan wilayah lainnya. Namun yang terjadi surutnya air hanya terjadi di beberapa Kawasan saja, sisanya masih tergenang dan membutuhkan waktu beberapa hari khususnya di Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bolango (Biawao, Buladu, Limba B) dan Sungai Bone (Ipilo, Kampung Bugis, Leato, Talumolo).

Kurangnya Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu infrastruktur vital yang perlu ada dalam sebuah kota. Seperti contohnya Kota Surabaya yang memiliki taman dan hutan kota sebagai resapan air alami dan juga ruang rekreasi publik. 

Sering kali kita mendengar candaan masyarakat terkait musim di Gorontalo yaitu hanya musim panas dan panas sekali. Ya, salah satu faktor cuaca panas di Kota Gorontalo yaitu kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH selain berfungsi sebagai estetika tata ruang kota, juga sebagai Kawasan ekologis penghasil oksigen dan penurun suhu sehingga cuaca di sekitarnya terasa sejuk. 

Selain itu, pada praktisnya RTH berfungsi sebagai resapan dan cadangan air bagi wilayah setempat. Contoh RTH terdapat dua jenis yaitu RTH public dan privat seperti taman kota, taman lingkungan perkantoran, taman hutan raya, dan taman hutan kota. 

RTH juga bukan hanya pelengkap dalam sebuah kota, untuk wilayah perkotaan sangat penting dalam memberikan manfaat ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi dalam sebuah Kota. 

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau jika didasarkan pada persentase luas wilayah berdasarkan Undang-Undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu sebesar 30% dari luas wilayah yang dimana 20% adalah RTH Publik dan 10% RTH Privat. 

Mengutip dari Mongabay.co.id pada tahun 2018, Kota Gorontalo sendiri memiliki Ruang Terbuka Hijau hanya berjumlah 582,19 hektar, dimana RTH publik 568,78 hektar dan RTH privat 13,41 hektar. Masih dibutuhkan 1.791,78 hektar untuk memenuhi persyaratan wajib UU Penataan Ruang, dimana setiap daerah harus memiliki minimal 30 persen RTH dari jumlah luas wilayah.

Kedua faktor diatas tentunya perlu atensi khusus dari pemangku kebijakan untuk bagaimana diupayakan secara maksimal dalam pencegahan bencana banjir di Kota Gorontalo. Hal ini juga menjadi catatan penting dimana pada penelitian-penelitian ilmiah, di Kota Gorontalo sendiri memiliki tiga kecamatan yang memiliki potensi banjir dengan kerentanan yang tinggi yaitu kecamatan Kota Selatan, Dungingi, dan Kota Timur (Nurhayati, 2013). 

Sebagai epilog, penulis ingin mengucapkan doa dan harapan untuk masyarakat kota Gorontalo yang terdampak banjir. Semoga keselamatan dan kesehatan selalu menyertaimu. Tidak ada cobaan yang diberikan oleh Tuhan melebihi kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan di muka bumi. Jadikan cobaan yang terjadi kali ini sebagai muhasabah diri untuk menjaga lingkungan di sekitar kita.

***

*) Oleh : Hafiz Aqmal Djibran, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang dan Ketua Umum HPMIG Cab. Malang periode 2023-2024.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES