Forum Mahasiswa

Transisi Energi Berkelanjutan

Jumat, 11 Oktober 2024 - 11:30 | 21.76k
Muhammad Soultan Joefrian, Kabid Litbang Himapol Fisip Unand.
Muhammad Soultan Joefrian, Kabid Litbang Himapol Fisip Unand.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PADANG – Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam maupun dengan sumber daya manusia nya yang kurang lebih ada 270 juta penduduk. Tentu saja jumlah penduduk ini sangat banyak sekali yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dalam daftar negara dengan populasi paling banyak didunia.Tentunya dengan populasi sebanyak ini juga mempunyai keuntungan dan kekurangannya.

Salah satu kekurangan atau bisa disebut sebagai masalah ialah kepadatan penduduk yang berdampak semakin banyaknya penebangan hutan yang akan dijadikan sebagai permukiman warga. Walaupun tidak semua penebangan hutan dilakukan untuk dijadikan sebagai permukiman warga, penebangan pohon ini tentunya berdampak pada ekosistem hutan yang menyebabkan munculnya masalah baru yang nantinya juga akan merugikan manusia itu sendiri salah satunya ialah polusi udara karena semakin berkurangnya fungsi hutan sebagai penyeimbang alam. 

Advertisement

Seperti yang sedang hangat dibicarakan di media saat ini adalah masalah polusi udara yang semakin parah di Jakarta. Banyak yang menyebut biang kerok dari masalah ini ialah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), namun hal itu dibantah oleh Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Investasi (Marves) yaitu Rachmat Kaimuddin yang mengatakan bahwa polusi udara tersebut 70% disebabkan oleh sektor transportasi.

Namun dalam tulisan saya ini tidak akan berfokus pada polusi udara di Jakarta, melainkan berfokus pada polusi udara yang sedang terjadi juga di Kota Padang atau bisa lebih jelasnya kita lihat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Hal ini telah terjadi selama kurang lebih satu minggu yang bisa dilihat pada siang hari yang cerah tetapi tertutupi oleh asap atau debu dari pembakaran batubara.

Ya, disini saya berasumsi masalah polusi udara yang terjadi di Kota Padang ini disebabkan oleh pembakaran batubara di PLTU Teluk Sirih yang berlokasi di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Belum lagi limbah pembakaran Batubara yang dibuang ke laut dapat merusak ekosistem terumbu karang di sekitar PLTU Teluk Sirih.

Tidak bisa kita pungkiri kalau negara kita masih bergantung pada energi fosil seperti batubara dan minyak bumi. Contohnya ialah masih banyaknya pemakaian kendaraan pribadi karena keterbatasan transportasi umum yang memadai dan kurang tegasnya pemerintah kita untuk mengatur perusahaan-perusahaan industri dalam pengelolaan limbahnya agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

Kembali lagi tentang masalah polusi udara di Kota Padang yang salah satu biang keroknya ialah penggunaan dan pembakaran batubara di PLTU Teluk Sirih. Disini saya tidak hanya mengkritik pemerintah saja, akan tetapi juga mengingatkan saya sendiri dan masyarakat luas untuk peduli lingkungan dan menghemat penggunaan listrik karena dengan dimulai dari hal-hal yang kita anggap kecil ini bisa berdampak besar bagi lingkungan.

Karena tidak bisa kita pungkiri juga kalau kita masih bergantung pada PLTU untuk kebutuhan listrik, dimana batubara yang menjadi bahan bakar utamanya. apalagi ini terjadi karena di pemerintah kita belum mau mengganti peran batubara sebagai pemasok listrik dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Walaupun di dunia pada saat ini telah beralih ke energi terbarukan yaitu penggunaan panel surya dan tenaga nuklir sebagai pemasok listrik di negaranya.

Walaupun pembuatan panel surya dan tenaga nuklir masih saja memiliki kekurangan, tetapi menurut para ahli energi ini jauh lebih ramah lingkungan daripada energi batubara. Tidak banyak orang tahu bahwa Indonesia telah lama memiliki dua Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yaitu berada di Bandung dengan daya mencapai 60 MW dan di Serpong dengan daya 2 MW. 

Namun sangat disayangkan kedua pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut hanya digunakan untuk mainan peneliti, hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini.

Seharusnya pemerintah tidak hanya menggunakan 2 buah PLTN tersebut untuk kebutuhan penelitian, tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat sebagai upaya peralihan ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan salah satunya ialah tenaga nuklir. Tapi, hal ini sepertinya akan sulit untuk terwujud karena kepentingan oligarki dimana banyak para pengusaha batubara yang dekat dengan para penguasa.

Tentu saja dengan rencana peralihan ke energi nuklir ataupun panel surya merupakan ancaman bagi mereka yang berprofesi sebagai pengusaha batubara. Hal tersebutlah yang akan menjadi salah satu hambatan dalam peralihan energi dari batubara ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Namun, hambatan seperti inilah yang harus ditindak tegas oleh pemerintah dan kita sebagai warga negara karena menghalangi kepentingan umum demi kepentingan pribadi. Saya sebagai warga negara sekaligus mahasiswa tidak ingin masalah ini menjadi lebih serius dengan bisa jatuhnya korban dari polusi udara tersebut karena masalah pernafasan salah satunya yang biasa kita dengar sebagai dampak dari polusi udara ini.

Maka dari itu saya mengajak masyarakat untuk menghemat listrik dan penggunaan kendaraan pribadi sebagai salah satu upaya mengurangi polusi udara. Serta untuk pemerintah saya menuntut untuk mencari solusi dari permasalahan ini karena saya tidak ingin hal ini menjadi serius dan darurat dulu baru pemerintah menaruh perhatian, seperti peribahasa lebih baik mencegah daripada mengobati. 

Walaupun, sebenarnya ini sudah terjadi tapi karena belum parah dan dirasakan langsung dampaknya bagi tubuh saja, maka dari itu perlunya solusi dari pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini.

***

*) Oleh : Muhammad Soultan Joefrian, Kabid Litbang Himapol Fisip Unand.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES