Forum Mahasiswa

Pendidikan Investasi Kehidupan

Selasa, 26 November 2024 - 08:29 | 50.69k
Salman Al Farisi, Mahasiswa Ekonomi Syariah Universitas Pamulang.
Salman Al Farisi, Mahasiswa Ekonomi Syariah Universitas Pamulang.

TIMESINDONESIA, TANGERANG – Pendidikan sering kali dianggap sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan individu dan masyarakat. Namun, di tengah berbagai tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan saat ini, penting untuk melihat pendidikan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai investasi yang berharga untuk masa depan.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh banyak anak, terutama perempuan, adalah tingginya angka pernikahan dini. Di Indonesia, pernikahan dini menjadi fenomena yang meresahkan, dengan banyak anak perempuan terpaksa meninggalkan pendidikan mereka. Data UNICEF menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia untuk kasus pernikahan anak, dengan sekitar 25. 53 juta anak menikah sebelum usia 18 tahun.

Advertisement

Pernikahan dini tidak hanya merugikan kesehatan fisik dan mental perempuan, tetapi juga menghalangi mereka untuk melanjutkan pendidikan. Anak perempuan yang menikah muda memiliki risiko gagal menyelesaikan pendidikan menengah hingga empat kali lipat lebih besar dibandingkan rekan-rekannya yang tidak menikah. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus. 

Faktor ekonomi sering menjadi alasan utama di balik keputusan untuk menikahkan anak. Keluarga merasa terpaksa mengurangi beban finansial dengan menikahkan anak perempuan mereka, dengan berharap pernikahan akan membawa stabilitas ekonomi. Namun, kenyataannya, pernikahan dini justru menambah beban ekonomi keluarga dan mengurangi potensi pendapatan masa depan anak-anak tersebut.

Pendidikan yang berkualitas dapat menjadi solusi untuk memutus siklus ini. Dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, kita dapat memberdayakan perempuan untuk mengambil keputusan yang lebih baik tentang masa depan mereka. Investasi dalam pendidikan tidak hanya bermanfaat bagi individu tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. 

Satu tantangan besar lainnya dalam mendorong pendidikan adalah adanya pandangan masyarakat yang meremehkan pentingnya pendidikan. Di beberapa komunitas, terutama di daerah pedesaan, masih ada anggapan bahwa pendidikan formal tidaklah penting atau bahkan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa orang tua mungkin percaya bahwa keterampilan praktis atau pekerjaan langsung lebih bermanfaat daripada mengejar pendidikan formal.

Pandangan ini sering kali muncul dari pengalaman pribadi atau tradisi yang telah berlangsung lama. Misalnya, jika seseorang dalam keluarga atau komunitas berhasil tanpa pendidikan formal, maka hal itu bisa menjadi argumen kuat untuk mendukung pandangan bahwa pendidikan bukanlah prioritas. Namun, penting untuk menyadari bahwa dunia kerja saat ini semakin kompetitif dan menuntut keterampilan serta pengetahuan yang lebih tinggi.

Untuk mengatasi pandangan skeptis terhadap pendidikan, diperlukan upaya edukasi yang lebih luas di masyarakat. Kampanye kesadaran tentang manfaat pendidikan harus dilakukan secara terus-menerus. Program-program pemberdayaan masyarakat juga bisa membantu mengubah cara pandang ini dengan menunjukkan bahwa investasi dalam pendidikan dapat membawa perubahan positif bagi keluarga dan masyarakat.

Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim laki-laki maupun perempuan" Ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dalam pandangan agama kita. Ilmu pengetahuan bukan hanya bermanfaat untuk kehidupan duniawi tetapi juga untuk kehidupan akhirat. Dengan ilmu, seseorang dapat memahami ajaran agama dengan lebih baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu duniawi membantu kita untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, memperoleh keterampilan praktis, dan menciptakan solusi untuk berbagai masalah sosial dan ekonomi. Sementara itu, ilmu akhirat memberikan pemahaman tentang tujuan hidup kita sebagai hamba Allah dan bagaimana cara mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dengan demikian, keduanya saling melengkapi seseorang yang berilmu duniawi tanpa pemahaman agama akan kehilangan arah dalam hidupnya, sedangkan seseorang yang hanya fokus pada ilmu akhirat tanpa keterampilan praktis akan kesulitan menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, mari kita jadikan pendidikan sebagai prioritas utama bukan hanya sebagai kewajiban moral tetapi juga sebagai strategi cerdas untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi diri kita sendiri dan generasi mendatang. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung akses terhadap pendidikan berkualitas bagi semua orang akan terpenuhi.

***

*) Oleh : Salman Al Farisi, Mahasiswa Ekonomi Syariah Universitas Pamulang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES