Forum Mahasiswa

Peran Media Lokal dalam Menjaga Budaya

Rabu, 02 Juli 2025 - 11:03 | 8.87k
Ade Irawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Majalengka.
Ade Irawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Majalengka.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Di era globalisasi yang serba cepat ini, budaya lokal menghadapi ancaman serius. Arus informasi yang tak terbendung dari media asing dan budaya populer global membuat generasi muda semakin menjauh dari akar budayanya sendiri.

Musik tradisional kalah pamor oleh K-pop, bahasa daerah mulai ditinggalkan, dan nilai-nilai gotong royong tergantikan oleh individualisme modern. 

Advertisement

Fenomena ini bukan sekadar perubahan selera, melainkan juga sebuah pergeseran identitas yang mengkhawatirkan. Ketika budaya lokal ditinggalkan, kita kehilangan lebih dari sekadar seni dan bahasa. 

Kita kehilangan sejarah, kearifan lokal, dan jati diri bangsa. Padahal, budaya lokal adalah warisan yang seharusnya dijaga dan dilestarikan, bukan ditukar dengan budaya instan yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai kita. 

Tanpa upaya nyata untuk menghidupkan kembali budaya lokal melalui pendidikan, media, dan dukungan pemerintah, bukan tidak mungkin generasi mendatang akan tumbuh tanpa mengenal siapa dirinya.

Media Lokal dan Tantangan Globalisasi

Dalam situasi seperti ini, media lokal memiliki posisi yang sangat strategis. Mereka merupakan entitas yang paling dekat dengan denyut kehidupan masyarakat sehari-hari, memahami nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya, serta memiliki akses langsung terhadap narasi-narasi lokal yang otentik. 

Potensi ini menjadikan media lokal sebagai aktor penting dalam menjaga, merawat, dan mempromosikan kebudayaan lokal. Melalui pemberitaan yang berpihak pada kearifan lokal, peliputan tradisi yang terancam punah, hingga pengemasan cerita rakyat menjadi konten modern yang menarik, media lokal sesungguhnya dapat menjadi garda terdepan dalam membentuk kesadaran budaya masyarakat.

Ironisnya, potensi besar ini sering kali belum dimaksimalkan. Banyak media lokal terjebak dalam arus komersialisasi dan tuntutan pasar. Alih-alih menjadi ruang dialektika budaya dan identitas lokal, mereka lebih memilih mengikuti tren media nasional atau global yang lebih mengutamakan popularitas, rating, dan klik. 

Konten budaya dianggap tidak cukup “menjual” dan kalah bersaing dengan berita sensasional, gosip selebriti, atau isu-isu viral yang sebenarnya kurang relevan dengan kebutuhan dan identitas komunitas setempat. Hal ini menyebabkan budaya lokal semakin terpinggirkan di media mereka sendiri, padahal seharusnya menjadi pusat perhatian utama.

Fungsi Media Lokal sebagai Penjaga Identitas Budaya

Media lokal seharusnya tidak hanya menjadi penyampai informasi, tapi juga berfungsi sebagai pelindung dan promotor identitas budaya. Melalui program-program yang mengangkat kearifan lokal, sejarah daerah, dan tradisi yang mulai dilupakan, media dapat menjadi agen pelestarian yang efektif. 

Misalnya, siaran radio berbahasa daerah, dokumentasi tentang upacara adat, atau tayangan profil seniman lokal bisa membantu menanamkan kembali kebanggaan budaya.

Selain itu, media lokal juga dapat menjadi ruang ekspresi bagi pelaku budaya. Banyak seniman tradisional yang minim akses promosi bisa diberi tempat di media lokal untuk memperkenalkan karya mereka. Ini bukan hanya melestarikan budaya, tapi juga membuka peluang ekonomi kreatif berbasis lokal.

Kolaborasi Media dan Generasi Muda

Sebagai mahasiswa dan bagian dari generasi muda, saya percaya bahwa pelestarian budaya membutuhkan pendekatan yang lebih kreatif dan kolaboratif. Media lokal tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan peran anak muda sebagai penggerak konten yang inovatif namun tetap berakar pada nilai-nilai budaya.

Misalnya, mahasiswa dapat membuat konten digital berupa video pendek, podcast, atau artikel budaya yang bekerja sama dengan media lokal. Lewat media sosial, konten ini bisa menjangkau khalayak yang lebih luas, termasuk generasi muda yang lebih akrab dengan platform digital. 

Gerakan semacam ini terbukti efektif di beberapa daerah, seperti komunitas film lokal yang mengangkat cerita rakyat dalam bentuk film pendek. Kolaborasi semacam ini juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas sambil belajar langsung dari sumber budaya itu sendiri, seperti tokoh adat atau pelaku seni tradisional.

Harapan dan Tanggung Jawab Bersama

Menjaga budaya bukan hanya tugas pemerintah atau tokoh adat semata, tapi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat, termasuk media dan generasi muda. 

Media lokal harus berani mengambil peran strategis sebagai agen perubahan sosial budaya. Mereka tidak boleh hanya menjadi pengekor tren, melainkan harus menjadi pelopor pelestarian identitas lokal.

Sebagai mahasiswa, saya berharap kurikulum pendidikan tinggi juga mendorong kolaborasi dengan media lokal untuk kegiatan budaya. Selain itu, pemerintah daerah sebaiknya mendukung media lokal secara konkret baik dari sisi regulasi, pelatihan, maupun pendanaan agar mereka mampu memproduksi konten yang bermutu dan berkelanjutan. 

Budaya adalah jati diri bangsa. Jika kita kehilangan budaya, kita kehilangan arah dan identitas. Oleh karena itu, peran media lokal dalam menjaga budaya harus terus diperkuat, dan kita semua harus turut ambil bagian di dalamnya.

***

*) Oleh : Ade Irawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Majalengka.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES