Memahami Ideologi Muhammadiyah Lewat Buku Karya Haedar Nashir
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam berbagai forum Muhammadiyah masih sering dipertanyakan apa hakikat isi, esensi, substansi dari ideologi Muhammadiyah.
Jika paham tentang Islam sendiri-sendiri apakah otomatis paham Muhammadiyah? Apa bedanya ideologi Muhammadiyah dengan ideologi-ideologi gerakan Islam lain? Pemikiran resmi apa saja yang terma suk dalam ideologi Muhammadiyah?
Advertisement
Bagaimana kaitan antara satu pemikiran resmi dengan pemikiran lainnya dalam Muhammadiyah seperti antara Muqaddimah dengan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, serta Khittah Muhammadiyah?
Kenapa dan untuk apa Muhammadiyah merumuskaan pemikiran-pemikiran ideologi dalam gerakannya? Apakah diperlukan penguatan kembali atau peneguhan ideologi Muhammadiyah di lingkungan Persyarikatan serta apa saja langkahnya?
Berbagai pertanyaan tersebut, kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memerlukan penjelasan secukupnya tentang bagaimana memahami ideologi Muhammadiyah secara lebih lengkap sesuai dengan pemikiran-pemikiran resmi dalam gerakan Islam ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Haedar Nashir dalam pengantar bukunya berjudul: Memahami Ideologi Muhammadiyah.
Ia menjelaskan, gejala lain masih tumbuh di sebagian lingkungan Muhammadiyah. Sebagian anggota, kader, dan pimpinan ketika menjelaskan Muhammadiyah hanya sebagai gerakan dakwah jarang menyebut gerakan lajdid, padahal terang benderang dalam pasal Anggaran Dasar tentang identitas disebutkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Dakwah Amar ma'ruf nahi munkar, dan tajdid.
Sejarah Muhammadiyah juga menunjukkan misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah itu. Bahkan, kata Haedar, dalam Statuten pertama tahun 1912 disebut dua istilah yakni menyebarluaskan dan memajukan hal ihwal Agama Islam.
Demikian pula masih dijumpai sebagian kalangan yang hanya menekankan misi pemurnian dari Muhammadiyah, dengan melupakan atau mengabaikan misi pembaruan sebagaimana telah diformulasikan dengan cerdas oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.
"Dalam memahami Islam juga lebih menekankan pendekatan bayani (harfiah-tekstual) semata, kurang atau tidak disertai dengan pendekatan burhani (rasional- kontekstual) dan irfani (intuitif-spiritual) sebagaimana diputuskan Muktamar ke-44 tahun 2000 dan Munas Tarjih. Mengabaikan misi tajdid (pembaruan) atau sebaliknya musi dakwah dan pemurnian atau aspek-aspek lainnya dari jati diri Muhammadiyah sama dengan mengingkari sejarah, hakikat, dan konstitusi Muhammadiyah," katanya dikutip TIMES Indonesia.
Maka, lanjut dia, diperlukan pemahaman yang utuh, lengkap, dan menyeluruh tentang Muhammadiyah, yakni dalam hal ini secara khusus mengenai Ideologi Muhammadiyah sebagaimana semangat yang terkandung dalam buku karyanya tersebut.
Haedar menjelaskan, buku berjudul: Memahami Ideologi Muhammadiyah ini berusaha mengupas tentang ideologi Muhammadiyah secara komprehensif berdasarkan rujukan pemikiran-pemikiran resmi yang mengandung ideologi Muhammadiyah.
"Memang telah ada buku-buku lain tentang ideologi Muhammadi- yah, tetapi tidak dibahas substansi, relasi, dan revitalisasi dari pemikiran-pemikiran ideologi Muhammadiyah tersebut," katanya.
Maka, guna melengkapi buku yang ada, baik dalam kandungan isi maupun strategi dan revitalisasinya, Haedar mencoba menyusun dan menghimpun kembali disertai pembahasan seperlunya mengenai pemikiran ideologi Muhammadiyah yang diharpkan menjadi pegangan atau acuan bagi segenap anggota, kader, aktivis, dan pimpinan Muhammadiyah, termasuk yang berada di amal usaha Muhammadiyah.
Karenanya, buku Memahami Ideologi Muhammadiyah Haedar persembahkaan kepada pembaca atau masyarakat. Buku ini, kata dia, berharap lebih tepat bagi kepentingan bahan Baitul Arqam, Darul Arqam, Refreshing, Up-Grading, Pengajian, dan berbagai pembinaan ideologi di seluruh lingkungan dan institusi Persyarikatan.
Menurutnya, pembinaan ideologi sangatlah penting dan strategis karena Muhammadiyah bukanlah sekadar organisasi biasa, tetapi sebagai organisasi pergerakan, yakni sebagai Gerakan Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
"Di sinilah relevansinya materi Memahami Ideologi Muhammadiyah yang penting untuk dipahami dan dijadikan bahan acuan serta tuntunan bagi pergerakan Muhammadiyah," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |