Kisah di Balik Masjid Al-Ishaq Coper Ponorogo, Wujud Cinta Bapak kepada Anak

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Masjid Al-Ishaq Coper yang berada di Desa Coper, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ini termasuk masjid tertua di Indonesia.
Diyakini dibangun di abad ke-17, masjid ini selain disebut masjid odotan juga merupakan masjid cikal bakal Pondok Pesantren Tegalsari yang didirikan Kiai Muhammad Besari yang dihadiahkan kepada puteranya Kiai Muhammad Ishaq.
Advertisement
Disebut 'odotan', konon saat pindahan 'molo' atau kayu utama pada atap kurang panjang sehingga diodot (diulur) agar bisa pas.
Ada pula yang menceritakan tentang mengapa masjid ini dipindahkan dari Desa Tegalsari ke Desa Coper. Menurut imam masjid Al-Ishaq Jamal Nasuhi versi pertama adalah wujud kasih sayang antara seorang bapak kepada anaknya agar segera mandiri.
"Kiai Ishaq dipaksa ayahandanya (Kiai Muhammad Besari) untuk segera membuka pondok pesantren dan berpisah dengan ayah bundanya," kata Jamal Nasuhi Selasa, (11/4/2023).
Menurutnya, Kiai Ishaq adalah putra kesayangan dari KH Muhammad Besari. "Kiai Ishaq adalah putra kelima dari pendiri Tegalsari KH Muhammad Besari, dan merupakan putra kesayangannya," ulas Jamal Nasuhi.
Cerita lain menurut Jamal Nasuhi, perpindahan masjid dari Desa Tegalsari ke Desa Coper yang berjarak sekitar 4 Km setelah Sinuhun Pakubuwono II datang ke Pondok Gebang Tinatar Tegalsari.
Kedatangan Pakubuwono II tersebut karena Keraton Surakarta diserang pasukan kuning. "Sinuhun Pakubuwono II datang ke Tegalsari selain selain mengungsi juga mengatur strategi untuk menyerang balik pasukan kuning," cerita Jamal Nasuhi.
Dan ketika Sinuhun Pakubuwono pulang ke Surakarta, KH Muhammad Besari mengutus salah satu santrinya Bagus Harun untuk mengawalnya. Dari kedatangan Sinuhun Pakubuwono II ke Pondok Gebang Tinatar Tegalsari ada satu makna yang tersirat.
Pertama Sinuhun Pakubuwono II yang meminta masukan dari ulama, ada rasa hormat seorang penguasa kepada ulama. Di lain pihak KH Muhammad Besari adalah seorang rakyat yang berkedudukan sama dengan rakyat lainnya dalam bernegara.
"Satu kehormatan dikunjungi Sinuhun Pakubuwono II. Dari sini tersirat tentang penguasa yang mengunjungi ulama, dan ulama yang menghormati penguasa dalam bernegara," jelas Jamal Nasuhi.
Tak lama berselang setelah kedatangan Sinuhun Pakubuwono II tersebut, masjid bercorak Mataraman yang semula berada di Desa Tegalsari, dipindahkan ke Desa Coper.
Dan KH Muhammad Besari membangun masjid baru di Tegalsari dengan corak Mangkunegaran sebagai bentuk pengakuan kedaulatan pemerintahan Sinuhun Pakubuwono yang menjadi raja Surakarta.
Di bulan Ramadan ini masjid Al-Ishaq Coper banyak dikunjungi jemaah, baik dari Ponorogo maupun luar kota.
"Banyak jemaah dari luar Ponorogo yang itikaf di masjid yang dibangun 1740 M. Dan biasanya para pendatang juga menyempatkan berziarah ke makam Kiai Mohammad Ishaq yang berada di belakang masjid," kata imam masjid Al-Ishaq Coper Ponorogo.
KH Muhammad Besari pendiri Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Kabupaten Ponorogo sendiri berputra 9 yakni Nyai Abdurrahman, Kiai Yakub, Kiai Ismail, Nyai Bukhari, Kiai Ishaq Coper, Kiai Cholifah, Kiai Ilyas, Nyai Banjarsari dan Kiai Zaenal Abidin. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |