TIMESINDONESIA, PACITAN – Rangkaian ibadah haji yang baru saja dilaksanakan umat Muslim seluruh dunia termasuk Indonesia sudah selesai.
Selanjutnya, patut untuk ditakar sejauh mana capaian dan hasil dari rukun Islam ke lima ini.
Advertisement
Sebelumnya, berangkat haji memang menjadi kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, baik secara finansial, fisik, ruhani maupun kebutuhan selama mengerjakan rangkaian ibadah di Tanah Suci.
Sudah barang tentu, bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dengan baik dan benar sesuai ketentuan syariah pahalanya tak lain surga dari Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW,
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Artinya, "Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga," hadits riwayat Imam Muslim.
Pun demikian, pahala surga ternyata bukan semudah seperti yang kita bayangkan selama ini. Tidak semuanya bisa mendapatkan pahala tersebut, bahkan banyak pula orang mengerjakan ibadah haji gugur kewajiban dan menghabiskan ongkos saja. Sehingga pulang dengan tangan hampa.
Allah SWT sendiri secara khusus menjanjikan balasan surga hanya bagi orang-orang yang berhaji dan berhasil meraih status mabrur.
Pengertian Haji Mabrur
Al Imam Al Suyuthi dalam kitab Syarah as-Suyuthi li Sunan an-Nasa’i mendefinisikan haji mabrur merupakan haji yang diterima oleh Allah SWT.
Sedangkan tanda-tanda diterimanya ibadah haji dapat dilihat saat seseorang kembali dari Tanah Suci Makkah. Jika karakter dan akhlaknya lebih baik daripada sebelumnya, lebih taat dan lebih istiqamah serta tidak mengulangi segala bentuk kemaksiatan, maka bisa dipastikan pantas menyandang gelar haji mabrur.
Dengan demikian, orang-orang yang kembali menjadi lebih baik dari sebelum menunaikan ibadah haji menjadi salah satu tanda bahwa hajinya merupakan haji mabrur, yaitu haji yang diterima oleh Allah SWT.
Jika salah satu dari kita semua merupakan bagian dari orang-orang yang pernah menunaikan ibadah haji, baik di tahun 2023 ini atau tahun-tahun sebelumnya, dan ingin tahu apakah ibadah haji yang kita lakukan menjadi haji yang mabrur atau tidak, maka lihatlah bagaimana keadaan kita sekarang. Jika lebih baik, berarti mabrur, dan jika lebih buruk berarti sia-sia.
Penyebab Haji Tidak Mabrur
Salah satu yang menjadi penyebab haji tidak mabrur karena tujuan dan niat seseorang tidak baik. Misalnya, menunaikan haji hanya untuk dipanggil Pak Haji atau Bu Haji, berhaji hanya untuk melakukan rekreasi, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan kepada kita semua untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima ini hanya karena-Nya semata.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, yaitu:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah," surah Al-Baqarah: 196.
Demikianlah beberapa renungan penting yang harus jadikan umat Islam sebagai bahan introspeksi dari ibadah haji.
Terakhir, dasar paling tepat untuk melihat diterima atau tidaknya suatu ibadah bisa dilihat dari akhlak seorang hamba yang semakin hari semakin baik dan tetap menjaga konsisten. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |