Menjaga Semangat Ibadah di Madinah, Pilihan Alternatif untuk Amalan Arbain

TIMESINDONESIA, MADINAH – Bagi banyak jemaah haji Indonesia, kesempatan untuk menjalankan ibadah Arbain—yaitu salat wajib berjamaah selama empat puluh waktu berturut-turut di Masjid Nabawi—merupakan salah satu cita-cita spiritual yang diidamkan. Namun, bagi sebagian orang, mengingat keterbatasan waktu dan kondisi fisik, melaksanakan Arbain mungkin menjadi tantangan tersendiri.
Namun, menurut Konsultan Ibadah Daker Madinah, KH Achmad Shampton, jemaah haji tidak perlu berkecil hati jika tidak berhasil melaksanakan Arbain di Masjid Nabawi. Di tengah suasana spiritual Kota Madinah yang penuh berkah, masih banyak amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan manfaat maksimal dari kunjungan ke tanah suci.
Advertisement
Arbain: Kecil tapi Berarti
Arbain, yang artinya "empat puluh" dalam bahasa Arab, merujuk pada amalan salat berjamaah di Masjid Nabawi selama empat puluh waktu berturut-turut. Tradisi ini memiliki tempat istimewa dalam praktik ibadah haji karena diyakini memberikan keutamaan dan pahala besar. Namun, KH Achmad Shampton menegaskan bahwa Arbain hanyalah salah satu dari banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.
“Arbain itu bagian kecil dari sunnah yang dapat dilakukan jemaah haji ketika berada di Kota Madinah,” jelas KH Achmad Shampton. “Namun, jika ada keterbatasan, tidak perlu merasa tertekan.”
Alternatif Ibadah: Salat Qadha
Dalam kitab Turats, KH Achmad Shampton menjelaskan bahwa ibadah Arbain dapat digantikan dengan melakukan salat qadha. Salat qadha adalah ibadah untuk menggantikan salat-salat yang mungkin terlewatkan atau dilupakan sebelumnya. Ini adalah alternatif yang bisa diambil oleh jemaah haji untuk memperoleh manfaat spiritual selama berada di Madinah.
“Jadi kita niatkan mengqadha salat-salat kita terdahulu yang mungkin kita lupa atau tinggalkan. Dengan cara ini, jemaah masih bisa memanfaatkan keistimewaan beribadah di Madinah,” sebutnya.
Kemudahan dalam Pelaksanaan
Berdasarkan penjelasan dari kitab Hajjan Mabruran Wa Sa’yan Maskuuran oleh Al Habib Muhammad Bin Abdullah Al Hadad, amalan Arbain tidak harus dilakukan di dalam Masjid Nabawi. Hal ini berarti bahwa salat Arbain dapat dilakukan di halaman atau teras masjid, atau bahkan di hotel tempat jemaah menginap.
“Semua masjid yang berada di Tanah Haram memiliki keutamaan yang sama dengan Masjidil Haram,” jelas KH Achmad Shampton. “Jadi, untuk jemaah haji yang mungkin lemah, lansia, atau mengalami kondisi kesehatan tertentu, melakukan Arbain di tempat yang lebih nyaman seperti hotel adalah solusi yang bijaksana.”
Pentingnya Kesehatan dan Keseimbangan
KH Achmad Shampton juga menegaskan pentingnya menjaga kesehatan selama melaksanakan ibadah haji. Bagi mereka yang merasa tidak mampu atau mengalami masalah kesehatan, memaksakan diri untuk melakukan Arbain di Masjid Nabawi mungkin bukanlah pilihan yang tepat.
“Mengabaikan faktor kesehatan dapat berisiko bagi jemaah haji. Jadi, mencari alternatif amalan yang sesuai dengan kondisi fisik adalah cara yang lebih baik untuk menjaga keseimbangan antara ibadah dan kesehatan,” tambahnya.
Manfaatkan Setiap Kesempatan
Bagi jemaah haji Indonesia, pengalaman ibadah di Madinah adalah kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun tidak semua orang dapat melaksanakan Arbain di Masjid Nabawi, masih banyak cara lain untuk mendapatkan berkah dan manfaat dari kunjungan ke Kota Madinah. Dengan niat yang tulus dan pemahaman yang benar, setiap amalan, baik yang besar maupun kecil, tetap memiliki nilai dan manfaat yang signifikan.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |