Kopi TIMES

Memelihara Hubungan Kekeluargaan sebagai Jalan Ketakwaan

Jumat, 07 Juli 2017 - 12:50 | 60.80k
Hayat, Dosen Universitas Islam Malang; Anggota Lakpesdam NU Kota Malang; Anggota Kaukus Penulis Aliansi Kebangsaan. (Grafis: TIMES Indonesia)
Hayat, Dosen Universitas Islam Malang; Anggota Lakpesdam NU Kota Malang; Anggota Kaukus Penulis Aliansi Kebangsaan. (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu (Q.S. An-Nisa, 2:1).

Allah menyerukan kepada seluruh manusia untuk selalu bertakwa kepadaNya. Diciptakan manusia adalah bentuk dari kemahaagungan-Nya yang harus dijadikan sebagai instrumen penghambaan kepada Allah swt.

Advertisement

Bagaimana Allah menciptakan Nabi Adam AS dengan paling sempurnanya ciptaan-Nya dibanding ciptaan lainnya. Pun demikian diciptakannya Hawa dari tulang rusuknya adalah bukti kemahamengetahui-Nya.

Sungguh sangat luar biasa agung-Nya diciptakan manusia laki-laki dan perempuan agar saling berkembang biak sesuai dengan tuntunan dan anjuran yang telah digariskan dalam Al-Quran. Untuk melanjutkan hubungan kekeluargaan agar selalu bertakwa.

Proses perkembangbikannya pun sungguh sangat tidak terjangkau oleh akal pikiran. Bagaimana Allah melakukan proses perkembangbiakan dari setetes air mani yang hina. Kemudian dijadikan segumpal darah. Menjadi daging yang dilengkapi oleh tulang belulang. Dibesarkan dalam kesempurnaan menjadi manusia yang utuh. Dengan bentuk yang relatif berbeda dan mempunyai kesamaan dengan keturunannya. Kemudian ditiupkannya ruh Ilahi Rabbi sebagai pelengkap terciptanya manusia yang sempurna. Untuk menjadi hamba yang taat dan bertakwa.

Ketakwaan adalah jalan kebaikan menuju jalan-Nya. Manusia hanya mampu berusaha, keputusan final atas segala sesuatunya berada pada takdir Allah. Allah yang maha menentukan dan maha mengetahui atas apa yang akan terjadi. Bertakwalah kepada Allah dengan sebaik-baiknya takwa karena ketakwaanlah yang membedakan derajat antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

Dengan dasar ketakwaan maka sungguh saling menjaga dan memelihara hubungan kekeluargaan. Menjadi penting menjaga dan memelihara kekeluargaan sebagai simbol kebaikan dan kebermanfaatan.

Dengan siapa pun, menjaga dan merawat kekeluargaan adalah sebuah keniscayaan. Apalagi dengan keluarga sendiri yang merupakan bagian dari darah daging kita sendiri. Menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam keturunannya. Keluarga adala frame diri kita sendiri. Apa pun keberadaannya. Keluarga adalah tetap keluarga.

Keluarga adalah orang-orang terdekat yang menjadi simbol dari diri kita sendiri. Keluarga adalah orang yang pertama menjadi penolong jika membutuhkan. Keluarga menjadi ikon penting dalam kehidupan kita sendiri. Keluarga menjadi pilar kebahagiaan bagi diri sendiri. Maka agungkanlah keluarganya, eratkanlah keluarganya, baikkanlah keluarganya, bina dan rawatlah keluarganya. 

Tidak ada yang lebih baik dalam kehidupan menjalin hubungan dengan siapa pun, kecuali merawat dan mempererat hubungan antar keluarga. Terutama pada hari yang penuh barakah dan ampunan, yaitu hari idul fitri. Allah menurunkan seluruh ampunan kepada hamba-Nya yang saling bermaaf-maafan sebagai bagian dari mempererat hubungan kekeluargaan.

Jika ada orang yang mementingkan kepentingannya sendiri dengan mengabaikan hubungan kekeluargaan itu adalah tanda-tanda orang yang sombong dan congkak. Jika ada orang yang menyukai permusuhan dari pada kedamaian, terutama dengan keluarganya adalah tanda-tanda orang tersebut pendengki dan munafik. 

Jika ada orang yang memelihara nafsunya atas harta dan kekayaannya, apalagi menumpuk harta dan mengambil harta yang bukan miliknya, terutama memakan dan mengambil harta keluarganya, itu adalah tanda-tanda orang yang keras hati, rakus, dan tamak.

Semoga kita semua dijauhkan dari itu semua, karena kita pasti akan kembali kepada-Nya dengan tidak membawa apa-apa, kecuali nilai ibadah dan amal kebaikan. Harta kekayaan akan dipertanggungjawabkan dari mana dan bagaimana digunakannya.

Muliakan keluargamu, niscaya Allah akan memuliakanmu. Allah menegaskan agar kita senantiasa memelihara kekeluargaan agar saling mengingatkan kepada kebaikan dan ketakwaan. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beriman, bertakwa dan menjaga tali silaturrahim. Sebagai bekal menghadapnya kelak. Wallahu alam bisshowaf. (*)

*Hayat, Dosen Universitas Islam Malang; Anggota Lakpesdam NU Kota Malang; Anggota Kaukus Penulis Aliansi Kebangsaan; Anggota Sahabat Pena Nusantara

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES