Kecintaan Duniawi dan Pentingnya Bersedekah

TIMESINDONESIA, JAKARTA – SETIDAKNYA terdapat tiga kecintaan kita terhadap hal yg bersifat duniawi: harta, tahta, dan wanita (mahluk lain jenis).
Terhadap tiga hal tersebut, Insyaallah tidak ada yang menyanggahnya. Bahkan tanpa sadar, kita sering memujanya dengan berlebih. Seakan hidup kita akan rusak, hidup kita kacau, hidup kita tak berarti, dan hal jelek lain, jika tanpa salah satu dari ketiganya.
Advertisement
Wanita
Wanita telah ditakdirkan menjadi bagian keindahan bagi sebagian besar laki-laki. Begitu juga laki-laki, menjadi pujaan bagi para wanita. Terkecuali bagi mereka yg kurang normal, seperti kaumnya nabi Luth yg lebih mencintai dan menikmati hubungan sejenis. Allah SWT pun kemudian murka dan mengeluarkan adzab dengan membalikkan bumi, mengubur mereka yang mencoba ingkar dari takdir, menentang kodrat, dan melanggar larangan.
Tahta Umat manusia sejatinya telah ditakdirkan menjadi pemimpin dan menjadi wakil Allah SWT di muka bumi ini (khalifah fil ardl). Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban (kullu kum ro'in wa kullu kum mas'ulun 'an ro' yatih).
Dengan ini sebetulnya masing-masing dari kita menyadari bahwa kita sudah menjadi pemimpin sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Mulai dari pemimpin keluarga, kelompok keluarga, sampai pada kelompok masyarakat yg lebih luas.
Kalau sudah demikian, kenapa mesti diperebutkan dan dipertahankan mati matian. Seakan tidak ada hal yg lebih penting dalam hidup ini.
Menjadi pemimpin itu harus dipandang sebagai amanat untuk memberikan yg terbaik bagi umat. Memberikan kemanfaatan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat, adalah tugas pemimpin yg utama, dan bukan yg lain.
Kecintaan terhadap Harta
Allah SWT memang telah mentakdirkan umat manusia untuk cinta terhadap dunia, wanita, dan berbagai perhiasan dunia. Bahkan terkadang kita membabi buta dalam mencintai harta benda ini, sehingga memandang harta sebagian milik pribadi.
Lupa bahwa harta adalah amanat yang harus disampaikan kepada mereka yang berhak.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam surat Adzariyat 19: Pada setiap kekayaan itu ada hak orang lain, diminta atau tidak. Apa yg kita miliki saat ini selalu terdapat hak orang lain, sehingga harus diberikan sebelum ajal menjemput kita semua.
Allah SWT tidak hanya memberitahukan, akan tetapi juga memerintahkan mengambil sebagian harta kita untuk disedekahkan sebagai upaya membersihkan harta yg kita miliki.
Rasulullah SAW dalam berbagai cerita selalu menganjurkan kita untuk berbagi baik melalui zakat, infaq, maupun sedekah. Begitu juga para alim ulama mengajak bersedekah untuk mengurangi kesenjangan kehidupan.
Mengangkat derajat kaum miskin menjadi lebih sejahtera. Jika bisa merubah dari mustahil menjadi muzakki.
Imam Ghozali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menulis "Jika kamu masih sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu.... maka itu tandanya kamu mencintai hanya untuk dirimu sendiri. Tapi jika kau berbuat baik dan berkorban untuk orang lain, maka itu pertanda telah membuat kehidupan lebih baik. Pada intinya hubungan itu harus seimbang antara hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).
Gerakan Sedekah
Meningkatkan kualitas hubungan manusia baik dengan Allah SWT dan dengan sesama manusia, tidak hanya dalam urusan ibadah mahdloh, tapi juga ibadah ghoiru mahdloh. Ada baiknya kita juga mulai menakar Kecintaan kita terhadap hal yang bersifat duniawi melalui gerakan berbagi, agar cinta duniawi kita tidak membabi buta.
Sebagian hak dari orang lain yg melekat pada kita, harus segera diberikan kepada mereka yg membutuhkan. Kalau sudah demikian, mesti kita mulai dari mana. Jawabannya : SEGERALAH BERSEDEKAH. (*)
* Penulis: Wakil Rektor II unisma, Gus Noor Shodiq Askandar
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |