
TIMESINDONESIA, MALANG – Hidup dan kehidupan adalah belajar dan pembelajar yang sangat berguna dan bermanfaat bagi setiap insan. Berbagai persoalan, permasalahan, kebahagiaan, anugerah, kenikmatan, kesukaran, kesedihan, penghargaan, dan berbagai hal lainnya didalam kehidupan ini menjadi proses pencapaian tujuan yang hakiki bagi manusia yang berfikir.
Kesemuanya itu hampir selalu menyertai langkah kehidupan manusia, dan hal itu sudah Allah sampaikan dalam firman-Nya. Itulah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dan menjadi proses belajar bagi kehidupan yang lebih baik dan berkualitas. Orang-orang sukses dan berhasil ditentukan oleh seberapa besar cobaa, ujian maupun tantangan yang dihadapinya, kemudian diselesaikan secara baik dan maslahat serta dapat mengambil hikmah darinya. Itulah orang-orang yang beruntung.
Advertisement
Dari pelajaran hidup dan kehidupan itu, dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, keikhlasan dalam menyelesaikannya. Manusia hidup itu ada pada 4 (empat) fase, yaitu di alam ruh, di alam rahim, di alam dunia dan di alam kubur, dan alam ahirat.
Di alam dunia, adalah kehidupan yang mempunyai banyak cobaan, ujian, dan tantangan yang menyertai setiap kehidupan manusia, tidak ada manusia yang tidak diuji, apalagi manusia menjadi pemimpin fil ardh. Manusia diciptakan oleh allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Untuk mengatur hidup dan kehidupan agar aman, tentram, damai, teratur seta saling menjaga, saling menghargai dan menghormat satu sama lainnya. Itu semua dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan yang sangat kuat. Mudah untuk diucapkan, tetapi belum tentu dalam pengamalannya. Aku pun belajar itu semua.
Aku belajar tentang makna hidup dan kehiudpan. Hidup hanya sementara. Hidup hanya numpang “ngumbe” kata orang-orang tua dulu. Bahkan pesan orang tuaku bahwa hidup itu belajar. Belajar dari alam, belajar dari pengalaman, belajar dari lingkungan, belajar dari orang lain, belajar dan terus belajar.
Belajar apa saja dan dari siapa saja, karena sesungguhnya hidup itu merupakan sekolah kehidupan yang nantinya akan menjadi bekal di kehidupan yang lebih kekal dan abadi.
Belajar ikhlas dan sabar itu tidak mudah, tetapi bisa kita lakukan asalkan sunguh-sungguh, telaten dan optimis.
Aku pun banyak belajar dari kehidupanku sendiri dan lingkungan sekitar. Termasuk belajar dari peran orang tua sangat mempengaruhi kehidupanku. Walaupun kedua orangtuaku tidak mengenyam pendidikan formal maupun pendidikan agama, tetapi pendidikan kehidupan yang beliau berdua ajarkan kepadaku sungguh sangat luar biasa membentuk karakter dan kepribadianku, sehingga aku menjadi seperti yang sekarang.
Sungguh aku sangat bersyukur atas apa yang telah belaiu berdua ajarkan. Terutama Umiku yang dengan telaten dan sabar serta ikhlas mengajarkan tentang ikhlas dan sabar, tidak dengan penyampaian materi, tetapi dengan perilaku dan etika secara langsung. Allahummagfirlaha warhamha waafiha wafuanha wagfirlana walaha.
Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya dan menerima segala amal ibadanya serta dimasukan ke dalam surga-Nya. Amin yaa rabbal alamin.
Tidak mudah dalam praktiknya.
Ya.. tapi tidak sulit jika mau berusaha dan terus belajar tentang keikhlasan dan kesabara. Perosalan dan permasalahan yang menimpa diriku secara pribadi maupun keluarga silih berganti. Satunya selesai, datang lagi permasalahan baru. Aku menyadari itu semua adalah sebuah tantangan yang harus aku selesaikan.
Disitulah aku belajar bersabar dan menghadapinya secara ikhlas. Untuk bisa menerima dan mengelolaanya menjadi sebuah kesempatan dan peluang yang bisa mengubah persoalan menjadi hal yang produkti.
Bukankah setiap masalah pasti ada solusinya. Setiap konflik pasti ada penyelesaiannya. Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya. Tinggal bagaimana metode, teknik dan cara menyelesaikannya. Sabar dan ikhlas adalah kunci yang paling manjur dalam menghadapi segalanya.
Menginjak dewasa, semakin mengerti dan memahami tentang pesan orangtuaku yang mengajarkan keikhlasan dan kesabaran sedari dulu. Tinggal bagaimana mengaplikasikannya. Di bangku kuliah, proses itu terus aku lalui, proses belajar untuk menjadi ikhlas dan sabar dalam segala tantangan yang semakin kompleks dan komprehensif.
Walaupun kadangkala gagal dalam prosesnya, itu adalah sebuah pengalaman yang terus diperbaiki untuk menjadi insan yang lebih baik. Ikhlas dan sabar juga dapat pula diterapkan dalam segala sendi kehidupan.
Tidak hanya dalam penyelesaian persoalan. Menerima anugerah dan kenikmatan pun perlu diterima dengan sabar dan ikhlas. Ikhlas dan sabar adalah sebuah kerangka konsep dalam diri manusia yang membentuk seubha attitude dan perilaku yang lebih baik bagi yang mengamalkannya.
Sebuah kenikmatan bathin yang didapatnya dengan kesabaran dan keikhlasan itu. Adem dan tenang.
Sabber ben ikhlas areyah cong koncinah odhik e alam dunnyah. Molaeh derih lahireh oreng sampek ka matenah koduh pasabber ben pa ikhlas. Kalaben ikhlas ben sabber, maka insya allah, Allah ridlo. Mon la Allah ridlo, apah beih bisa e kalakoh, apah beih bisa e ka olle, e dimmaah beih bisa e taremah. Makeh deun deddih pesse. (sabar dan ikhlas itu nak kunci di dalam mengarungi kehidupan di dunia. Sejak manusi lahir hingga meninggalnya harus sabar dan ikhlas. Dengan ikhlas dan sabar, maka insya Allah, Allah ridlo. Kalau Allah sudah ridlo, apa pun bisa dilakukan, bisa didapatkan, dan dimana pun bisa diterima dimana pun. Dedaunan bisa menjadi uang).
Itulah sekelumit pesan orangtuku tentang ikhlas dan sabar. Tentu harus istiqamah dan konsisten. Terus belajar jangan putus asa. Orang yang sudah istiqamah dengan kesabaran dan keikhlasan dalam hidupnya ia akan merasa cukup, merasa nyaman, bahagia, selalu bersyukur, tawakal, dan sifat-sifat positif ketuhanan lainnya yang akan mengalir dalam urat nadinya sehingga membentuk karakter dalam dirinya.
Sebuah kekuatan yang tersimpan dalam ilmu sabar dan ikhlas itu adalah luar biasanya implikasi yang ditimbulkan dalam jiwa-jiwa yang terus hidup memberikan kemanfaatan dan keberkahan hidup.
Ikhlas terhadap segala ujian yang menimpa dan sabar dalam menjalankannya, insya Allah akan barakah, bermanfaat, dan semoga mendapatkan Ridha-Nya. Karena tidak ada yang lebih mulai dalam kehidupan itu selain mendapatkan Ridha-Nya. (*)
Hayat
Dosen Universitas Islam Malang
Peneliti Lakpesdam NU Kota Malang Anggota Sahabat Pena Nusantara
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Rizal Dani |