Inspirasi Dalam Dunia Kepenulisan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – AKTIFITAS menulis dan membaca adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah, atau susah-susah gampang. Bahkan ada yang lebih ekstrim mengungkapkan, bahwa menulis dan membaca adalah suatu hal yang
menjenuhkan. Kesulitas demi kesulitan menjadi rintangan bagi siapa saja yang belajar menulis. Yang penulis dengan berbagai karya yang dihasilkan saja masih kesulitan untuk mengungkapkan bahwa menulis dan membaca itu mudah. Pun demikian, bagi para kutu buku juga tidak mudah menaklukan rasa gelisah dan malas dalam prosesnya.
Advertisement
Itu juga yang saya rasakan tentang dunia menulis dan membaca. Berbagai hambatan dalam proses belajar menuliskan tentang berbagai hal dan tentang sesuatu hal selalu menyelimuti diri. Menulis satu halaman, terasa amat dan sangat berat. Menulis tanpa penyelesaian secara baik sering diamali.
Berbagai cara untuk menaklukannyapun dilakukan. Salah satu cara yang efektif adalah ya menulis dan terus menulis. Menulis apa saja yang bisa ditulis. Menulis tentang aktifitas yang sudah dilakukan sehar-hari, menulis pengalaman, maupun tentang sesuatu apapun yang dapat “menjatuhkan” isi pikiran ke dalam tuangan tulisan. Tidak peduli apakah baik atau nyambung. Tidak sudi apakah enak dibaca atau bahkan gak nyambung. Aktifitas menulis itulah yang pertama saya lakukan dalam belajar menulis.
Sampai pada akhirnya ketemu dengan buku “The Power of Writing” karya Dr. Ngainun Naim yang menjelma menjadi motivasi dan support dalam diri saya. Buku itu sungguh sangat menarik dan terlihat cantik dan indah. Covernya saja sudah menggoda, apalagi isinya. Buku itu menggoda hati untuk segea memilikinya dan membacanya hingga tuntas.
Pada halaman pertama, Ngainun Naim sudah melakukan “provokasi” untuk menggairahkan para pembacanya. Dengan judul Ayo Menulis memberikan suntikan semangat dan motivasi untuk menggerakkan jemari-jemari, memeras otak, dan mendorong untuk terus menulis, terutama bagi penulis pemula seperti yang pernah dialaminya.
Magnet dalam buku itu, setelah saya dapatkan dan urai dalam sepinya malam hingga tuntas dan khatam memberikan inspirasi yang sangat mendalam. Penulis buku itu mendorong pembaca untuk agresif dalam menjalankan untaian pena melalui beban pikiran yang sudah penuh sesak dengan berbagai ide, argumen maupun hal lain yang menyelimuti pikiran saya selama ini.
Ngainun Naim mengutip Thomas Alva Edison, ketika ditanya tentang kemampuannya meneliti sekitar 18 jam sehari, ia mengatakan bahwa yang dilakukannya bukanlah kerja, melainkan main-main yang mengasyikkan. Edison melakukan kerjanya dengan rasa suka sehingga durasi waktu yang sedemikian panjang tidak terasa. Spirit Edison ini layak untuk diteladani dalam menumbuhkan spirit kecintaan untuk meneliti dan mnulis. (halaman 39).
Aktifitas menulis (meneliti) adalah mainan yang mengasikkan bagi Edison. Bermain dengan tinta dan pena merupakan bentuk permainan yang mengasikkan apabila dilakukan secara enjoy dan menyenangkan. Tidak mudah mengubah pola pikir dan mindset tentang menulis adalah sebuah proses bermain-main.
Tidak anak yang tidak senang ketika mereka bermain dengan mainannya. Bahkan karena asyiknya bermain dengan mainan, waktu dan makan seringkali terlupakan. Begitu pula kita sebagai orang dewasa, ketika asik dengan pekerjaannya, apapun kadang kala lupa.
Secara prinsip, apa yang diungkapkan oleh Edison dalam bukunya Ngainun Naim bukan terletak pada aspek obyeknya (mainannya), tetapi lebih kepada efek dari apa yang dimainkan. Efek dari mainan adalah menyenangkan, membuatnya bahagai, senang, refresh dan hal-hal positif lainnya yang dapat memberikan energy positif dalam tubuh kita.
Ada pepatah lama mengatakan dan dari hasil penelitian beberapa ahli yang mengugkapkan, bahwa kegiatan menulis dapat membuat awet muda, menjadikan kulit tampak lebih halus dan lebih segar serta wajah terlihat ceria. Hal itu dipengaruhi oleh faktor hormone di dalam tubuh kita.
Inspirasi yang dibangun dalam buku ini adalah mengungkap fakta dan realita lapangan sebagai obyek yang dapat mempengaruhi pembaca. Mempengaruhi untuk belajar menulis dengan obyek tulisan apa saja. Misalnya seperti pada halaman 44 yang menceritakan Seorang TKW asal Banyuwangi mampu menembus batas untuk menghasilkan karya tulis yang produktif walaupun hanya lulusan SMA.
Artikel-artikelnya berkembang pesat dan tersebar luas dan diapresiasi oleh khalayak. Artikelnya juga berhasil dimuat di situs motivasi dan pengembangan diri. Menurut pengakuannya, keberhasilan tersebut tidak lepas dari kegemarannya dalam membaca.
Membaca adalah sebuah keharusan bagi seorang penulis. Disamping itu, profil para penulis hebat tidak luput dari bidikannya untuk diselipkan sebagai satu kesatuan dalam proses belajar menulis. Belajar menulis juga membutuhkan guru yang dapat digugu dan ditiru.
Pernyataan yang paling fenomenal dalam bukunya bahwa semangat menulis itu harus dibangun dan dibentuk. Caranya adalah dengan menuliskan apa saja yang ada dalam pikirannya. Ungakapannya adalah penulis yang baik adalah yang terus menulis secara istiqamah dan konsisten.
Menulis dan terus menulis adalah pencapaian terhadap proses penulisan yang hebat. Karya para penulis hebat dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan serta dilakukn secara terus menerus.
Oleh karena itu, buku ini direkomendasikan untuk dibaca, dipahami dan diaplikasikan agar menulis menjadi mudah, biasa dan meningkatkan energi positif. Cocok buat siapa saja yang ingin belajar menulis dan menjadi penulis.
Motivasi dan support yang disampaikan oleh Ngainun Naim adalah sebuah refleksi pengalamannya selama ini, sehingga bisa ditiru dan dicontoh. Menulislah agar namamu abadi dalam karya.(*)
Judul : The Power of Writing
Penulis : Ngainun Naim
Penerbit : Lentera Kreasindo
Cetakan : I Januari 2015
Tebal : 230 Halaman
ISBN : 978-602-1090-14-5
* Peresensi Hayat, Dosen Universitas Islam Malang, Peneliti Lakpesdam NU Kota Malang
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sholihin Nur |