
TIMESINDONESIA, MALANG – Kamis (30/11/2017) malam, Umat Islam di seluruh dunia merayakan hari kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Tepat tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah, lahirlah seorang umat manusia yang kemudian menjadi pemimpin terbesar di muka bumi ini.
Adalah Siti Aminah yang melahirkan seorang anak laki laki yang kehadirannya sudah ditunggu para nabi sebelumnya. Kehadirannya sudah ditulis dalam kitab suci, akan datangnya nabi terakhir yang bernama Muhammad.
Advertisement
Karena cerita tersebut, ada seorang raja yang menghendaki kelahiran Muhammad dan kemudian ingin melakukan penyerangan. Atas pertolongan Allah SWT, pasukan gajah yang dipimpin raja Abraham ditumbangkan oleh serangan burung Ababil yang melontarkan batu panas. Inilah kenapa kelahiran Muhammad disebut juga tahun gajah.
Kebahagiaan Umat Islam diungkapkan dengan berbagai cara. Ada yang tumpengan, ada yang berkatan, ada juga yang cukup berkumpul di masjid dan Musala. Hampir semua umat Islam di seluruh pelosok dunia bergembira akan datangnya sang pencerah. Utusan Allah SWT yang seluruh kehidupannya menjadi contoh bagi semua umat Islam.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al azab 21 "Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmad) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
Musala dan Masjid-pun ramai didatangi masyarakat untuk membaca shalawat bersama sama tanda bergembira, tanda bersyukur telah menjadi umat Rasulullah Muhammad SAW. Tanda juga bahwa semua umat Islam selalu berharap syafa'at dari Rasulullah SAW.
Tidak hanya umat yang Bershalawat. "Innalloha wamalaaikatuhu yusholluna 'Alan nabi". Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat Bershalawat kepada nabi.
Meskipun dalam kondisi prihatin akan terjadinya banyak musibah yang menimpa negeri ini, semuanya masih bersemangat. Ini menunjukkan betapa Kecintaan umat Islam kepada Rasulullah saw sangat tinggi.
Namun demikian, sepertinya ada yang kurang dari peringatan ini. Banyak yang masih sebatas seremonial belaka, dan belum pada upaya meniru jejak perilaku Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah ahli ibadah, sekaligus juga ahli sedekah yang selalu peduli terhadap persoalan dan penderitaan umatnya. Tidak ada orang yang permintaannya ditolak oleh Rasulullah SAW, siapapun itu. Dalam kondisi apapun, Rasulullah SAW akan berusaha, meski hanya dua biji kurma.
Bahkan saat menjelang ajal, Rasulullah SAW merelakan merasakan sakit, dengan doa agar umatnya tidak merasakan hal serupa. Semuanya ingin ditanggung Rasulullah SAW. Rasulullah SAW tidak ingin umat-nya mengalami penderitaan. Semua bahkan ingin ditanggungnya.
Nah, perayaan Umat Islam yang gegap gempita dan yang besar ini sepertinya belum dibarengi dengan semangat untuk berbagi ditengah tengah banyak keprihatinan di berbagai pelosok negeri.
Mulai dari banjir, gempa bumi, gunung yang meletus, longsor, dan lain sebagainya. Tentu ini berbalik dengan ajaran, kebiasaan, dan contoh yang diberikan Rasulullah SAW.
Mestinya rasa bahagia ini bisa lebih seimbang dengan gerakan kita untuk turut mengurangi penderitaan sahabat-sahabat kita yang lagi mendapat ujian. Masjid dan Musala ramai, tapi juga gerakan sedekahnya turut ramai dan terus mengalami peningkatan.
Momentum Maulid Rasulullah Muhammad SAW, adalah saat kita berupaya menjadi Umat Islam yang baik dengan menjadikan Rasulullah SAW suri tauladan terbaik untuk kita ikuti segala langkahnya.
Kalau Rasulullah SAW adalah orang yang peduli, kita juga harus berupaya jadi orang yang peduli kepada sesama. Kalau Rasulullah SAW ahli sedekah, maka kita juga harus rela bersedekah, atau setidaknya selalu berlatih untuk bersedekah. Bagaimana dengan panjenengan semua? (*)
*Penulis adalah Noor Shodiq Askandar, Wakil rektor 2 Unisma dan ketua PW lazisNU Jatim
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |