
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Perang Semesta Blambangan II yang terjadi pada tahun 1771-1774 adalah salah satu perang terberat yang dialami Belanda saat menjajah Indonesia.
Perang di ujung timur pulau Jawa tersebut terjadi jauh sebelum Perang Diponegoro tahun 1785-1855 berlangsung. Perang ini menguras biaya sangat besar dan menelan banyak korban jiwa.
Advertisement
VOC mengerahkan 10 Ribu personil, dilengkapi senjata canggih termasuk alat-alat perang berskala berat dijamannya.Sekitar 72 Ribu penduduk Blambangan tewas dan 1.600 prajurit dari Bali pro-Blambangan tewas.
Di pihak Belanda, sekitar 77.262 serdadu pribumi dan 3.032 tentara eropa tewas dalam perang dahsyat itu.
Untuk membiayai perang, Belanda terpaksa menguras kas keuangannya dalam-dalam. Biaya yang harus dikeluarkan Belanda selama memerangi Blambangan sangatlah mahal, setara dengan 8 ton emas atau Rp. 4.543.811.824.000,- jika dirupiahkan dengan kurs saat ini. Biaya yang sangat fantastis!
Belanda kala itu kerepotan untuk menaklukkan Blambangan yang dikomandoi oleh Mas Rempeg, Sayu Wiwit, dan pasukan lainnya. Merasa kewalahan dan frustasi untuk meringkus Sayu Wiwit, Belanda sampai menggelar sayembara yang ditujukan bagi siapa saja diantara pasukannya yang dapat menangkap pejuang perempuan itu dalam keadaan hidup atau mati.
Belanda menghargai kepala Sayu Wiwit senilai 100 ronde matten (78 juta peseta spanyol, kurs saat ini). Bagi siapa saja yang bisa menangkap atau membawa kepala sang Susuhunan Ratu Gunung Raung itu, maka berhak atas hadiah besar itu.
Akhirnya, hadiah tersebut dimenangkan oleh komandan kompeni di Jember, Vaandrig Fischer.
Selamat Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi ke-246, 18 Desember 1771 - 18 Desember 2017
Oleh Mas Aji Wirabhumi, Penulis Buku Suluh Blambangan
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Sukmana |