Kopi TIMES

Cara Mengatasi Kesenjangan Generasi

Jumat, 22 Februari 2019 - 15:56 | 559.56k
Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017 (Grafis: TIMES Indonesia)
Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017 (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTAPADA hakekatnya setiap generasi itu unik. Karenanya setiap generasi memiliki keyakinan, sikap dan pandangan yang berbeda. Demikian pula berlaku bahwa antara anak dan orangtua selalu berada pada generasi yang berbeda, tanpa terkecuali generasi belakangan ini.

Hanya, lebih menjadi menarik ketika belakangan ini pengartikulasian generasi dan pengkatagoriannya terekspose dengan jelas. Sehingga, semua pihak mengetahui bagaimana kesenjangan itu tidak bisa dihindari?.

Advertisement

Berdasarkan kesepakatan para ahli. Bahwa, kategori generasi dari waktu ke waktu berkembang. Di antara lain, the Greatest Generation, the Silent Generation, the Baby boomers Generation (1946-1965), the Generation X (1966-1980), the Generation Y (Millenial) (1981-1995), the Generation Z (1995-2010), the Generation A (2011-2025), the Generation B (2026-2040).

Atas dasar pengklasifikasian tersebut. Maka, para orangtua yang saat ini berusia 19-35 tahun adalah generasi Y (Millenial). Sedangkan, anak yang berproses tumbuh dan berkembang dewasa ini adalah anak Generasi A.

Kedua generasi memiliki perbedaan karakteristik yang signifiksn, terutama belum semua generasi milineal yang melek digital. Sebaliknya, Generasi A sejak dari lahir sudah terkondisikan dengan dunia digital.

Perbedaan inilah yang berpotensi masalah. Sehingga, diperlukan panduan atau orientasi bagi orangtua dan anak.  Keduanya bisa menjadi subjek dari perjalanan jaman. Mereka bisa memaknai kehidupannya, bukan menjadin kurban.

Secar umum, kesenjangan generasi di sebabkan berbagai hal. Di antaranya, meningkatnya harapan hidup, perubahan yang cepat di masyarakat, dan mobilitas masyarakat.

Sedangkan secara khusus, terjadinya kesenjangan antara orangtua dan anak dapat diidentifikasi sebagai berikut. Yakni, (1) orangtua bertindak judgmental dan kritis tentang apa yang anak lakukan, (2) orangtua menanyakan tindakan anak, (3) orangtua mengajari anaknya tentang cara berperilku, (4) orangtua tidak pernah mengizinkan anaknya melakukan eksperimen, dan (5) orangtua tidak mengijinkan anaknya untuk belajar dari kesalahan.

Jika persoalan kesenjangan tidak segera mendapatkan penanganan, kesenjangan generasi dapat menimbulkan persoalan yang sangat serius. Di antaranya, mencakup konflik antar anggota masyarakat dari generasi yang berbeda dan munculnya misunderstanding. Yang semuanya dapat menimbulkan ketidaktenangan dan kegelisahan bagi lainnya,

Kesenjangan generasi yang terjadi dapat dicarikan solusinya. Di antaranya, (1) membangun komunikasi yang kuat, tanpa ada rasa takut atau penolakan (2) menghabiskan waktu yang berkualitas untuk bisa saling sharing, (3) menujukkan saling respek terhadap pendapat-pendapat yang muncul, (4) menghilangkan kelambanan dari sifat kemalasan atau resistensi menuju ke arah kemajuan, dan (5) manajemen waktu yang lebih baik (Supriya Mothay, 2019).

Di samping kelima solusi tersebut, perlu dipertimbangkan pula membangun saling pengertian dan memahami posisi masing-masing. Sehingga, tidak muncul saling fokus pada kelemahan, melainkan fokus pada kekuatan dan kesemaan visi untuk menghasilkan komunikasi yang sehat.

Akhirnya, kita sangat menyadari adanya keunikan manusia dan generasi merupakan fitrah. Antara seorang manusia dan generasi pasti ada kesenjangan, yang harus dihadapi untuk dapat diselesaikan dan mencapai kemajuan.

Hambatan dan tantangan tak bisa dihindari, harus dicari solusinya. Inilah menuntut kemampuan kreavitas dan inovasi. Semoga kesenjangan generasi tidak berujung dengan mati, melainkan memotivasi untuk lahirkan generasi yang memiliki martabat lebih tinggi.

Semoga Allah SWT selalu meridloi. Aamiin. (*)

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES