Kopi TIMES

Optimisme Sosok TGB dan Ambiugitas Sang Doktor: Paduka NTB Kemana?

Kamis, 11 April 2019 - 09:34 | 173.49k
Suaeb Qury, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor NTB 2010-2014.(Grafis: TIMES Indonesia)
Suaeb Qury, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor NTB 2010-2014.(Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MATARAM – TIDAK terasa 17 April Pemilu Presiden dan Legislatif tinggal hitungan hari, semua kekuatan politik partai dan relawan serta simpatisan pendukung paslon 01 dan 02 bergerak maju menuju  medan suara. Jika melihat kembali pada peta  suara dan kekuatan para paslon pada Pemilu 2014 di NTB, yang memenangkan adalah Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa meraih 72,45 persen suara berdasarkan hasil rekapitulasi suara KPU Provinsi. Sedangkan pasangan Jokowi-JK 27 persen. Ini artinya bisakah kemengan yg diperoleh Prabowo dapat  terulang kembali pada Pilres 17 April Nanti.?.atau sebaliknya kemenangan  berpihak pada Jokowi-Ma’ruf yang terjadi di NTB. 

Bukan tidak mungkin suara pada Pilres 2014 akan mengalami eksudus ke pasangan Jokowi-Ma’ruf, Sebab kekuatan partai pengusung dan kembalinya TGB sebagai aktor Nasional yang menjadi simbol bagi masyarakatnya NTB, berada di pihak Jokowi-Ma’ruf. Hal ini terbukti dengan semakin menguatnya opini dan hasil survey yang masih mengunggulkan pasangan Jokowi-Ma’ruf. Bukan itu saja, kekuatan pendukung partai dan relawan pasangan Jokowi-Ma’ruf di NTB,yang bergerak dan berjalan mensosialisasikan pasangan Jokowi-Ma’ruf.

Advertisement

Kembalinya sosok TGB sebagai TKN pasangan Jokowi-Ma’ruf, menjadi magnet yang sudah teruji kekuatan dan pengaruhnya. Inilah yang terjadi pada Pemilu 2014 dimana TGB sebagai tim Prabowo-Hatta pada waktu itu, suara yang diperoleh sungguh diluar dugaan mencapai 72 persen.

Optimisme TGB, yang akan mengembalikan suara yang dulu bisa akan terwujud dengan kehadiran kekuatan NW, NU serta YATOFA, yang menjadi basis utama suara di NTB.  Lumbung suara itu berada di Lombok Timur dan Lombok Tengah di tambah lagi para Bupati dan Wali Kota yang merupakan Kader Partai pengusung. 

Bagaimana dengan posisi Dr. Zul yang disebut-sebut oleh mantan Gubernur NTB dua periode (TGB), akan berpihak dan memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf di NTB,jika itu benar, maka lengkaplah kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf  di NTB.

Namun itu bisa saja dilakukan oleh Dr. Zul sebagai Gubernur NTB yang diusung oleh PKS  dan Demokrat, mengembalikan suara Prabowo di NTB untuk Jokowi, bilamana dilakukan secara terang-terangan, seperti yang dilakukan oleh Wakil Gubernur NTB Dr. Rohmi, jika hanya menyebut lebih penting konsentrasi membangun daerah, pilpres bisa dilakukan dengan diam-diam dan santai. 

Melacak Perjalan jejak politik  Dr. Zul yang punya hubungan mesra dengan TGB selama ini, jika dipersonifikasikan dengan TGB. Ya, Dr.  Zul, maka wajarlah kemenagan Dr. Zul di NTB sebagai Gubernur adalah andil besar TGB.  Menjadi berbeda bilamana Posisi Dr. Zul sebagai Gubernur dan kader PKS secara terang-terangan mendukung pasangan Prabowo-Sandi akan murubah peta jalan TGB , dipentas perpolitikan Nasional.

Kontelasi politik dari sosok Dr. Zulkiflimansyah, memang merupakan sebuah strategi yang sulit untuk dibaca oleh beberapa kalangan pengamat, karena ia merupakan sosok figur yang tidak terlalu banyak bicara. Kecakapannya dalam memendam strategi politik yang adem ayem justru menjadikan dirinya sebagai sosok yang sederhana. Sederhana dalam artian tidak menutup segala ruang dengan sekat dinding profesi apapun. 

Namun akhir-akhir ini, polemik dukungan Dr. Zul, begitu tertutup tanpa adanya penjelasan jelas terkait keberpihakannya kepada siapa, apakah paslon 01 Jokowi-Ma'ruf atau 02 Prabowo-Sandi. Karena di tengah guncangan permintaan kejelasan dari beberapa elemen membuat Dr. Zul, seolah-olah tidak konsisten dan ambiguitas pendirian.

Hampir beberapa kepala daerah di Indonesia, khususnya Bupati/Walikota di NTB telah menjelaskan arah dukungannya sesuai dengan instruksi dari partai pengusungnya. Nah pertanyaannya adalah akankah Dr. Zul sejalan dengan pilihan koalisi partai politiknya (PKS)? Atau akan berbalik badan dari koalisi partainya (ikut TGB)?

Karena secara kontribusi bahwa TGB merupakan sosok yang banyak berbuat atas kemenangan Dr. Zul sebagai Gubernur di NTB pada Pilkada 2018 lalu.
Pemungutan suara tinggal menghitung hari lagi, namun Sang Dr. Zul masih diam dalam persembunyian pilihannya. 2014 lalu pasangan Prabowo-Hatta memang unggul di NTB, dan itu atas partisipasi TGB dalam dukungannya. Jika hari ini TGB berada pada kubu 01, akankah suara Prabowo mendominasi di NTB? 

Barisan yang sangat solid dari beberapa ormas besar di NTB kini mulai satu shaf seperti NU, NW, dan YATOFA, itu sebagai basis massa yang besar di NTB.
Jika Dr. Zul ingin bernasib sama dengan TGB (2 periode), maka akan muncul potensi Dr. Zul merapat ke 01.

Ambiguitas seorang Zul menjadi perhatian publik, termasuk seorang sosok TGB, yang konon katanya pernah menuntut kejelasan pilihan politik Dr. Zul pada saat Haul NW di Pancor tahun 2018 lalu.

Publik mengharapkan pernyataan sikap seorang Doktor Zul, terbuka atas dukungan politiknya pada Pilpres 2019 ini. Karena bagaimanapun seorang pemimpin harus bersikap dan memberikan penerangan atas kebuntuan dukungan Sang Paduka di tanah NTB ini. Maksudnya adalah jika Dr. Zul, memberikan kejelasan terkait dengan dukungannya, maka masyarakat NTB akan menilai dan ikut atas pilihan figurnya seperti Dr. Zul.

Strategi politik sosok Zulkiflimansyah, terkenal dengan sikap adem ayem tanpa banyak bicara, sejalan dengan pemeo ‘’diam itu emas’’. Dibalik diamnya ada seribu makna kekuatan yang tersirat di dalamnya, dan makna kekuatan diamnya apakah ke 01 atau 02, kita akan menunggu tayangan ambiguitas sosok Zul ikut TGB atau partai pengusungnya.(*)

*Penulis adalah Suaeb Qury, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor NTB 2010-2014.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Lombok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES