
TIMESINDONESIA, MALANG – PENDIDIKAN menempati posisi yang sangat strategis dalam kemajuan suatu bangsa. Posisi strategis ini dapat dilihat dari beberapa alasan. Pertama, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusinya. Semakin bagus SDMnya maka SDM tersebut dapat mengisi posisi dan pengembangan sosbud polhukam. Sebaliknya kualitas SDM yang rendah hanya akan menimbulkan kekacauan. Lihat saja kejayaan Islam pada abad VII masehi dikarenakan kemajuan luar biasa pendidikan yang ditandai dengan hiruk pikuknya ilmu pengetahuan saat itu.
Indonesia sangat memahami kondisi ini. Hari kelahiran pelopor pendidikan Ki Hajar Dewantara, 2 Mei, dijadikan hari untuk memperingati hari pendidikan nasional. Hari dimana momentum untuk mengingat jasa-jasa pejuang pendidikan dimasa lalu dan meneguhkan kembali untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Tidak berlebihan pemerintah Indonesia menetapkan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara ini menjadi hari pendidikan nasional karena Pemerintah Indonesia sangat memahami betul akan pentingnya pendidikan.
Advertisement
Sekilas kita bertanya, apa yang sebenarnya dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara sehingga namanya begitu harum sampai saat ini. Dalam beberapa buku sejarah dicatat bahwa Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Kepedulian yang sangat tinggi inilah dalam memperjuangkan hak-hak warga pribumi untuk turut merasakan pendidikan menjadi kunci namanya harum dicatat dalam sejarah bangsa ini. Tentu Ki Hajar Dewantara tidak mempunyai niatan untuk menjadi harum dikenang, tapi niatan tulus itulah kemudian setelah meninggalkan dunia ini namanya dicatat dalam sejarah sebagai pelopor pendidikan.
Bagaimana dengan Ki Hajar Dewantara masa kini? Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan bersama untuk terus memperjuangkan pendidikan. Dengan berbagai teori pendidikan dan sistem pendidikan yang maju, seorang pelopor pendidikan tidak hanya mereka yang mengabdikan dirinya dilembaga pendidikan semata. Menjadi pelopor masa kini adalah bagaimana usaha kita untuk terus mengisi ruang kosong yang menjadi kemerosotan pendidikan itu.
Misalnya saja, banyak lembaga pendidikan yang hanya mengembangkan kemampuan pengetahuan semata, maka pelopor pendidikan akan mempunyai konsep untuk menyeimbangkan pengetahuan dan sikap serta keterampilan karena manusia mempunyai tugas sebagai hamba dan khalifah, dan tugas pendidikan mengantarkan manusia pada tugas utamanya tersebut. Lainnya misalnya menjadi pejuang untuk pengentasan literasi media. Zaman dimana arus informasi begitu masif ternyata dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan menciptakan berita-berita palsu atau kebohongan yang diberitakan. Maka counter isu terkait ini adalah bagian dari pelopor itu sendiri karena mampu mengentaskan masyarakat dari buta media dan tidak termakan oleh hoak.
Akhirnya, menjadi pelopor pendidikan adalah terus berbuat sesuatu untuk kemajuan SDM dengan berbagai macam ikhtiar dalam kerangka out of the box. Tidak selalu berada dalam arus utama (mainstream) tetapi mampu keluar dari zona nyaman dan membuat inovasi dan kreatifitas yang nantinya akan menjadi catatan sejarah dengan tinta emas. (*)
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |